Keampuhan Meme Pengaruhi Konsumen

Di era internet, gambar dan video lebih dari sekadar hiburan. Mereka dapat menjadi virus yang menyebar cepat dan merasuki pikiran para pengguna internet dengan segera.

Pada pertengahan 2016 lalu, sebuah film horor Amerika Serikat meraih popularitas dengan sangat cepat di kota-kota besar Indonesia antara lain berkat meme yang beredar di media sosial dalam berbagai versi.

Tokoh setan yang seharusnya menakutkan justru dibuat lucu dan menjadi bulan-bulanan dalam meme yang beredar di internet. Efeknya pun tak dapat disangkal, bioskop Indonesia dibanjiri para remaja dan dewasa muda Indonesia yang sedikit banyak terpengaruh meme untuk menonton film horor tersebut.

Menilik kasus di atas, meme telah menunjukkan posisinya sebagai wajah baru seni dalam era digital karena kemampuan signifikan yang dimiliki untuk menciptakan budaya digital yang baru. Kini, meme sudah membanjiri berbagai platform internet, baik melalui surel, messenger, dan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.

Mayoritas dari meme modern yang kini beredar adalah foto atau gambar yang dimodifikasi sedemikian rupa agar menimbulkan kesan lucu atau menunjukkan perilaku-perilaku manusia yang menggelikan, karena konten tersebut mampu menarik perhatian konsumen jauh lebih cepat dibandingkan dengan konten meme yang berat. Meme lainnya dapat berbentuk video atau ekspresi verbal. Sebagian kecil meme memiliki konten yang berat dan filosofis.

Meme dan Dunia Marketing

Meme dalam konteks marketing sebenarnya merupakan salah satu pengejawantahan viral marketing. Viral marketing secara tradisional terlibat membuat para konsumen menikmati iklan tanpa mereka sadari. Menurut Rahmat Susanta, dalam kolom “Marketingsiana” di majalah MARKETING edisi beberapa waktu lalu, dalam keampuhan mememembuat iklan dengan gaya meme, seorang marketer harus bisa memahami tren yang sedang hits di dunia media sosial, kata-kata yang sedang sering diucapkan, dan bahkan karakter yang sedang marak dibahas. Jangan lupa tentunya membuat meme yang bersifat fun sehingga orang tertarik untuk mengamati dan secara sukarela membagikannya ke orang lain.

Lebih lanjut dikatakan, selain hal-hal teknis, harus dipelajari masalah target audiences yang ingin diraih, ketertarikan audiences terhadap hal yang mau diangkat lewat meme, dan perilaku yang bisa muncul setelah iklan dalam bentuk meme tersebut muncul. Hal lain yang bisa jadi dilupakan dalam meme adalah soal etika, privasi, dan hak cipta dari karakter, tulisan, kata-kata yang dipergunakan.

Terakhir, marketer harus memiliki strategi yang tepat agar iklan dalam bentuk meme tidak menjadi bumerang bagi mereknya. Dunia meme tidak hanya penuh dengan sifat memotivasi atau mendukung, tetapi juga dipenuhi dengan olok-olok dan ejekan. Jadi bahan ejekan di media sosial memang tidak selalu berdampak negatif. Artis seperti Syahrini walaupun banyak diolok oleh para haters-nya namun justru semakin membuat popularitasnya meningkat.

Tetapi bisa juga terjadi sebaliknya, olok-olok dari para netizen membuat merek menjadi jatuh citranya dan bahkan membuat konsumen tidak lagi mau mengonsumsi merek Anda. Oleh karenanya, berhati-hatilah, jangan sampai terjadi netizen me-meme-kan meme merek Anda!

Andika Priyandana

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.