Gen Y Sebagai Kata Sifat

shutterstock_176171975Bagaimana cara kita mengetahui pesan WhatsApp yang kita kirim telah terbaca oleh penerima? Sebagian besar akan menjawab, jika tanda check-nya sudah dua. Jawaban ini juga yang saya dapatkan ketika bertanya pada para mahasiswa program sarjana yang usianya berkisar 18–22 tahun.

Tepatkah jawaban ini? Tentu kurang tepat. Tanda dua check pada WhatsApp hanya menginformasikan bahwa pesan yang kita kirim telah sampai pada gadget penerima dan untuk tahu apakah telah dibaca, kita harus membandingkan dengan informasi last seen pada bagian profil penerima.

Baru tahu? Jangan khawatir, Anda tidak sendirian. Saya pun baru mengetahuinya beberapa waktu yang lalu. Dan istimewanya adalah, yang pertama kali menginformasikan hal ini pada saya adalah Bapak Sumartoyo, seorang staf paling senior di kantor kami.

Hal seperti ini tentu sering juga terjadi pada kantor Anda. Tidak sedikit staf yang senior justru lebih update terhadap teknologi baru, terminologi baru. Bahkan kadang lebih ekstrem lagi, secara fisik lebih segar, lebih bersemangat, dan bisa bermain bulutangkis empat set ketika mereka yang muda-muda menyerah di setengah jam pertama.

Banyak tulisan belakangan ini mengulas tentang gen Y dan perannya dalam tim pemasaran. Gen Y yang disebut sebagai generasi milenium, anak muda yang dibesarkan ketika teknologi informasi dan gaya hidup mobile sedang marak-maraknya, sering dikontraskan dengan generasi X dan baby boomer yang lebih senior.

Memang secara umum kita bisa melihat bahwa perbedaan generasi sering kali menjadi penyebab perbedaan paradigma ketika menghadapi suatu masalah dalam tim, yang jika tidak dikelola dengan baik bisa memicu konflik yang merusak.

Namun, kita juga perlu hati-hati ketika memberikan label terhadap usia. Tidak semua anggota tim muda memiliki sifat yang digambarkan sebagai gen Y, dan demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, gen Y dapat kita sebut sebagai kata sifat yang bisa dimiliki oleh siapa saja dalam tim.

Menjadi update dengan perkembangan teknologi terkini, bersemangat, dan terbuka akan hal-hal baru adalah pilihan bagi setiap anggota tim pemasaran Anda, tanpa memerhatikan usia. Sebagai seorang koreografer dalam tim, Anda sebagai pemimpin dapat melakukan berbagai macam hal untuk mendorong anggota senior maupun junior agar memiliki sifat gen Y. Berikut beberapa cara yang bisa menjadi inspirasi bagi Anda.

Pertama, usahakan secara periodik mengadakan acara-acara yang memungkinkan kaum senior tidak menunjukkan perilaku “jaim”. Acara informal seperti karaokean bersama, safari trek, atau bersepeda pada Minggu pagi dengan kostum kreatif, sangat baik untuk memperkecil jarak antara anggota tim muda dan senior.

Kedua, ubahlah tampilan dekorasi ruang kantor Anda menjadi lebih masa kini. Tampilan kantor dan pakaian yang dikenakan menjadi artefak budaya yang akan memberi atmosfer dan energi baru.

Ketiga, sedikit sentuhan kompetisi kreatif juga bisa menjadi trigger munculnya kebaruan dalam tim. Untuk memaksimalkan efeknya, kompetisi dilakukan antar tim yang berisi campuran antara para senior dengan anggota muda. Di sinilah pertukaran pengalaman dari para senior akan digabungkan dengan semangat dan ide-ide baru dari darah muda.

Demikian, sebenarnya masih banyak cara lain untuk membuat tim Anda segar dengan hal-hal baru. Silakan mencoba, dan buktikan bahwa para senior tidaklah kalah dibanding para pemuda, jika saja diberi kesempatan dan dilepaskan dari label-label yang menempel pada mereka.

Wahyu T. Setyobudi

@why_setyobudi

Staf Pengajar PPM School of Management

Peneliti dan Konsultan PT Binaman Utama, PPM Consulting

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.