Pemimpin Wanita Untuk Mengurangi Risiko Bisnis

Isu kesetaraan gender tetap menarik diperbincangkan, termasuk di dunia bisnis. Masuknya wanita dalam deretan pucuk pimpinan perusahaan akan mengurangi risiko bagi perusahaan dan menciptakan keragaman. Demikian disampaikan Johana Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia dalam pemaparan hasil riset Grant Thornton mengenai posisi wanita dalam bisnis, di Jakarta, Rabu (10/4/17).

Lebih jauh Johana mengatakan, risiko yang dimaksud adalah perusahaan akan terhindar dari keseragaman ide dan gagasan dalam mengembangkan bisnis  atau mengambil keputusan. Hal ini dikarenakan wanita memiliki karakter yang berbeda dengan pria. Wanita kata Johana lebih bersifat nurturing (membimbang dan mengasuh). “Nurturing sudah menjadi DNA bagi perempuan,” tandas Johana.

Kelebihan lain dari wanita sebagai pemimpin, mereka punya intuisi yang kuat. Perempuan lebih mengandalkan intuisi sementara pria lebih mengedapankan rasio dan hal-hal teknis. “Wanita juga lebih hati-hati dalam mengambil keputusan,”imbuh dia.

Johana Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia sedang menjelaskan hasil survei "Women in Business"
Johana Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia sedang menjelaskan hasil survei “Women in Business”

Meski memiliki kelebihan yang dibutuhkan dalam dunia bisnis, ada hambatan yang membuat perempuan sulit untuk meraih jenjang lebih tinggi di dunia bisnis. Hambatan tersebut sifatnya internal, yakni terperangkap dalam  zona nyaman (comfort zone).

Hasil Suvei Grant Thornton bertajuk “Women in Business 2017” memberi kabar gembira bagi wanita Indonesia. Presentasi jumlah wanita Indonesia yang menakhodai suatu perusahaan melonjak drastis dengan menempati urutan teratas di Asia Pasifik dan nomor 2 di seluruh dunia. Dari hasil survei global terhadap 5.500 perusahaan di 36 negara periode Oktober –Desember 2016, sebesar 46% wanita di Indonesia berhasil berada di pucuk senior kepemimpinan, naik dibandingkan tahun 2016  lalu yang 36%.

Data Grant Thornton menunjukkan keberagaman gender secara mengejutkan dimotori oleh negara-negara berkembang, yang memiliki 29% posisi senior dijabat oleh wanita. Perbedaannya cukup mencolok dibandingkan negara-negara maju yang memiliki posisi terendah dengan mencatatkan 13% wanita di posisi manajemen senior mereka.

Negara-negara yang memiliki proporsi tertinggi untuk posisi senior yang diduduki wanita; Rusia (47%), Indonesia (46%), Estonia (40%), Polandia (40%), dan Filipina (40%). Adapun negara-negara yang memiliki   memiliki proporsi terendah untuk posisi senior yang diduduki wanita: Jepang (7%),  Argentina (15%), India (17%), Jerman (18%), dan Brazil (19%).

Di Indonesia jabatan tinggi yang diisi oleh wanita mencakup Chief Financial Officer (20%), Chief Operational Officer (14%), Chief Information Officer (8%), dan Chief Executive Officer (6%).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.