Kunto Aji: Musisi Juga Harus Bisa Jualan

Ditolak Label saat menawarkan single pertamanya “Terlalu Lama Sendiri” tidak membuat Kunto Aji patah semangat. Malah, penolakan yang dialaminya itu membuatnya menjadi lebih kreatif dan bekerja keras.
Kunto Aji
Kunto Aji

Hasilnya, Aji begitu panggilannya, berhasil membuktikan bahwa tanpa Label pun dia bisa eksis. Single pertamanya itu pun berhasil diterima penggemar musik Indonesia.

Tak tanggung-tanggung, tahun ini Aji masuk 3 nominasi sekaligus – Song of The Year, Album of The Year, dan Breaktrough Artist of The Year – dalam ajang Indonesian Choice Award 2015 yang diselenggarakan oleh NET.

“Wah, senang banget bisa masuk nominasi. Penghargaan seperti ini penting banget. Sebagai musisi kita butuh diapresiasi. Dengan adanya penghargaan seperti ini kita akan semakin termotivasi dan bersemangat,” tutur pria kelahiran Yogyakarta, 28 Agustus 1989.

Aji mengatakan, di era digital seperti saat ini seharusnya generasi sekarang lebih berani berkarya karena sudah tidak satu pintu lagi sistemnya.

Ada banyak jalur yang bisa dimanfaatkan agar karya yang dibuat bisa dikenal luas. Meski begitu, mindset-nya jangan ingin terkenal atau kaya, itu bonus. Tapi kita sebagai musisi/seniman mindset-nya adalah berkarya. Jika sudah begitu, setiap karya yang dihasilkan pasti akan bagus.

 “Saya tidak jauh berbeda dengan musisi-musisi lainnya. Saya ingin menciptakan karya yang baik. Pengen membuat industri musik lebih beragam, lebih maju dari segi musik dan lainnya,” kata jebolan Akademi Akuntasi YKPN Yogyakarta ini.

Menurut Aji, di era digital ini perkembangan industri musik telah berubah drastis. Sekarang adalah era yang paling menarik dan bagus untuk masuk. Perkembangan industri digital telah mempengaruhi semua industri, salah satunya musik. Sehingga, kesempatan terbuka lebar bagi siapa pun yang ingin menunjukkan karyanya.

Dalam hal penjualannya pun, Aji sangat mengandalkan digital karena masih single. Tapi jika sudah jadi album Aji akan melakukan penjulanan juga di offline. Karena offline juga sangat penting.

Agar bisa sukses, lanjut Aji, musisi/seniman dituntut bukan hanya tahu tentang perkembangan musiknya saja, tapi juga bisnisnya itu sendiri. Itu yang paling penting. karena, jika ingin survive harus tahu bagaimana menjualnya, jangan sampai hanya sekadar membuat saja.

“Kalau ingin survive kita harus tahu bagaimana caranya. Jadi kita harus bisa jualan juga. Meski begitu, basic-nya adalah membuat karya dulu baru memikirkan bagaimana cara menjualnya. Jadi musisi harus memiliki wawasan yang luas,” tutur penggila game ini.

Jaga eksistensi dengan merchandise

Aji sadar betul jika persaingan di luar sana sangat ketat. Oleh karenanya untuk menjaga eksistensinya ia tidak hanya menjual single saja, namun juga menjual merchandise seperti kaos kepada para penggemar setianya.

Merchandise ini hasil  kerja sama kami dengan salah satu seniman. Distribusinya lewat online – media sosial. Kita ingin memberikan produk ini untuk para penggemar,” kata Aji.

Ketika ditemui di kawasan SCBD, Jakarta, Aji mengaku ingin independen terus. “Indie itu lebih bebas, dalam berkarya pun tak ada batasan,” kata Aji.

Oleh karenanya, dari segi marketing pun, karena tidak ada kerja sama dengan Label Aji menjual lagunya lewat digital. Pasar utama yang ditargetkan adalah remaja, namun siapa saja bisa menikmatinya. “Kalau mau laku harus beda. Musik ga ada matematika-nya,” jelas Aji.

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.