RADEX Radio Bergantung pada Digital, Benarkah?

Imansyah, Director Masima
Imansyah, Director Masima

Menurut data dari Nielsen, terhitung sejak tahun 2009, RADEX (Radio Advertising Index) Indonesia terus menurun. Jika semakin berlanjut, hal ini bisa berdampak pada ekosistem bisnis radio yang kian memburuk. Ditambah lagi dengan adanya mainan baru yang tak pernah lepas dari genggaman,yakni gadget.

“Dampak negatif dari pertumbuhan digital adalah jumlah time listening ke radio berkurang, karena mereka punya mainan baru. Misalnya saat prime time radio, yakni pas lagi di mobil, biasanya masyarakat mendengarkan radio. Sekarang ketika ada medium digital, orang bisa main dengan gadget-nya, di situ posisi radio tergantikan,” ucap Imansyah, Director Masima.

Kendati sudah menggantikan posisi radio, Masima justru berharap banyak pada pertumbuhan digital. Apa yang mendasarinya?

Imansyah cukup tenang dan optimis akan pertumbuhan radio, karena menurutnya jumlah pendengar radio tidak berkurang. Hanya ada sedikit pergeseran cara mendengarkan, yang awalnya via medium konvensional, ke medium modern (gadget / lewat aplikasi ponsel).

Ia juga meyakini, bahwa pelaku industri radio hanya perlu me-monetize media baru tersebut (digital), jika sudah waktunya, mungkin mereka akan bisa me-utilize-nya.

“Kita punya kesamaan dengan media sosial, yaitu dari sifatnya yang personal,” lanjut pria yang akrab disapa Iwoch.

Masuknya industri radio ke digital juga dinilai dapat menutup kelemahan radio yang selama ini mereka alami. Karena kini, pendengar radio tak lagi terbatasi oleh frekuensi, pendengar bisa tetap mendengarkan via website atau aplikasi secara streaming, asalkan ada koneksi internet. Dengan beralih ke digital, kontennya pun bisa di kreasikan, tak terbatas pada format suara.

“Internet membuat kami bisa didengar oleh masyarakat di seluruh penjuru dunia. Itu memudahkan kami dalam mencari pendengar baru dan menjaga pendengar kami yang lama,”kata Iwoch.

Inilah yang kemudian membuat Iwoch yakin bahwa digital bisa menaikan RADEX Indonesia ke arah yang lebih baik. Pasalnya, buruknya RADEX disebabkan oleh banyaknya industri radio yang dianggap kurang becus dalam mengelola sistemnya. Alhasil, secara general, radio dinilai sebagai media yang kurang dipercayai pengiklan.

“RADEX kita memang turun terus, karena pengolahan radio yang payah. Dari 700 stasiun radio di Indonesia, kalau dihitung paling cuma 10% yang bagus, yang lainnya enggak. Ini membuat industri radio terkesan nggak seksi di mata pengiklan,” tukas Iwoch.

“Dengan kemajuan digital, semoga para pelaku industri radio bisa lebih kreatif dalam pengelolaannya biar jadi seksi lagi. Kalau sekarang, RADEXnya nggak nyampe 1%. Padahal rata-rata global 7% sampai 10%,” tambahnya lagi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.