Pelangi di Panggung Restoran Korea

Merek lokal bercita rasa Korea ini bukan hanya ingin memanfaatkan demam K-Pop di Tanah Air. Mujigae memiliki visi jangka panjang menjadikan kuliner negeri ginseng sebagai bagian dari gaya hidup konsumennya.

mujigaeSalah satu rumus untuk sukses dalam marketing adalah memanfaatkan tren yang sedang melanda anak-anak muda. Dalam dunia pemasaran, tren dibedakan dengan fad. Fad adalah histeria atau kesukaan masyarakat yang berlangsung singkat, tidak dapat diduga, berusia pendek, dan tidak berdampak secara sosial, ekonomi, dan politik.

Sedangkan tren adalah urutan-urutan peristiwa khusus yang memiliki beberapa momentum dan mampu bertahan lama. Tren cenderung bisa diramalkan dan bertahan lama dibanding fad. Tren mengungkap bentuk masa depan dan menawarkan banyak peluang.

Demam budaya populer Korea yang melanda Indonesia dalam beberapa tahun belakangan bisa dikategorikan sebagai tren. Tren ini memberikan dampak yang besar pada genre musik, mode rambut, dan pakaian di kalangan muda. Tren yang dikenal lewat istilah K-Pop ini juga merembes ke industri kuliner dengan bermunculannya restoran Korea.

“Mujigae”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “pelangi” ingin memberikan warna tersendiri dalam industri kuliner di Indonesia, khususnya di kategori restoran Korea. Mujigae yang berada di bawah bendera Champ Group memulai operasi sejak tahun 2013, dan saat ini memiliki 13 gerai yang berlokasi di kawasan Jabodetabek dan Bandung.

Alvin Arief, Director Champ Group, mengakui awalnya Mujigae dihadirkan untuk memanfaatkan demam Korea. Champ Group melihat ada celah di bisnis kuliner Korea, karena restoran Korea masih terbatas di kota-kota besar. Itu pun unsur tradisi Korea terlalu kuat dan harganya mahal. “Sementara kalau kita lihat dari lifestyle Korea-nya sendiri tidak seperti itu. Orang Korea tidak setiap hari makan Korean Barbeque,” katanya memberi contoh.

Alvin Arief, Direktur PT Kwarto Rajawali
Alvin Arief, Direktur PT Kwarto Rajawali

Alvin ingin memberi nuansa yang lebih “light” di Mujigae, tanpa menghilangkan sentuhan Korea. Karena itu, konsep yang ditawarkan adalah “fast casual”. Dengan konsep ini Alvin ingin menjadikan kuliner Korea menjadi bagian dari gaya hidup dan menjadi menu sehari-hari masyarakat Indonesia.

Mujigae dengan cepat meraih popularitas di masyarakat karena memang cita rasa kuliner Korea ternyata tidak jauh berbeda dari kuliner Indonesia. “Setelah launching, ternyata kami baru sadar taste Korea dan taste Indonesia cukup mirip. Contoh, sausnya banyak menggunakan cabai. Kecap asinnya pas. Bahkan kita lebih familier dengan makanan Korea ketimbang makanan Jepang,” jelas Alvin yang ditemui di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Harga Terjangkau

Menu favorit di Mujigae yaitu “Bibimbap”, makanan khas Korea berupa nasi campur. Bibimbap disajikan di dalam mangkuk panas (hot stone bowl), di atasnya diletakkan aneka lauk seperti sayuran, daging, telur, dan keju. “Kami jadikan ini menu andalan karena banyak orang yang menyukai,” tandas pria yang menggemari makanan Korea sejak kuliah di AS ini.

Untuk menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia, Mujigae melakukan modifikasi minor pada menu Bibimbap. Kalau dalam tradisi kuliner Korea, telur yang diletakkan di atas Bibimbap adalah telur mentah. Sementara di Mujigae telurnya setengah matang. Ini dilakukan karena orang Indonesia umumnya kurang menyukai makanan mentah.

“Setelah launching, ternyata kami baru sadar taste Korea dan taste Indonesia cukup mirip.”

Sekali makan di Mujigae, konsumen cukup merogoh kocek Rp50.000–Rp60.000. Uang sebesar itu sudah cukup untuk menikmati menu di Mujigae seperti Bibimbap plus minumannya. Harga menu memang cukup ramah bagi kantong anak muda, first jobber, dan keluarga yang menjadi target pasar Mujigae.

Alvin menyadari demam Korea di Indonesia suatu saat akan mencapai tahap mature seperti demam budaya Jepang di Indonesia. Karena itu, Alvin memiliki visi jangka panjang dalam mengembangkan Mujigae. Ke depan, pihaknya akan lebih banyak lagi membuka gerai Mujigae, agar lebih banyak konsumen yang bisa menikmati makanan Korea.

Tahun ini Mujigae berencana membuka 2–3 gerai lagi, yang sudah terealisasi 1 gerai di Mal Citraland, Jakarta. Tahun depan Mujigae akan lebih agresif dengan membuka 6–8 gerai lagi. Sementara untuk konsumen loyal, akan diluncurkan reward card pada September 2016. “Dengan reward card konsumen bukan hanya berpeluang mendapatkan makanan gratis, tapi bisa mendapatkan tiket konser dan CD asli gratis bertanda tangan artis-artis K-Pop,” jelas dia.

Alvin menegaskan, hingga saat ini Mujigae melenggang tanpa kompetitor. Meski begitu pihaknya akan tetap fokus, konsisten, dan mempertahankan passion dalam berbisnis. Pasalnya tiga hal tersebut menjadi kunci sukses Mujigae selama ini.

Tony Burhanudin

MM092016/W

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.