Raksasa Digital Yang Baik Hati

Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkomsel berbicara dengan seorang ibu yang mudik dengan keluarganya untuk pulang ke kota Yogyakarta
Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkomsel berbicara dengan seorang ibu yang mudik dengan keluarganya untuk pulang ke kota Yogyakarta

“Mamah Minta Pulsa”. Kalimat ini sering menjadi guyonan dalam kehidupan sehari-hari. Frasa ini bermula dari maraknya penipuan melalui telepon selular. Modusnya orang yang tidak kita kenal mengaku sebagai ibu kita, mengirim SMS minta dibelikan pulsa telepon selular.

Frasa ini sebenarnya menggambarkan betapa pulsa sudah menjadi kebutuhan ‘pokok’ untuk menunjang komunikasi antar manusia. Dalam perkembangan selanjutnya, kita membutuhkan pulsa internet atau paket data untuk mendukung aktivitas komunikasi kita.

Saat ini pulsa internet sudah menjadi kebutuhan bagi semua kalangan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Anak-anak sekolah membutuhkan data internet agar bisa mengakses internet untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kita membutuhkan pulsa internet agar bisa mengakses media sosial dan berbelanja online.

Kebutuhan akan pulsa internet mendatangkan berkah tersendiri bagi operator selular. Di tengah tren penurunan pendapatan dari layanan SMS dan Voice dalam beberapa tahun terakhir, layanan paket data menjadi tumpuan pendapatan operator selular, saat ini dan di masa depan.

Gelagat penurunan pendapatan dari layanan voice sudah terlihat sejak tahun 2009. Berdasarkan riset Frost & Sullivan, pendapatan operator dari layanan voice sejak 2009 hingga 2011 lalu mulai menurun dari sekitar 67 persen, 62 persen dan 60 persen. Sementara pendapatan dari layanan non voice pada periode yang sama naik dari 33 persen, 38 persen dan 40 persen di akhir 2011 (Selular.Id)

Tuntutan konsumen terhadap layanan operator pun bergeser. Kalau sebelumnya konsumen menuntut suara yang jernih ketika menelpon, kini mereka menuntut koneksi internet cepat ketika mengakses internet melalui smartphone. Operator pun berlomba-lomba membangun jaringan 3G dan 4G.

Arah bisnis operator akhirnya berubah haluan. Yang sudah jelas-jelas melakukan transformasi bisnis Telkomsel. Operator yang identik dengan warna merah ini bertransformasi dari perusahaan Telco menjadi perusahaan Dico (Digital Company). Transformasi sudah mulai dibawah kepemimpinan Alex J. Sinaga dan dilanjutkan oleh penerusnya Ririek Adriansyah.

Transformasi menjadi Dico diwujudkan Telkomsel dengan membangun ekosistem digital. Ekosistem digital dibangun melalui tiga jalur Device, Network, dan Application, atau dikenal dengan istilah DNA. Ketiganya saling terkait dan bersinergi, untuk membentuk apa yang disebut dengan masyarakat digital (digital community).

Bagaimana peran Telkomsel dalam membentuk masyarakat digital Indonesia? Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah, dalam kesempatan HUT ke-21 Telkomsel beberapa waktu lalu mengatakan, Telkomsel diperkuat dengan 116 ribu BTS, dimana 4500 diantaranya BTS untuk 4G. Layanan 4G sudah bisa dinikmati di 100 kabupaten di Indonesia. BTS sebanyak itu untuk melayani pelanggan 4G Telkomsel jumlahnya sekitar 5 juta.

Digital community sudah tampak dalam kehidupan sehari-hari. Di bidang transportasi masyarakat sudah terbiasa menggunakan ojek online dan taksi online melalui Gojek atau Grab. Masyarakat juga makin terbiasa bertransaksi dan membeli sesuatu secara online. Semua ini bisa dilakukan cukup menggunakan smartphone yang terkoneksi dengan internet.

Beberapa contoh di atas memberi gambaran kepada kita, bahwa proses digitalisasi selalu melibatkan tiga elemen, yakni device (perangkat mobile), network yang disediakan oleh operator selular, dan aplikasi mobile yang diciptakan oleh para pengembang. Karena itu, kolaborasi dari tiga pihak (Device, Network, dan Application) menjadi keniscayaan, dimana ketiganya harus bersinergi bukan saling berseteru.

foto: Dokumentasi Telkomsel
foto: Dokumentasi Telkomsel

Strategi Membangun Masyarakat Digital Indonesia

Ada beberapa strategi yang dilakukan Telkomsel untuk membangun masyarakat digital. Di bidang pembayaran Telkomsel memiliki T-Cash. T-Cash menjadi solusi pembayaran non tunai melalui ponsel. T-Cash sangat cocok untuk masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan. Melalui T-Cash berarti Telkomsel turut membantu pemerintah untuk memasyarakatkan layanan keuangan inklusif (financial inclusion) dan gerakan Non-Tunai (GNNT) melalui teknologi informasi.

“Kami akan terus melakukan pengembangan sehingga produk ini senantiasa memberikan solusi yang tepat, mendorong laju pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah, berdampak sosial yang positif dan pada akhirnya memberi kontribusi bagi Indonesia”, tutur Ririek mengenai produk T-Cash.

Untuk segmen anak muda, Telkomsel menawarkan LOOP Station. Melalui segmen ini anak-anak muda diperkenalkan dengan teknologi dan merasakan pengalaman menikmati berbagai layanan digital dari Telkomsel. LOOP Station yang dirancang untuk menjadi tempat ‘nongkrong’ generasi digital sudah hadir di Bandung dan Jakarta.

Sementara untuk merangsang lahirnya pengembang aplikasi andal, Telkomsel menggagas program THE NEXTDEV. THE NEXTDEV, yang tahun ini sudah memasuki tahun kedua merupakan kompetisi antar pengembang aplikasi lokal. Menurut Adita Irawati, Vice President Corporate Communication Telkomsel, tahun ini fokus THE NEXTDEV diarahkan untuk melahirkan aplikasi untuk mendukung konsep smart city dan smart village.

Generasi digital native juga tidak luput dari perhatian Telkomsel. Digital native, istilah ini merujuk pada anak-anak yang tumbuh kembang bersama teknologi digital. Mereka mesti diberi edukasi pemanfaatan internet untuk tujuan-tujuan positif. Kampanye #internetBAIK yang dinisiasi Telkomsel bertujuan untuk menciptakan ekosistem digital yang positif dan konstruktif dengan penggunaan internet yang bertanggung jawab, aman, inspiratif, dan kreatif (BAIK).

Sibuk membangun ekosistem digital tidak membuat Telkomsel melupakan “khitahnya” sebagai operator yang mengemban misi Public Service Obligation (PSO). Harus diakui ditengah merekahnya bisnis layanan data, ada sebagian masyarakat Indonesia yang masih membutuhkan layanan dasar komunikasi seluler voice dan SMS.

Mereka sebagian besar tinggal di wilayah perbatasan dan pulau-pulai terpencil. Untuk melayani segmen ini Telkomsel membangun BTS Merah Putih. Dalam waktu dekat Telkomsel akan membangun 40 BTS Merah Putih. Jika terealisasi, maka total BTS Merah Putih yang dibangun Telkomsel mencapai 400 BTS.

Sebanyak 40 BTS Merah Putih yang akan digelar Telkomsel pada tahun ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Melihat sepak terjang Telkomsel, rasanya tidak berlebihan jika kita berharap Telkomsel akan menjadi raksasa digital di tanah air, melanjutkan legacy-nya sebagai operator seluler nomor wahid.

Namun kita berharap Telkomsel yang kelak menjadi raksasa digital tetap memilki tanggung jawab moral untuk terus mengedukasi konsumennya agar memanfaatkan teknologi digital untuk hal-hal yang bermanfaat. Kita juga menaruh harapan besar pada Telkomsel konsisten melayani masyarakat yang masih membutuhkan layanan dasar komunikasi. Bukankah operator ini mengklaim sebagai operator ‘Paling Indonesia’?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.