Pelopor Konsep Net Neutrality

Melalui konsep Net Neutrality, FiberStar coba merangkul penyedia layanan komunikasi bergabung untuk menghasilkan koneksi internet supercepat yang mampu mencapai 1 Gbps.

 fiberstar

Saat ini tingkat penetrasi internet di Indonesia diperkirakan telah mencapai 40%, atau sekitar 104 juta orang. Tahun 2020 mendatang angkanya diperkirakan meningkat menjadi 136 juta orang. Meski begitu, sayangnya pengguna internet di Indonesia masih mengalami kendala dalam mendapatkan kualitas layanan koneksi internet yang sepadan dikarenakan keterbatasan infrastruktur dan juga keterbatasan konten.

Commerce Director PT Mega Akses Persada (FiberStar) Thomas Dragono, mengemukakan, koneksi internet di Indonesia masih cenderung mahal dan lambat lantaran kurangnya ketersediaan infrastruktur dan biaya operasional yang tinggi. Padahal, kebutuhan layanan akses internet berkecepatan tinggi masyarakat Indonesia semakin meningkat.

Berdasarkan catatan FiberStar, di tahun 2010 pemakaian internet mencapai sekitar 4─8 Mbps, bahkan sudah mencapai sekitar 10 Mbps pada tahun 2015. “Kondisinya bertolak belakang pada tahun 2016 lalu, animo pasar mengalami perubahan. Provider sudah berlomba-lomba mencapai 50–100 Mbps dan seterusnya,” ungkap Thomas.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sejak tahun 2016 FiberStar telah melakukan terobosan dengan menawarkan platform ketersediaan jaringan berkecepatan hingga 1 Gbps. Hal ini akan meningkatkan kenyamanan masyarakat dalam mengakses internet, dengan kecepatan tinggi tanpa gangguan.fiberstar

“Kecepatan akses internet sebesar 1 Gbps merupakan sesuatu yang baru. FiberStar menjadi pelopor dalam penyediaan jaringan internet ultra cepat. Jaringan FiberStar yang menggunakan fiber optik dipercaya memiliki tingkat keamanan yang terbaik untuk informasi data dan telekomunikasi,” ujar Thomas.

FiberStar menerapkan solusi berbasis fiber optik dengan konsep Net Neutrality yang memungkinkan perusahaan penyedia layanan internet, layanan televisi berbayar, dan layanan telekomunikasi dapat bergabung di jaringan FiberStar. Dengan begitu, konsumen memiliki kebebasan untuk dapat memilih provider yang cocok.

Untuk menyediakan jaringan internet, tentu diperlukan infrastruktur memadai yang biayanya juga tidak sedikit. Melalui konsep Net Neutrality ini provider tidak lagi memikirkan investasi dan biaya perawatan infrastrukturnya karena disediakan FiberStar.

“Kami mengundang para penyedia layanan internet untuk segera bergabung dengan tujuan menghadirkan layanan internet yang mumpuni ke masyarakat luas. Sampai akhir tahun 2016, sudah ada 32 provider yang bergabung dengan FiberStar,” jelas Thomas.

Tiga tahun sejak awal kemunculannya di tahun 2014, FiberStar berhasil menjamah 65 kota di berbagai lokasi di Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Bahkan sepanjang Pulau Jawa mulai Tangerang hingga Denpasar tersedia jaringan kabel serat optik sepanjang 1.640 kilometer untuk mempercepat adopsi TIK di era digital.

“Di era digitalisasi, konektivitas merupakan hal yang sangat penting dalam membangun komunitas digital, apalagi dalam kawasan industri yang merupakan salah satu tulang punggung perekonomian bangsa,” jelas Thomas.

FiberStar berkomitmen membangun jaringan hingga 200 kota di tahun 2019 guna meningkatkan kenyamanan masyarakat Indonesia untuk jaringan internet yang cepat dan stabil. Menariknya, jaringan ini tidak hanya tersedia untuk masyarakat yang berada di kota besar saja, tapi hingga tingkat kabupaten dan kota madya, khususnya di Pulau Jawa.

Langkah ini sejalan dengan program pemerintah “Rencana Pita Lebar Indonesia” (RPI) tahun 2014─2019. Sesuai dengan program tersebut, Bappenas menargetkan adopsi internet broadband mencapai 71% di perkotaan dan 49% di perdesaan pada tahun 2019.

Thomas membeberkan, di setiap kota disediakan 100 Gbps dan perangkat yang terpasang dipantau kualitas jaringannya. FiberStar tidak hanya membangun jaringan di kawasan perumahan, tetapi juga di kawasan perkantoran, industri, komersial dan niaga, serta mendukung konsep smart city untuk pemerintah daerah.

“Jaringan fiber optik dipercaya merupakan teknologi fundamental yang akan membentuk suatu kawasan menjadi kawasan smart city yang terintegrasi. Tujuannya dapat memberikan layanan bernilai dan berkelas bagi masyarakat luas, dalam hal penerapan TIK,” imbuhnya.

Thomas mengemukakan konsep Net Neutrality di Indonesia masih tergolong baru sehingga dibutuhkan edukasi kepada masyarakat secara luas. Beragam edukasi pasar telah dilakukan FiberStar mulai dari sosialisasi ke kampus, pengembang dan perumahan, pemerintah daerah; serta aktif di pameran TIK.

Dengan berpartisipasi dalam pameran TIK diharapkan dapat menjadi jembatan informasi kepada masyarakat maupun calon konsumen mengenai pentingnya jaringan telekomunikasi yang aman dan stabil menggunakan jaringan fiber optik FiberStar.

“Kami berharap dapat terus berinovasi dalam menunjang kebutuhan telekomunikasi berbasis fiber optik, sehingga mampu mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai perusahaan telekomunikasi yang andal dan terpercaya demi pemerataan adopsi TIK di Indonesia,” pungkas Thomas.

 

Moh. Agus Mahribi

MM.09.2017/W

 

“Jaringan fiber optik dipercaya merupakan teknologi fundamental yang akan membentuk suatu kawasan menjadi kawasan smart city yang terintegrasi. Tujuannya dapat memberikan layanan bernilai dan berkelas bagi masyarakat luas.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.