Inilah 5 Sosok Pejuang Kesejahteraan Indonesia

Marketing.co.id- Setelah melewati proses seleksi yang ketat melalui 4 kriteria penilaian yaitu motivasi (motivation), hasil (outcome), jangkauan (outreach), dan keberlangsungan (sustainability). Akhirnya, dewan juri Danamon Award 2012 akhirnya mengumumkan lima pemanang.

Kelima pemenang berasal dari daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat, dengan beragam kegiatan seperti, pertanian, pemberdayaan sosial dan lingkungan hidup, kesenian, dan online marketing.

Untuk mencari favorit juara, panitia akan melakukan voting online, SMS dan jejaring sosial (Facebook). Nah, jika Anda ingin mendukung salah satu dari mereka melalui SMS, ketik DA (spasi) nomor peraih nomor pilihan Anda (#) kota pemilih lalu kirim ke 9123.

Contoh ketik: ”DA 1# Jakarta”. Satu nomor ponsel hanya dapat untuk memilih satu kali dengan tarif Rp500/SMS. Voting akan dimulai dari 9 Juni sampai 8 Juli.

Berikut profil singkat kelima peraih Danamon Award 2012 dilengkapi dengan kode SMS untuk memilih.

Bambang Parianom “Penyelamat Lingkungan” (Kode SMS: DA 1)

Banjir bandang yang melanda Batu, Malang, pada 2 Februari 2004 membuat Bambang Parianom (57 tahun) berinisiatif melakukan reboisasi hutan di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Tahun 2005, ia mendirikan Yayasan PUSAKA  untuk menggalang bantuan dana bagi petani binaan yang terlibat dalam penghijauan. Yayasan ini juga menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan usaha produktif dalam pelestarian alam yang melibatkan partisipasi masyarakat.

Usahanya diawali dengan menanami pohon bambu di pinggiran hulu sungai Brantas, dilanjutkan dengan penanaman apel dan jambu merah di sepanjang aliran sungai tersebut. Yayasan ini membagikan bibit jambu merah dan apel secara gratis kepada masyarakat. Dengan begitu, masyarakat bisa dibimbing untuk menghargai sumber-sumber mata air sekaligus berperan aktif menjaga daerah bantaran sungai agar tidak longsor.

Saat ini Yayasan PUSAKA telah menjalin kemitraan dengan berbagai kalangan yang peduli dengan lingkungan. Kini total lahan yang digarap PUSAKA mencapai kurang lebih 100 hektar.

Djuhhari Witjaksono, “Seniman Bahari” (Kode SMS: DA 2)

Kesejahteraan masyarakat bisa ditingkatkan melalui kerajinan miniatur kapal. Hal inilah yang dibuktikan Djuhhari Witjaksono (82 tahun), warga, Mojokerto, Jawa Timur. Dengan belajar secara otodidak sejak tahun1980-an ia mampu membuat beragam perahu miniatur tradisional Nusantara.

Salah satu karya monumentalnya adalah miniatur perahu Majapahit yang ia buat pada tahun 1991. Hasil karyanya ini ternyata menarik minat banyak orang. Djuhhari, yang akrab dipanggil Abah, menjual karya-karyanya dengan harga antara ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah. Omzet-nya kini mencapai Rp 30 juta per bulan.

Sejak awal menekuni bidang ini Abah memotivasi masyarakat setempat untuk ikut terlibat karena yakin dengan potensi bisnis yang dikembangkannya. Ia menularkan keahliannya kepada generasi muda dengan terjun langsung mengajari cara membuat miniatur kapal tradisional. Hasilnya, banyak warga setempat menekuni usaha yang sama, sehingga Desa Blooto dan Dusun Bangsal, Mojokerto, terkenal sebagai salah satu sentra perajin miniatur kapal.

Habibie Afsyah, “Suhu Internet Marketer” (Kode SMS: DA 3)

Habibie Afsyah yang lahir di Jakarta, 6 Januari 1988, tumbuh dengan keterbatasan fisik. Sejak bayi, Habibie didiagnosis mengidap penyakit langka Muscular Dystrophy tipe Becker yang merusak saraf motorik di otak kecilnya. Penyakit itu membuat tubuh Habibie tak bisa berkembang sempurna.

Keterbatasan fisik dan gerak itu tak membuat Habibie patah semangat. Ia belajar seluk beluk marketing di dunia maya, aktivitas bisnis yang tak terlalu banyak menyita gerak fisik. Hasilnya luar biasa. Dari aktivitas mempromosikan produk yang dijual online, ia mampu memiliki pendapatan hingga ribuan dollar (USD) per bulan.

Melalui Yayasan Habibie Afsyah, pemuda yang gemar bermain games online ini getol mengampanyekan forum Be Your Self. Melalui forum tersebut, kepiawaiannya sebagai seorang internet marketer ia tularkan ke sesama penyandang disabilitas di Indonesia. Tidak hanya itu, Habibie juga mengajak masyarakat luas untuk menggali potensi dan mengembangkan diri agar mandiri.

Joharipin, “Pemberdaya Petani” (Kode SMS: DA 4)

Joharipin (37 tahun) terlahir dari keluarga petani di Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Indramayu. Pria yang akrab disapa Mas Jo ini awalnya merasa prihatin dengan harga benih yang mahal, juga pupuk yang seringkali langka. Belum lagi kesulitan modal yang seringkali memaksa dia dan petani lainnya harus rela berhutang pada tengkulak.

Dalam upayanya untuk menekan harga benih yang mahal, ia berhasil menemukan benih unggul padi Bongong yang merupakan hasil silangan benih padi kebo dan benih padi longong.

Awalnya, Mas Jo hanya berbagi kepada 30 orang yang mau mengikutinya menanam padi dari benih lokal. Tapi sekarang sudah ribuan petani yang minta benih dari dia, karena benih padi Bongong ternyata menghasilkan panen lebih tinggi. Panen padi mereka yang sebelumnya menghasilkan hingga sampai 7 ton, dengan  benih Bongong panen bisa mencapai 10 ton

Benih padi Bongong kini ditanam secara luas mulai dari Aceh, Kalimantan Barat, Kudus dan Lumajang sehingga ikut meningkatkan penghasilan para petani.

Lale Alon Sari, “Srikandi Tenun” (Kode SMS: DA 5)

Kemiskinan masih melekat pada kaum perempuan di Desa Batu Jai, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Tak hanya itu, layanan kesehatan juga belum memadai dan tingkat pendidikan masyarakatnya terbatas.

Mulai tahun 1987, Lale Alon Sari (45 tahun) turun ke dusun-dusun memotivasi kaum perempuan agar bersama-sama keluar dari kondisi yang ada melalui Aliansi Peduli Perempuan Kembang Komak (AP2K). Lale memilih pemberdayaan melalui keterampilan menenun yang dikuasai perempuan setempat secara turun-temurun. Ia memberikan pelatihan, membuka akses terhadap bahan baku dan mengembangkan pemasaran dengan membangun artshop yang menjual hasil tenun.

Ia juga membentuk Koperasi Wanita “Stagen” untuk solusi permodalan. Koperasi ini memberikan jasa simpan pinjam kepada calon anggota dan anggota kelompok tenun. Kini masyarakat bisa hidup lebih sejahtera dan 60 kelompok perempuan penenun di Desa Batu Jai dengan 600 anggotanya bisa lebih mandiri.

Acara ini terselenggara atas kerjasama Danamon dengan United Nations Development Programe (UNDP), oraganisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak dalam bidang pembangunan.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.