General Motors: Siap Kembali Jadi Pemimpin dalam Inovasi Otomotif

CEO General Motors, Dan Akerson sebelum rapat pemegang saham perusahaan di Detroit. Photo credit: AP

Marketing.co.id – Sejak 1912, ketika Charles Kettering menemukan self-starter electric untuk menggantikan engkol tangan pada mobil, General Motors menjadi pemimpin dalam hal inovasi otomotif.

Produsen mobil yang berbasis di Detroit ini bertanggung jawab atas sejumlah pengalaman pertama di industri otomotif, termasuk penggunaan rem pertama pada kendaraan roda empat (1924), penggunaan kantong udara (airbag) pertama (1973),dan catalityc converter pertama (1974).

Menurut The Patent Board, perusahaan konsultan yang menganalisis dan menilai paten, saat ini GM masih menempati peringkat teratas sebagai inovator di antara perusahaan otomotif dan transportasi lainnya.

Namun, dalam beberapa dekade terakhir , GM nampak kesulitan mendapatkan penemuan terbaru untuk pasar. Kesulitan keuangan dan perubahan industri menyebabkan GM mendivestasikan hampir semua komponen anak perusahaan.

Saat ini, Chief Executive Officer, Dan Akerson berniat mereposisi GM menjadi perusahaan pemimpin inovasi. Untuk itu, ia memastikan GM mempunyai akses terhadap teknologi terbaik.

Di tengah niat ini, GM justru mengambil langkah yang sangat mengejutkan banyak pihak. Bulan Mei tahun lalu, GM merumahkan 25% staf Research & Development mereka, dari 400 orang menjadi 300 orang. Hal ini mengundang banyak pertanyaan.

Namun, Chief Technology Officer , Jon Lauckner yang juga merupakan  insinyur kawakan GM punya argumentasinya sendiri. Ia mengatakan bahwa hal tersebut adalah usaha GM untuk beradaptasi dengan realitas perubahan dalam inovasi otomotif.

Menurut Lauckner, kebanyakan ide-ide terbaik untuk mobil masa depan nantinya tidak datang dari perusahaan otomotif, melainkan dari suppliers non otomotif, seperti Microsoft atau Google.

“Saya tertarik dengan teknologi yang dapat melakukan satu dari tiga hal untuk kami. Sebuah teknologi yang bisa membangun jejak teknologi kami, membawa efisiensi biaya untuk bisnis kami, atau yang menghadirkan manfaat teknologi kepada pelanggan kami,” katanya.

Dia sudah mengarahkan perusahaan beserta karyawan untuk fokus pada teknologi yang memiliki kesempatan baik untuk mewujudkan produksi mobil masa depan, bukan sekadar mematenkan inovasi yang tidak akan bermanfaat nantinya.

“Inovasi memiliki dua bagian. Bagian pertama adalah pengembangan, penemuan, paten, atau bentuk lain dari kekayaan intelektual. Bagian kedua adalah komersialisasi yang menjadi produk dan jasa. Itulah sebabnya mengapa penting bagi kita untuk bisa bekerja sama dengan suppliers dan mitra, karena jalan menuju inovasi telah berubah dari waktu ke waktu,” jelas Lauckner.

Fokus Inovasi

Inovasi GM berfokus pada lima bidang teknologi, yaitu: energi bersih (untuk tenaga penggerak canggih), konektivitas kendaraan (untuk infotainment), bahan canggih (untuk penghematan bahan bakar dan keselamatan), sensor, prosesor dan memori (untuk pengembangan mobil mandiri), serta teknologi manufaktur (untuk meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya).

Untuk mengembangkan inovasi ini, GM melakukan beberapa investasi. Misalnya, pada tahun 2011, GM Ventures membeli saham Envia System, dari Newark, California, untuk mengakses teknologi lithium-ion cathode-nya. Investasi ini dilakukan demi membuat terobosan dalam mengurangi biaya dari berbagai mobil listrik.

Dengan usaha ini, mari kita tunggu inovasi-inovasi GM di masa mendatang. (www.forbes.com)

1 COMMENT

  1. Sebenarnya bagus produk-produk dari General Motor sayangnya nilai tukar dollar yang terlampau tinggi terhadap mata uang dibeberapa negara termasuk Indonesia memaksa GM untuk angkat kaki

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.