Generasi

Setiap pergantian tahun akan memaknai munculnya generasi yang akan datang. Mereka yang lahir di tahun 2009 atau lebih nantinya mungkin akan menjadi generasi baru di masa mendatang. Pada saat mereka beranjak remaja dan menuju ke kedewasaan homogenitas dari perilaku orang-orang yang lahir di tahun ini akan melahirkan ciri-ciri generasi baru yang muncul.

Kadang-kadang kita merasa kurang beruntung ada di generasi yang salah. Namun setiap generasi yang lebih tua kemungkinan iri dengan generasi yang ada akan selalu lebih besar. Ini karena generasi yang lebih muda akan selalu menikmati kemajuan yang dibuat oleh generasi sebelumnya. Kadangkala generasi yang lebih tua tidak bisa menerima kebiasaan dan perilaku generasi yang lebih muda. Namun sekali lagi, hal ini memang lumrah karena generasi berikut akan hidup dengan tatanan nilai yang berbeda dengan yang sebelumnya. Sama seperti orang tua kita terkadang tidak menyetujui nilai-nilai yang kita percayai sekarang.

Di Amerika Serikat ada generasi perang dunia pertama, generasi di masa depresi, baby boomer, generasi X sampai dengan generasi Y. Menariknya setiap generasi akan selalu punya momentum sejarah yang kemudian dijadikan acuan untuk melihat perbedaan perilaku antar generasi. Mereka yang termasuk generasi baby boomer lahir setelah perang dunia. Mereka mengalami momen-momen penting di tahun 60-an dimana terjadi penembakan atas John F Kennedy, Martin Luther King, perang vietnam, perang dingin dan lain-lain. Mereka hidup di era yang penuh motivasi untuk kebebasan. Itulah sebabnya mereka menjadi generasi yang lebih individu, ingin bebas namun punya semangat sosial yang tinggi. Marketing yang bermotif social responsibility mulai bertumbuh di era yang dikuasai oleh generasi baby boomer.

Generasi X besar di dekade 80 sampai 90 an dimana ledakan teknologi bermunculan. Pesawat ulang-alik ruang angkasa Colombia muncul, namun fenomena penyakit AIDS pun mengemuka di dunia. Generasi ini hidup di lingkungan yang serba ada sehingga cenderung menjadi generasi yang  protektif dan safety. Generasi yang cenderung kurang ngotot karena sudah melihat generasi di atas mereka yang giat bekerja dan tidak memiliki waktu untuk keluarga.

Kini mulai bermunculan generasi Y yang hidup di dunia internet, dan ledakan informasi. Berbeda dengan generasi X, mereka justru generasi yang tidak takut bahaya, suka tantangan dan siap menyediakan waktu mereka untuk bekerja. Mereka hidup di zaman serba instan sehingga mereka pun ingin sukses lebih cepat dan  pensiun dini. Perhatian mereka terhadap lingkungan semakin besar karena mereka hidup di era kerusakan lingkungan dan global warming.

Sama seperti di Amerika Serikat, sebenarnya lahirnya bermacam-macam generasi di Indonesia karena adanya momentum tertentu. Mereka yang besar di era setelah perang kemerdekaan adalah tipe pekerja keras. Mereka tidak tergantung orang tua dan hidup penuh disiplin. Makanya tidak heran jika kita bisa melihat anak petani menjadi konglomerat atau Jenderal. Ini berbeda dengan generasi yang besar di masa orde baru dimana keharmonisan dan keseimbangan hidup selalu dijaga. Mereka hidup di era pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga mirip dengan generasi X yang lebih memilih untuk menikmati hasil kerja keras dari orang tuanya.

Generasi sekarang mulai bertumbuh di iklim reformasi dan informasi. Mereka besar di era demokratisasi dan kebebasan berpendapat. Mereka tumbuh dimana penetrasi internet di Indonesia akan semakin besar. Era buka-bukaan yang pernah muncul di tahun 60-an tapi minus internet. Generasi yang kehidupan pribadinya pun sudah mereka buka. Mereka tidak malu-malu tampil di muka umum. Itulah sebabnya reality show semakin merebak di televisi. Orang lain dikerjain dan diekspos di televisi. Sesuatu yang mungkin membuat orang-orang di generasi sebelumnya menggeleng-gelengkan kepala.

Tapi itulah siklus sejarah manusia. Teori keseimbangan akan selalu terjadi. Generasi baru akan selalu kontradiktif dengan generasi sebelumnya, dan kemudian beberapa pola perilaku nantinya justru akan mirip dengan generasi yang dulu.

Sebagai marketer, menempatkan strategi marketing yang sesuai dengan pola perilaku generasi yang ada sangat penting, kalau Anda tidak mau ketinggalan. Bisa jadi merek kita pun menjadi terlalu erat dengan generasi yang ada. Akibatnya Anda harus melakukan penyegaran kembali merek Anda. Tidak semua produk bisa memiliki warisan generasi yang bisa diterima oleh konsumen. Dji Sam Soe masih bisa diterima oleh konsumen sekarang sekalipun masih mempertahankan kemasan kunonya. Tapi A-Mild harus melakukan pendekatan yang lebih pas dengan generasi sekarang. Softex harus berani menyeberang ke generasi sekarang setelah produknya dianggap lebih pas untuk generasi 60-an yang sekarang mungkin sudah menjadi nenek-nenek.

Kita harus hati-hati mengantisipasi perubahan generasi. Seperti teknologi, adanya generasi 3.5 G akan segera mematikan generasi 2G dan 3G, web 2.0 akan menggantikan web 1.0. Teknologi CD langsung melumatkan  teknologi laser disc.

Kita mungkin belum bisa meramalkan momentum apa di masa mendatang yang bisa menciptakan generasi dengan pola perilaku yang benar-benar baru. Namun Anda harus membaca dengan jeli setiap perubahan gaya hidup yang ada. Kalau Anda tidak jeli, suatu saat generasi baru yang muncul akan menolak produk Anda. Karena, kita selalu belajar bahwa generasi baru cenderung menolak kemampanan yang ada. (www.marketing.co.id)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.