7 Langkah Sukses (dan Menguntungkan) Meninggalkan Bisnis Anda (Bagian 1)

Marketing.co.id – Pernahkah Anda berpikir tentang bagaimana Anda akan meninggalkan bisnis yang sudah dibangun? Kebanyakan pebisnis hanya berpikir bagaimana membangun sebuah bisnis, tanpa pernah sekalipun berpikir tentang bagaimana meninggalkannya.

Padahal cepat atau lambat Anda harus meninggalkannya. Kita toh tidak bisa hidup untuk selamanya. Cepat atau lambat suksesi perlu terjadi. Suksesi tersebut bisa berarti menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada anak-anak atau menjual bisnis kepada orang lain. Itu mengapa setiap pemilik bisnis perlu mempunyai sebuah exit strategy.

Sebuah exit strategy dapat menjadi mimpi kewirausahaan: Masuk ke dunia bisnis, menjadi sukses dalam hal itu, dan meninggalkannya dengan gaya Anda sendiri.

Merancang exit strategy bukan berarti menyerah, ini hanya soal tahu kapan harus mengucapkan selamat tinggal, dan dalam keadaan seperti apa mengatakan selamat tinggal. Ini bukan tentang pesimisme, melainkan tentang perencanaan yang cerdas.

Exit strategy harus berdampingan dengan tujuan bisnis. Apakah Anda berpikir mengembangkan sebuah bisnis untuk menjualnya kelak atau Anda akan membuat sebuah proyek baru? Apakah Anda memiliki rencana untuk menyerahkan kendali bisnis kepada anak-anak Anda kelak?

Masalahnya, banyak pemilik binsis yang tidak memiliki exit strategy. Akibatnya mereka tidak mampu merencanakan bagaimana untuk mencapai tujuan mereka tersebut. Mereka tidak mampu memaksimalkan nilai dari penjualan bisnis dan memastikan hal tersebut menarik bagi pembeli.

Nah, jika Anda berpikir untuk meninggalkan bisnis atau sudah dalam proses, berikut tujuh tips tentang bagaimana menangani kedua siklus kehidupan, bisnis Anda dan Anda sendiri:

Jangan biarkan kepemimpinan Anda rusak.

Hal pertama dan yang utama adalah menyadari sepenuhnya bahwa Anda tidak atau belum meninggalkan bisnis, sehingga Anda harus terus proaktif dalam memimpin.

Terlebih jika Anda ingin menjual bisnis atau atau menyerahkan kendali bisnis pada seseorang, Anda perlu tetap terdepan, kompetitif, dan tetap fokus pada kesuksesan bisnis.

Inisiatif kepemimpinan kedua yang perlu Anda ambil – dan ini agak personal adalah: menyiapkan diri untuk mendirikan bisnis sebagai jalan Anda untuk keluar.

Sadar bahwa Anda mengenakan “dua topi”.

Saat membuat exit strategy, Anda mengontrol dua hal yang tidak terkait: jalan keluar Anda sendiri dan menjaga perusahaan berjalan lancar.

Kedua ‘topi’ ini kadang-kadang memerlukan perhatian lebih dari Anda pada waktu tertentu. Artinya Anda mungkin perlu memberikan lebih banyak tanggung jawab kepada bawahan Anda.

Memakai dua ‘topi’ lebih sulit dari yang dibayangkan. Misalnya, kapan memberitahu karyawan Anda? Bagaimana mengatasi rumor yang beredar? Bagaimana Anda menjelaskan ketidaktertarikan Anda secara tiba-tiba terhadap rutinitas keseharian?

Ini adalah pertanyaan penting yang memerlukan jawaban yang dipikirkan dengan baik, karena tidak semua perundingan penjualan sukses, dan jarang sekali hal itu terjadi pada timeline Anda.

Fokuslah pada aset Anda.

Aset tidak saja mengacu pada nilai moneter dari perusahaan Anda – inventaris, properti, dan bahkan keuntungan yang diharapkan dapat dihasilkan di masa mendatang. Hal tersebut juga mencakup para karyawan, pengetahuan institusional mereka, basis pelanggan, dan banyak lagi. Pastikan bahwa tidak ada hal-hal yang lolos dari radar fokus Anda saat merencanakan exit strategy.

Memiliki pemahaman yang tepat tentang aset bisnis menjadi hal yang sangat penting. Karena hal tersebut akan menempatkan Anda pada posisi terbaik untuk memastikan Anda memilih seorang pembeli atau penerus yang memahami dan memiliki kemampuan keuangan, pengalaman, dan pengetahuan bisnis serta konsep bisnis pada umumnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.