OGRA 2017, Kompetisi Arsitek Indonesia

PT Onduline Indonesia mengapresiasi perkembangan dan kemajuan arsitek Indonesia dengan kembali menggelar program rutin per 2 tahun sekali “Onduline Green Roof Award” atau OGRA 2017. Seperti tahun sebelumnya, Onduline kembali menggandeng GBCI (Green Building Council Indonesia) sebagai juri.

OGRA 2017 ditujukkan khusus untuk kalangan arsitek yang berkarier minimal 1 tahun di bidang arsitektur, desain interior, developer, konsultan perencana dan kontraktor pelaksana.

Country Director PT Onduline Indonesia Tatok Prijobodo
Country Director PT Onduline Indonesia Tatok Prijobodo

Country Director PT Onduline Indonesia Tatok Prijobodo menjelaskan, tujuan dari kompetisi ini adalah untuk menggali ide-ide kreatif, inovatif, dan sustainable terkait rancang bangun atap yang sesuai visi produk yang diusung penutup atap asal Prancis ini, yaitu ringan dan ramah lingkungan.

“Kompetisi ini adalah wujud apresiasi kami kepada arsitek Indonesia karena mereka kerap kali menggunakan produk kami dalam mendesain. Secara tak langsung mereka mempromosikan sekaligus mengakui produk kami mampu bersaing dan dapat diandalkan,” jelas Tatok dalam acara media ghathering di pameran Megabuild 2017, Jakarta Convention Center, Jumat (17/3).

Melalui kompetisi ini, kata Tatok, Onduline menjadi perusahaan genteng bitumen pertama dan satu-satunya yang mempopulerkan atap sebagai bagian penting dari sebuah bangunan, khususnya hunian.

“Di saat banyak kompetisi arsitek bertema interior dan fasad bangunan, kami justru memfokuskan diri menggelar kompetisi yang menonjolkan fungsi dan estetika sebuah atap,” ujar Tatok.

Tema Destinasi Wisata Indonesia

Untuk kompetisi kali ini, Onduline mengangkat tema “Desain Atap Pondok Wisata Tepi Pantai”. Tema tersebut,  lanjut Tatok, untuk mendukung bangunan di sekitar pesisir pantai di 10 tempat destinasi wisata yang tengah dicanangkan pemerintah, seperti Kepulauan Seribu, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Wakatobi, mandalika, Labuan Bajo, Morotai, Kepulauan Riau, Bunaken, dan Danau Toba.

Dari 10 tempat destinasi wisata tersebut, ditetapkan 8 destinasi yang dapat dipilih bebas oleh peserta untuk menjadi lokasi yang akan menjadi acuan rancangannya.

“Indonesia memiliki anega ragam kebudayaan, termasuk model bangunannya. Karena itu, tidak ada patokan desain pondok wisata yang dilombakan. Yang penting desain harus mencerminkan budaya dan unsure lokal di kawasan itu,” terang Tatok.

Reissa Siregar, Marketing Communication PT Onduline Indonesia menambahkan, fokus penilaian terletak pada bentuk dan fungsi atap. Peserta bebas menentukan desain penyelesaian dan instalasi bentuk atap dengan iklim tropis Indonesia asalkan mudah diterapkan, serta memiliki panduan pemasangan yang baik dan benar.

Rancangan desain harus memiliki kriteria seperti climate change, memiliki energy alternative yang berasal dari energy terbarukan seperti sel surya atau mini hydro, desain atap yang nyaman dan sehat bagi penghuni, pemilihan material atap yang mampu mengurangi efek panas yang diterima di rumah, merupakan future green roof, dan atap mampu memberikan sirkulasi silang udara pada rumah.

Pendaftaran dan pengumpulan kompetisi berhadiah to Rp100 juta ini akan dibuka mulai 1 April-30 September 2017. Penjurian dan pengumuman pemenang dilakukan pada Oktober mendatang. Tahun ini, panitia menargetkan sedikitnya 200 karya akan masuk atau meningkat dua kali lipat dari tahun lalu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.