Microsoft: Komunitas adalah Duta Merek Kami

microsoft_logoBanyak merek yang menggandeng nama besar sebagai duta merek mereka, misalnya artis. Namun berbeda dengan itu, Microsoft Indonesia justru menggandeng komunitas sebagai ambassador-nya. Apa alasannya?

Menggandeng duta merek dalam kegiatan marketing dan branding jelas bukan hal baru. Kebanyakan duta merek adalah para pesohor yang sering wara-wiri di media massa. Para pesohor tersebut dipilih karena dianggap mampu memengaruhi masyarakat dalam mengonsumsi suatu merek.

Namun, jika berpikir seorang duta merek haruslah orang yang terkenal, maka Anda salah. Karena menurut Mohamad Ario Adimas, Digital Marketing Manager Microsoft Indonesia, duta merek itu yang penting punya kemampuan advokasi.

Orang yang mempunyai kemampuan advokasi merek bukan cuma para pesohor. Komunitas juga memiliki kemampuan tersebut. Dengan demikian, komunitas juga bisa didaulat sebagai duta merek. Apalagi, biaya yang dikeluarkan untuk komunitas relatif lebih kecil ketimbang jika menggandeng para pesohor.

Menggandeng Komunitas

Masalahnya, menggandeng komunitas untuk kegiatan branding tidak semudah yang dikira. Menurut Dimas, ada dua langkah yang perlu dilakukan untuk itu. Pertama, online, dan kedua, offline.

“Langkah pertama adalah online. Pada tahap ini kami mencari orang/komunitas yang memiliki loyalitas atau minimal tertarik dengan Microsoft. Di sini kami kumpulkan mereka yang memiliki kesamaan ketertarikan, kemudian kami menjalin komunikasi secara online,” papar Dimas.

“Langkah selanjutnya barulah kita ke offline. Jika sudah ketemu, kami adakan gathering bersama komunitas atau orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama untuk membentuk komunitas. Biasanya kita juga memberikan program khusus untuk komunitas-komunitas tertentu,” tambahnya.

Hingga kini, Microsoft sendiri sudah membuat beberapa komunitas yang dibentuk langsung oleh Microsoft, misalnya Microsoft Developer Network (MSDN), TechNet Indonesia, Microsoft Student Partners (MSP), dan U Crew.

Sementara untuk komunitas eksternal, Microsoft menjalin kerja sama dengan komunitas pecinta Windows Phone, Microsoft User Group Indonesia, dan beberapa komunitas lain, bahkan yang tidak berhubungan dengan teknologi.

Mohamad Ario Adimas, Digital Marketing Manager Microsoft Indonesia
Mohamad Ario Adimas, Digital Marketing Manager Microsoft Indonesia

Untuk merangkul semua itu, Microsoft membuat sebuah wadah yang menampung para komunitas, yakni Microsoft Netizen Night. Menurut Dimas, komunitas eksternal lebih impactful jika dibandingkan dengan komunitas besutan mereka.

“Pada komunitas yang dibentuk oleh Microsoft, orang akan beranggapan bahwa mereka adalah suruhan Microsoft. Kami nggak mau terlihat cuma mau membentuk engagement.  Jadi kami juga nge-grap komunitas-komunitas eksternal lain,” jelas Dimas.

“Selain itu, mereka juga punya environment sendiri, anggota sendiri. Kami lihat ini bisa jadi celah yang sangat baik untuk Microsoft mengedukasi orang lain,” katanya lagi.

Intinya adalah Komunikasi

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, menggandeng komunitas itu lebih murah ketimbang menyewa artis sebagai duta merek. Alasannya, kerena kunci hubungan antara perusahaan dan si duta merek tidak berorientasi pada uang, tapi pada komunikasi.

“Kunci community marketing bukan benefit, tapi konsistensi komunikasi. Kalau kita terus kasih benefit tapi nggak konsisten menjalin komunikasi, biasanya komunitas akan hilang (pergi),” tegas Dimas.

Untuk itu, pihak Microsoft Indonesia kerap mengadakan berbagai gathering, baik dengan komunitas yang dibentuk oleh Microsoft Indonesia sendiri, atau komunitas di luar itu. Bahkan kantor pusat Microsoft Indonesia yang terletak di Jakarta Stock Exchange Building, SCBD, Jakarta, kerap digunakan komunitas untuk mengadakan gathering dan seminar.

Microsoft Indonesia juga kerap mengundang komunitas untuk datang ke event-event mereka. Menurut Dimas, “Komunitas menjadi salah satu pihak yang perlu mengetahui info-info terbaru dari Microsoft. Jadi mereka kami undang ke acara penting kami.”

Sementara di dunia maya, Microsoft menjalin hubungan dengan mengadakan komunikasi rutin. Misalnya dengan newsletter atau media sosial yang siap menjawab berbagai pertanyaan dari konsumen. Kendati tidak ada pertanyaan pun, Microsoft Indonesia mengaku tetap memberikan konten. Jadi mereka tidak merasa ditinggal.

Investasi Jangka Panjang

Namun, community marketing bukanlah sebuah strategi yang instan. Dampaknya mungkin tidak terlalu terasa dalam jangka pendek. Kalau dikaitkan dengan sales mungkin kontribusinya tidak sebesar strategi lainnya. Tapi kalau kita bicara dampak jangka panjang, dampaknya luar biasa.

“Nama Microsoft dulu lebih dikenal di enterprise area, tapi sekarang kita sudah lebih dalam masuk ke consumer area,” ujar Dimas.

“Setiap produk dan informasi Microsoft bisa diterima dengan baik karena dibantu komunitas untuk menyuarakan kembali. Mereka juga yang memberikan masukan secara langsung, mendalam, detail, dan independen mengenai produk-produk kita,” akunya lagi.

Microsoft User Group Indonesia

Logo Microsoft User Group IndonesiaSalah satu komunitas yang aktif berbagi ilmu tentang Microsoft adalah MUGI (Microsoft User Group Indonesia). Walau ini adalah komunitas independen dan berada di luar kebijakan Microsoft, namun secara tidak langsung, mereka adalah bagian dari tim pemasaran Microsoft dalam menerapkan community marketing.

“Mereka komunitas eksternal tapi di-support langsung oleh Microsoft. MUGI dekat banget sama kita, bahkan ketika ada event Microsoft di luar, kita mengundang teman-teman MUGI untuk menjadi  speaker. Tingkat knowledge mereka tentang Microsoft sangat tinggi,” ujar Dimas.

“Komunitas seperti merekalah yang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan,” tambahnya.

Sementara bagi MUGI, tidak ada alasan khusus kenapa mereka membuat komunitas Microsoft dan menjadi perpanjangan tangan mereka. Hanya saja, produk Microsoft banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan, dan karena anggota MUGI punya keterampilan menggunakan produk Microsoft. “Tidak ada salahnya bukan untuk berbagi?” kata Andik Susilo, Admin Milis MUGI Nasional.

Ya, MUGI sendiri merupakan komunitas para pengguna Microsoft yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebut saja Jakarta, Bandung, Kudus, bahkan hingga Balikpapan dan Pontianak.

“Kami sebenarnya nggak mau jadi bahan promosi, karena niat kita untuk sharing. Tapi secara nggak langsung kita sadar kalau kita adalah alat marketing Microsoft, tapi nggak masalah,” jelas Andik.

Kedekatan MUGI dan Microsoft

Pola komunikasi yang diterapkan Microsoft dengan para komunitas yang menjadi partnernya bisa dibilang sukses. Terbukti dengan kedekatan pihak MUGI dengan Microsoft.

Hal itu juga diakui oleh Andik. Menurutnya, orang-orang Microsoft sudah seperti teman sendiri, jadi mereka tidak merasa canggung. Tapi tentu saja tidak semua. Agar terjalin komunikasi dengan sangat baik, ada orang-orang yang sengaja diutus untuk menjaga komunikasi dengan komunitas.

Andik Susilo, Admin Milis MUGI Nasional
Andik Susilo, Admin Milis MUGI Nasional

“Mereka mengirim orang untuk bisa keep contact dengan kita. Jadi kalau ada apa-apa, kita bisa menghubungi mereka. Misalnya soal dana atau goodies,” ucap Andik.

“Contoh, ketika kami bikin seminar di suatu daerah, kami pasti butuh ongkos penginapan dan transportasi. Itu kami minta kepada orang Microsoft pusat. Karena seminar kami lebih ke kampus-kampus, jadi umumnya gratis. Paling bayar 10-20 ribu, itu pun kita balikin dalam bentuk sertifikat dan konsumsi,” tambahnya.

Komunikasi yang baik juga meminimalisir timbulnya konflik. Akibatnya, hingga kini, Microsoft mengaku tidak pernah mendapat konflik dengan komunitas-komunitas di sekelilingnya.

“Sampai sekarang belum ada, paling ada beberapa komunitas yang menggunakan nama Microsoft. Kami tidak bisa bilang mencoreng, tapi kami ajak ketemu dan ngobrol. Intinya kami pingin bikin sesuatu yang jelas, bahwa komunitas mereka bukan besutan Microsoft,” jelas Dimas.

“Tujuannya biar nggak bias, mana komunitas official Microsoft, dan mana yang bukan. Jadi kalau ada statement dari komunitas eksternal, itu bukan perwakilan dari kita,” terangnya lagi.

Saling Menguntungkan

Kita semua tahu, bahwa perusahaan akan sangat untung jika bisa menggandeng komunitas dalam strategi branding-nya. Tapi apakah keuntungan yang bisa didapat oleh komunitas?

Menurut MUGI, banyak kegiatan yang bisa terbantu dengan berintegrasi dengan perusahaan, khususnya dalam bentuk materi.

“Microsoft bantu kita masalah dana, tapi kita nggak selalu minta kalau masih bisa kita handle. Pernah mereka berniat untuk membelikan kita rumah sebagai sekretariat, tapi kami tolak, karena menurut kami nggak perlu,” cerita Andik.

“Alasannya karena anggota kami itu para profesional yang sudah memiliki pekerjaan, kalau ada sekretariat, kami malah bingung siapa yang bakal ngurus itu. Lagi pula, kegiatan kita lebih ke online,” terangnya.

Sedangkan MUGI, dengan memberikan berbagai tutorial teknik menggunakan Microsoft, secara tidak langsung mereka juga mengampanyekan Microsoft. Misalnya seperti jadi pembicara di berbagai seminar, event, kampus, forum, bahkan hingga membuat buku.

Andik sendiri kemudian mendapat gelar Most Valuable Player (MVP) versi Microsoft untuk kategori Virtual Machine.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.