Nilai Ekspor Batik Capai US$ 178 juta

Nilai ekspor Batik dan produk Batik pada tahun 2015 mencapai US$ 178 juta atau meningkat 25,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian data yang terungkap dalam forum Kafe BCA VI yang menghadirkan pembicara Direktur Edukasi & Ekonomi Kreatif Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Poppy Savitri, Rektor Universitas Pekalongan Suryani, Founder Galeri Batik Jawa Indigo Nita Kenzo, serta Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja.

Pasar ekspor utama Batik Indonesia, antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Berfokus membangun ekonomi kreatif sebagai tulang punggung perekonomian nasional, kain Batik dan produk Batik menjadi komoditas yang patut diperhitungkan sebagai aset yang berharga dan mencerminkan identitas bangsa Indonesia.

Beragam inisiatif seperti pembentukan Ekosistem Desa Kreatif yang diusung Bekraf dan Desa Wisata Binaan yang diusung BCA berkontribusi menyediakan wadah bagi peningkatan kualitas para pengrajin Batik, serta kemajuan budaya dan ekonomi masyarakat berbasis kearifan lokal.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja (ketiga dari kiri) saat Forum Kafe BCA VI
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja (ketiga dari kiri) saat Forum Kafe BCA VI

“Nilai filosofis yang tersirat dalam sehelai kain Batik menjadikannya karya seni yang memiliki nilai jual yang tinggi di pasaran. Aspek ini yang sebaiknya kita bersama tonjolkan dalam membangun ekonomi kreatif di Indonesia sehingga tidak hanya menjual kain Batik dan produk Batik yang bermutu tinggi tetapi juga merepresentasikan jiwa dan identitas bangsa Indonesia, tutur Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja.

Salah satu sentra produksi batik Indonesia, Pekalongan. Dijuluki sebagai kota Batik, Pekalongan memiliki Industri Kecil Menengah (IKM) Batik sebanyak 12.475 unit yang menyerap sekitar 88.670 tenaga kerja. Dalam forum Kafe BCA VI tersebut, BCA diluncurkan buku Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa yang ditulis secara apik oleh Budi Mulyawan dan didukung oleh BCA. Buku ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap Batik dan menjadi inspirasi bagi kemajuan teknik membatik di Indonesia.

Jahja menambahkan, sebagai salah satu perusahaan yang lahir dan besar di Indonesia, BCA melakukan berbagai cara untuk mendukung Pekalongan mempertahankan eksistensinya sebagai kota Batik. Untuk meningkatkan kualitas pengrajin Batik di Pekalongan, BCA baru saja meresmikan Kampung Batik Gemah Sumilir, Wiradesa, Pekalongan sebagai salah satu Desa Wisata Binaan BCA.

“Kami juga bekerja sama dengan pengrajin Batik di Pekalongan untuk memproduksi Batik Hoko BCA sebagai seragam yang dikenakan oleh lebih dari 23.000 karyawan BCA dari Sabang sampai Merauke,” tutup Jahja.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.