Kembalinya Kuis ke Pangkuan Pemirsa

Program kuis muncul lagi di TV, kali ini kental dengan humor. Pemirsa pun bertanya-tanya, ini acara kuis atau banyolan. Mampukah acara ini menyedot pengiklan?

Acara kuis selalu mendapat tempat di hati pemirsa karena mengajak mereka ikut berpikir. Penonton pun merasa senang jika ada peserta yang karena wawasan dan kecerdasannya mampu merebut hadiah utama. Beberapa acara kuis yang sempat jadi pilihan favorit pemirsa antara lain Kuis Siapa Berani, Who Wants to be Millionaire, Family 100. Jangan lupakan pula kuis Berpacu dalam Melodi dan Gita Remaja.shutterstock_152583296

Perubahan selera pemirsa membuat program kuis seakan dilupakan. Acara kuis sepertinya kalah pamor dengan program sinetron, gosip, reality show, ataupun variety show. Beberapa stasiun tampaknya ingin mengembalikan lagi kejayaan kuis. Kuis, “si anak hilang” pun kembali mengudara di layar kaca.

Dua stasiun TV yang menayangkan acara berhadiah tersebut adalah Indosiar dan ANTV. Indosiar mengemas ulang kuis Family 100 dengan pembawa acara Tukul Arwana. Program kuis ini awalnya ditayangkan ANTV dan sempat melambungkan Sonny Tulung sebagai pembawa acara. Family 100 memang menjadi acara kuis favorit, stasiun TV di luar ANTV dan Indosiar yang sempat menayangkan kuis ini adalah TV 7 (sekarang Trans 7).

Tukul Arwana membuat New Family 100 lebih segar dengan banyolannya. Seperti gaya dia dalam memandu program Bukan Empat Mata, dalam setiap penampilannya Tukul selalu menggoda peserta dan meledek penonton di studio dengan lawakan yang khas. Kata “pertanyaannya” misalnya, dipelesetkan Tukul menjadi “pirtinyiinnyi” dengan mimik bibir yang mengundang gelak tawa.

Yeni P. Setiawan, Head of Programing Division PT Indosiar Visual Mandiri, menjelaskan Indosiar memilih Tukul sebagai host karena dia diterima oleh semua kalangan (muda-tua, kelas ABCDE, pelajar-mahasiswa) sesuai target audience Indosiar. Banyolannya juga lucu, lokal, dan cenderung menjadikan dirinya korban (berani jelek) tanpa menyerang orang lain. Tukul memang berbeda dengan pendahulunya Sonny Tulung yang tampil dengan karakter smart.

Kuis dengan Bumbu Komedi

Dengan Tukul, Indosiar ingin memperkuat konsep yang dibangun, kuis yang lebih colorful, fun,dan jauh dari kesan serius. Tujuannya, kata Yeni, agar penonton bisa berpikir serius (menjawab pertanyaan kuis) sekaligus bisa tertawa. “Intinya kami adalah kuis dengan bumbu komedi, bukan komedi dengan bumbu kuis,” tuturnya.

Dari sisi konten tidak ada perubahan dengan format lama Family 100. Peserta dan penonton diajak berpikir mencari jawaban. Pertanyaan yang diajukan seputar keseharian. Jawaban diambil dari hasil survei yang diajukan terhadap 100 responden.

Pesertanya berasal dari keluarga biasa dan pada episode tertentu menampilkan keluarga selebriti. Pemilihan peserta dari masyarakat biasa ini justru memperkuat konektivitas dengan audience. “Konsep membuat ‘orang biasa’ menjadi ‘sesuatu’ inilah yang ternyata sangat diminati audience,” jelas Yeni.

Dia menambahkan, rating kuis yang tayang tiap hari pukul 17.00 WIB ini di kisaran angka 20. Seharusnya dari data rating, Indosiar bisa mengulang sukses era Sonny Tulung. Indosiar mengikat kontrak sampai 130 episode (sekitar setengah tahun) dengan Fremantle selaku pemilik Family 100. “Tapi, itu harus melalui evaluasi per tiga bulan sekali,” terangnya.

Hadiah Zonk

Sementara itu, Kelly da Cunha, GM Production ANTV yang diwawancarai secara terpisah mengatakan, saat ini program kuis kembali menjadi tren. Kuis yang memiliki rekam jejak sangat bagus di ANTV adalah Super Deal sehinggakembali ditayangkan.

Program ini dikemas ulang dengan nama “Super Deal”, tanpa embel-embel “2 Miliar”. Seperti kuis New Family 100, Super Deal juga kental dengan nuansa humor. Karena itu ANTV memboyong komedian pengisi program Pesbukers seperti Raffi Ahmad, Olga, dan Jessica Iskandar. Mereka berperan sebagai co-host di segmen pembuka. Sementara segmen utama (trading) dipegang oleh host utama (Uya Kuya).

Kelly menjelaskan, paduan kuis dan komedi didorong oleh tren komedi improvisasi seperti diusung PesbukersdanYKS. “Hampir semua program acara dibalut dengan komedi, sehingga kami coba gabungkan hal tersebut agar audience mendapatkan value yang berbeda dari tayangan kuis Super Deal. Intinya kami coba mengikuti arus,” tuturnya.

Dipilihnya Uya Kuya sebagai host utama merupakan bagian dari strategi untuk memperkuat unsur humor namun tetap menampilkan kesan smart. Lagi pula peran host dalam kuis katanya menjadi kunci. Berhasil tidaknya suasana yang dibangun tergantung pada host. “Sementara Uya Kuya saya nilai sangat smart dalam menghidupkan suasana,” tandasnya.

Sebagai kuis Super Deal mampu menarik emosi partisipan di studio maupun penonton di rumah, terutama pada segmen memilih hadiah. Apakah memilih hadiah dalam amplop, dalam kotak, atau dalam tirai. Di sini peserta tidak dituntut punya intelegensia atau wawasan yang luas. Kuis ini murni bergantung pada keberuntungan. Jika sedang naas, bisa saja peserta memperoleh “Zonk” atau hadiah yang tidak bernilai sama sekali.

Bicara soal rating masih stabil, tapi belum pada posisi yang ditargetkan. Ini hal wajar mengingat Super Deal 2014 baru ditayangkan dua bulan lalu, Februari 2014, dengan jam tayang 19.00–20.30 WIB. Waktu tersebut adalah prime time yang diperebutkan oleh banyak program acara. “Super Deal di jam tersebut memiliki pesaing tangguh, program-program unggulan dari stasiun TV lain,” kilahnya.

Hadiah Masih dari Kocek Sendiri

Konsep acara boleh saja bagus dan host diambil dari artis yang sedang tenar. Namun seperti program TV lain, yang menjadi raja tetaplah iklan. Tayangan yang tidak mampu menyedot iklan siap-siap didepak oleh stasiun TV.

Untuk hadiah New Family 100, Indosiar masih mengambil dari kocek sendiri. Indosiar masih berupaya keras memperbaiki audience share acara ini. Saat angka audience share sudah stabil, Indosiar baru mencari sponsor untuk hadiah.

Indosiar menawarkan dua spot iklan di kuis New Family 100, yakni TVC yang porsinya 20% dari satu jam durasi tayang kuis. Kedua, spot iklan bult-in atau product placement di LCD New Family 100. “Saat ini respons dari pengiklan sudah cukup baik karena pengiklan biasanya melihat dari history data di musim sebelumnya,” kata Yeni tanpa mengungkap angka pasti.

Bagaimana dengan Super Deal? Idem dito, alias sama saja. Biaya produksi per episode Super Deal sekitar Rp2 miliar, berarti Super Deal akan untungjika mampu meraih uang di atas Rp2 miliar dari sponsor. “Sebetulnya yang kami jual di Super Deal adalah sponsorship dan spot. Yang bernilai besar memang sponsorship. Bentuknya built-in di dalam segmen per episode,” jelas Kelly.

Sekadar informasi, ANTV memberikan hadiah mulai uang tunai Rp2 juta, paket liburan, sampai yang termahal mobil. Hingga episode ke-24, ANTV masih merogoh kocek sendiri untuk hadiah, tapi pada akhir Maret 2014 (wawancara berlangsung pertengahan Maret lalu), pihaknya mengklaim sudah mendapatkan sponsor.

Sekocak apapun pola tingkah Tukul dan Uya dalam memandu acara kuis terasa hambar bagi produser jika tidak mampu mendatangkan sponsor dan iklan. Artinya, kedua acara tersebut berpacu dengan waktu untuk menggaet iklan sebanyak-banyaknya. Mampukah kedua acara tersebut menarik minat pengiklan?Kita lihat saja.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.