Salesman Jangan Gaptek

Sales konvensional dituntut membuka diri dan belajar lebih cerdas lagi agar tak tergerus perkembangan zaman yang serba ringkas dengan adanya teknologi digital.

 salesman

Sales person atau lebih dikenal dengan salesman memiliki peran penting bagi perusahaan, lantaran besarnya omzet dan laba yang dihasilkan perusahaan salah satunya ditentukan dari keberhasilan penjualan yang dilakukan tim sales. Meski keberadaannya cukup vital, pekerjaan di bidang sales masih dipandang sebelah mata bagi sebagian orang.

Ironisnya, banyak orang yang menjadikan profesi salesman sebagai pilihan terakhir dalam berkarier, itu pun sebagai batu loncatan. Padahal sejatinya jika ditekuni dengan sungguh-sungguh, profesi ini memiliki potensi yang menjanjikan baik dari sisi penghasilan maupun jenjang karier. Liana Setiawan salah satunya.

“Tertarik menggeluti dunia sales karena dinamis. Di bidang ini berkesempatan mengenal banyak orang, belajar mengenai karakter orang, dan memahami customer behavior,” kata Liana yang kini menjabat Sales Director PT Datascrip.

Liana mengawali karier sebagai sales executive pada tahun 1994 di PT Subur Printing. Setahun kemudian, ia berlabuh di Datascrip sebagai asisstant marketing manager. Kariernya cukup cemerlang, sebab di tahun 1999 jabatannya naik menjadi modern channels sales manager.

Selama di Datascrip, Liana sempat menempati beberapa posisi, yakni modern channels department manager (2002) dan senior department manager for modern channels department (2005). Kemudian pada tahun 2011, ia dipercaya perusahaan untuk memimpin Sales Department sebagai sales director hingga sekarang.

“Selama berkarier di sales, beragam terobosan telah dilakukan, antara lain memulai channel penjualan baru seperti modern market channel, serta terus mengimbangi kegiatan sales dengan kemajuan zaman dan teknologi seperti mobile working dan e-commerce,” sebut dia. 

Ada dua hal yang menjadi kunci sukses Liana meniti karier dalam dunia sales. Pertama, detail. Melalui detail-oriented person, suatu pekerjaan akan dilihat ulang dan dipastikan tidak ada yang salah, bahkan akan dilakukan pengecekan berulang-ulang sampai dia merasa pekerjaannya benar-benar tepat dan sempurna.

Kedua, delegasi. Pendelegasian sangat penting sebab melalui pendelegasian setiap individu di dalam perusahaan dapat berfungsi secara normal sehingga pekerjaan dapat berjalan baik meski tanpa kehadiran pemimpin puncak atau atasan secara langsung.

“Di awal perjalanan karier, saya mengalami pekerjaan sebagai seorang salesman sehingga memahami detail dalam pekerjaan sales mulai dari hal-hal yang mendasar, dan terus terbawa sampai sekarang,” ujar Liana.

Budaya Catur Sila

Di bawah kepemimpinan Liana, Sales Department Datascrip menangani beragam channel penjualan, seperti retail, modern market, government, serta private company. Selain kantor pusat di Jakarta, terdapat 10 kantor penjualan cabang yang tersebar di Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, Pekanbaru, Padang, Palembang, Balikpapan, Manado, dan Jambi.

“Total sales person/salesman Datascrip baik yang di kantor pusat maupun di kantor cabang sebanyak 200 orang,” sebut Liana.

Guna membangun tim sales yang kuat dan solid sehingga mampu mencapai target penjualan perusahaan, Datascrip menerapkan budaya perusahaan yang digagas pendiri Datascrip, Joe Kamdani. Budaya perusahaan tersebut adalah Catur Sila yang terdiri dari Succeed above Success, CARE (Customer Interest, Attentive, Responsive, Enthusiasm), SMILE (Share, Motivate, Improve, Lead, Efficient), dan CoCoCoCo (Communication, Cooperation, Coordination, Commitment). 

Motivasi terbesar itu datangnya dari diri sendiri. Jadi, yang penting adalah bagaimana membuat aware bahwa menjadi sales person, mereka bekerja untuk memberikan manfaat bagi diri sendiri sehingga mereka akan selalu berusaha mencapai puncak dalam pencapaian target,” jelas Liana.

Berbicara perkembangan dan tren dunia sales saat ini, Liana mengatakan kompetisi yang semakin ketat berimplikasi pada kebutuhan sales person yang andal supaya tetap berada di dalam peta persaingan. Alhasil, dunia sales berkembang dengan sangat pesat. Perbedaan yang dirasakan antara sales person 10 tahun lalu dengan sekarang adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang masif.

“Perkembangan TIK mendorong informasi semakin terbuka dan mengubah perilaku konsumen. Dengan kondisi ini, sales person harus ‘melek teknologi’ dan jangan sampai gagap teknologi atau gaptek. Selain itu, sales person juga harus memiliki kekuatan informasi dan data,” imbuhnya.

Tak dipungkiri Liana, era digital memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, terutama dalam hal pemasaran. Namun, sales person masih memiliki peran cukup signifikan. Pasalnya, banyak produk yang penjualannya tidak bisa langsung lewat e-commerce atau hanya melalui gadget. 

Masih banyak produk yang membutuhkan penjelasan dan panduan dari ahlinya supaya konsumen bisa lebih memahami dan menguasai produk yang akan dia beli, misalnya produk-produk capital goods. “Dalam menghadapi era digital, sales person harus bisa menganalisis data dengan tepat serta memanfaatkan dan mengelola basis data tersebut dengan tepat pula,” tutup Liana.

 

Moh. Agus Mahribi

MM.05.2017/W

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.