Pasarnya Meluas ke Segmen Dewasa

T_Joy_DireksiMarketing.co.id – Sudah lama anak Indonesia sangat menyukai produk-produk animasi dari Jepang. Oleh karena itu, Jepang telah menjadikan Indonesia sebagai pasar utama bagi produk animasinya. Sebagaimana dengan adanya event Jimpact 2013 yang diselenggarakan oleh T Joy Co, Ltd.

Bertahun-tahun lamanya film animasi dan komik Jepang mendominasi pasar Indonesia. Sebut saja Doraemon, Crayon Sin-Chan, Sailor Moon, Naruto, Dragon Ball, dan lain-lain.

Jutaan pasang mata anak-anak terhenyak menyaksikan berbagai karya animasi asal Negeri Sakura tersebut. Tidak heran bila Jepang akhirnya menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang menyelenggarakan Jimpact 2013 (Japan Anime dan J-POP Week).

Event ini merupakan sebuah perhelatan yang menampilkan pemutaran film-film animasi maupun rekaman konser musik dari Jepang yang kali ini diselenggarakan di studio XXI.

Festival yang berlangsung pada 14–20 Maret 2013 tersebut memutar berbagai film animasi baik untuk anak-anak, remaja, maupun orang dewasa dibarengi pemutaran berbagai rekaman pertunjukan music bank asal Jepang yang menyajikan musik-musik J-Pop.

Kegiatan Jimpact ini diselenggarakan oleh T-Joy Co. Ltd. salah satu perusahaan hiburan tiga besar di Jepang, bekerja sama dengan Grup Cineplex XXI.

Film-film yang diputar di antaranya Crayon Shin-Chan The Movie, My Bride Who Traveled Through Time and Space, 009 Re: Cyborg, Ghost in The Shell: Stand Alone Complex – Solid State Society 3D, After School Midnighters, Tiger & Bunny – The Beginning, Garo – Soukoku No Maryu, One Piece The Movie: Episode of Chopper – The Miracle Winter Cherry Blossom, serta Children Who Chase Lost Voices from Deep Below.

Sementara rekaman konser musik J-Pop yang dipertontonkan meliputi artis Ayumi Hamasaki, Aqua Timez, LiSA, Kana Nishino, Kalafina, GRANRODEO, serta JAM Project. Target pengunjung Jimpact 2013 kali ini, diharapkan bisa menembus 6.000 orang.

CEO, Director of Entertainment Business Department T-Joy Co. Ltd. Muneyuki Kii mengatakan, selama ini masyarakat Indonesia amat terekspos dengan film-film Hollywood, Cina, India, dan film lokal, sementara animasi Jepang dianggap sebagai film anak-anak. Musik Jepang pun sekarang kalah populer dengan musik Korea.

Di sisi lain, cosplay (costume play) dan komik-komik Jepang justru memiliki cukup banyak peminat di sini. “Karena itu kami melihat Indonesia sebagai pasar yang potensial untuk masuknya konten Jepang,” ujar dia.

Rencananya, T-Joy ingin mewujudkan pemutaran konten Jepang secara berkala dan terus mengembangkan hubungan kerja sama dengan Grup Cineplex XXI.

“Kami berupaya membentuk model bisnis bagi film animasi dan musik Jepang di sini, seperti yang telah kami lakukan dengan berbagai perusahaan hiburan terkemuka di Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Korea.”

T_JoyTujuan Jepang membangkitkan gairah pasar Indonesia terhadap konten-konten yang dimilikinya cukup beralasan. Menurut Muneyuki, selama ini Jepang dikenal sebagai pasar film ketiga di dunia setelah AS dan Cina. Per tahun ada 800 judul film yang diputar di sana.

Meskipun demikian, ternyata pendapatan dari hiburan ini pada tahun 2012 hanya sekitar US$ 2,1 miliar, dan dalam keadaan stagnan.

Dalam jangka menengah, turunnya angka kelahiran dan semakin banyak jumlah orang tua diperkirakan akan menyusutkan pasar dalam negeri. Berbeda dengan Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, Product Domestic Bruto Indonesia meningkat dengan cepat dan konsumsi untuk keperluan pribadi terus berkembang.

Mengingat adanya peningkatan pada konsumsi pribadi di sini, T-Joy yakin ada potensi yang cukup besar untuk memperluas pasar melalui pengiriman konten-konten Jepang secara proaktif melalui kegiatan-kegiatan seperti Jimpact ini. Lagi pula, dibandingkan kawasan Asia lain, seperti Hong Kong, Singapura, dan Taiwan, distribusi film animasi Jepang di Indonesia masih kecil.

“Kami ingin membentuk pasar tersendiri di Indonesia, dimana kelak penyuka film animasi tidak lagi hanya anak-anak kecil dan remaja, tetapi seperti di Jepang, kaum dewasa pun akan menggemarinya,” tandas dia.

Sementara itu, Shigeru Komatsubara, Deputy Director, Media & Content Industry Division dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, menyatakan bahwa Jimpact merupakan bagian dari kampanye pemerintah Jepang yang bernama “Japan Cool” sebagai kebijakan yang mendorong  industri kreatif di Jepang.

“Sudah banyak konten negara kami yang mendapat sambutan positif di berbagai negara, termasuk penyelenggaraan Jimpact. Di Indonesia sendiri, buku komik Jepang yang dikenal luas sebagai manga telah dipublikasikan selama lebih dari 10 tahun, dan telah menjadi sangat populer,” terangnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Armein Firmansyah, menyatakan, kegiatan Jimpact 2013 diharapkan bisa menjadi ajang untuk menambah wawasan bagi masyarakat, termasuk pelaku-pelaku industri kreatif nasional. Seperti bidang animasi dan musik untuk memperoleh pembelajaran bagaimana menciptakan produk yang bisa go international.

Selama ini film dan musik merupakan industri yang termasuk ke dalam ekonomi kreatif di Indonesia. Nilai tambah yang dihasilkan dari industri kreatif pada tahun 2012 lalu adalah sebesar Rp 573,89 triliun dengan menyerap 11,8 juta pekerja, dan terdiri dari 5,4 juta usaha kreatif.

Fotografer : Lilyanti

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.