Sosok Keibuan di Balik Sukses Amanda

Amanda_SumiwiludjengMarketing.co.id – “Selalu ada romantika menarik dari bisnis keluarga. Begitu pun yang terjadi dengan Amanda Brownies. Siapa nyana resep Amanda Brownies awalnya bukan dibuat oleh Sumiwiludjeng sendiri, tapi ia memperolehnya dari sang adik.”

Sumiwiludjeng barangkali seperti kebanyakan sosok ibu-ibu rumah tangga lainnya yang kerap membuat kue untuk anak-anak mereka. Hanya bedanya

sebelum mengembangkan Amanda, ia kerap berbagi keahlian membuat kue dengan orang banyak, termasuk kepada ibu-ibu Dharma Wanita di Perum Pos dan Giro (kini PT Pos Indonesia), tempat almarhum suaminya bekerja.

Selalu ada romantika menarik dari bisnis keluarga. Begitu pun yang terjadi dengan Amanda Brownies. Siapa nyana resep Amanda Brownies awalnya bukan dibuat oleh Sumiwiludjeng sendiri, tapi ia memperolehnya dari sang adik.

Sumiwiludjeng adalah sosok yang sederhana. Kesederhanaan itu tampak dari pemilihan nama “Amanda” yang merupakan kependekan dari “Anak Mantu Damai”.

Tanpa mengesampingkan sikap profesionalisme, kekeluargaan menjadi pilar utama bisnis Amanda. Jangan seperti kacang yang lupa kulitnya dan tidak perlu hidup berlebihan-lebihan, demikianlah antara lain pesan Sumiwiludjeng kepada keempat anaknya yang kini mengelola Amanda.

Bagaimana perempuan kelahiran Jombang, Jawa Timur, dan nenek dari delapan cucu ini merintis usaha Amanda? Berikut petikan wawancara dengan Sumiwiludjeng, pendiri Amanda Brownies.

Bagaimana awalnya tertarik pada bisnis kuliner, dorongan hobi atau memang ingin serius berbisnis?

Awalnya bisa dikatakan karena faktor hobi. Kedua, karena kita terkadang dalam situasi yang akhirnya kita memutuskan mencari tambahan income untuk keluarga, bantu suami. Ini yang menjadi dasar dalam bisnis kami. Tentunya tidak langsung ketemu dengan brownies dan langsung mengembangkannya, tapi ini melalui perjalanan yang cukup panjang.

Ibu dapat resep dari mana?

Dari adik saya, tapi dia juga belum pernah mencoba, awalnya malah gagal, karena belum ada gambaran akan seperti apa. Saya berpikir ini bolu biasa, tapi ada beberapa komposisi bahan yang membuat rasanya agak berbeda, dan ini menjadi salah satu yang dikukus, kalau brownies lain biasanya dioven.

Siapa yang mendorong Ibu agar mengembangkan usaha ini?

Kami di keluarga selalu sharing. Kalau saya membuat makanan, anak-anak selalu komentar dan kasih masukan. Ini kan home industry tapi banyak orang dari Jakarta yang pesan, ini makin membuat saya percaya diri. Akhirnya saya mulai menawarkan kepada anak-anak untuk membantu mengembangkan usaha ini. Saya gandeng anak-anak, anak saya empat laki-laki semua, kebetulan belum mendapat job yang tepat dan kebetulan mereka ingin mandiri. Akhirnya dengan dukungan suami dan anak-anak dikembangkanlah usaha ini.

Siapa yang memberi nama Amanda?

Gagasan itu datang dari saya. Sebelumnya sempat bingung mencari nama yang pas, katanya nama itu harus mempunyai arti dan memberi harapan. Okelah saya beri nama Amanda, yang pasti itu bukan diambil dari nama salah seorang cucu saya. Amanda itu merupakan singkatan dari “Anak Mantu Damai”. Wajarnya kalau sebagai orangtua berharap kalau anak-anaknya yang sudah berkeluarga bisa membangun suatu keluarga yang damai dan suasana damai itu bisa diturunkan kepada anak-anak mereka.

Masih ingat berapa modal awal ketika merintis usaha Amanda?

Kalau bicara modal dalam bentuk pinjaman itu nol. Kalau orang bangun usaha biasanya dapat pinjaman dari bank, kami tidak berani meminjam dari bank karena kami tidak punya jaminan, karena rumah yang kami tinggali saja belum lunas. Jadi, modalnya hanya tekad dan kemauan keras. Modal kami ambil dari keuntungan berjualan kue-kue lain yang kami rintis dari awal. Kami waktu itu benar-benar melakukan penghematan/mengecangkan ikat pinggang.

Bisnis Amanda cepat sekali berkembang, apa resepnya?

Pertama, yang harus kita jaga mutu, ini wajib untuk dijaga. Kedua, inovasi produk. Jadi, pengunjung yang datang ke outlet kami tidak hanya bertemu dengan brownies, tapi juga produk lain. Sekarang pengunjung juga bisa menemukan produk lain seperti pisang bolen, keripik kentang, keripik pisang, dan produk-produk berbasis pastry.

Lalu, apa kelebihan Amanda dibandingkan brownies lain?

Bukan saya yang harus menilai, tapi dari komentar yang kami dengar, barangkali dari rasa lebih variatif, ada manis, gurih, ada rasa coklat. Itu yang kami tonjolkan. Kami menawarkan berbagai rasa agar konsumen tidak bosan. Sekali lagi kami mendapatkan komposisi berbagai resep brownies itu tidak mudah dengan beberapa kali trial.

Sejauh mana Ibu masih mengontrol bisnis Amanda?

Saya sudah menyerahkan kepada anak-anak saya. Jadi, saya tidak banyak terlibat dan turut campur bagaimana mereka mengembangkan bisnis ini. Tetapi karena mereka menganggap saya sebagai ibunya dan juga sebagai orang yang mungkin ada sedikit pengetahuan yang bisa diberikan kepada anak-anak, mereka kadang masih minta pertimbangan saya jika mereka punya ide. Bagaimanapun saya berpikir mereka punya wawasan yang lebih luas. Mudah-mudahan langkah yang mereka ambil positif.

Sebagai pendiri Amanda, apa harapan Ibu terhadap Amanda di masa depan?

Satu hal yang harus dipikirkan, karyawan kami jumlahnya bukan sedikit, sekitar 1.000 karyawan di berbagai wilayah. Anak-anak kami sudah mulai memikirkan bidang-bidang lain di luar brownies, yakni transportasi dan usaha coklat agar kami tidak terlalu bergantung pada supplier coklat. Kami juga sudah masuk bisnis minuman dan kue-kue kering untuk segmen mass market.

***

Amanda_SugengKami juga berkesempatan berbincang-bincang dengan salah satu putra Sumiwiludjeng, Sugeng Cahyono. Wawancara dengan Operational Director Amanda Brownies ini membahas strategi bisnis Amanda dan upaya Amanda dalam menjaga pertumbuhan. Berikut petikannya.

Apakah Anda menyisihkan dana khusus untuk mengomunikasikan merek Amanda dan mengedukasi segmen pasar?

Pada dasarnya brand communication secara kontinu selalu kami lakukan, baik melalui media-media yang bersifat below the line maupun di berbagai kesempatan komunikasi publik. Karena hal tersebut bagian dari strategi marketing perusahaan, mengingat ada banyak kompetitor Amanda yang notabene mulai memproduksi produk serupa.

Jadi, bujet marketing yang setiap tahun kami anggarkan mencakup hal tersebut. Namun, bukan hanya mengedukasi, kami juga selalu berupaya menyuguhkan entertainment dan persuasif tentunya dalam menjalankan pola-pola komunikasi ataupun advertising agar setiap pesan yang disampaikan lebih unik dan tidak monoton.

Gerai Amanda cepat sekali berkembang, apakah Anda memperoleh bantuan dari perbankan untuk ekspansi atau modal sendiri?

Pada dasarnya pertumbuhan Amanda yang signifikan dimulai tahun 2005–2006 dengan peningkatan coverage. Pada awal sebelum tahun tersebut pernah satu kali kami mendapat bantuan dari bank. Dulu bank banyak yang menolak dan meragukan Amanda Brownies. Selebihnya hingga saat ini kami lebih banyak investasi dari setiap profit yang perlahan kami kumpulkan dari sales yang ada. Namun, kita tetap membentuk hubungan baik dengan bank tetapi mungkin dalam bentuk kerja sama yang berbeda (bukan pinjaman).

Berapa persen rata-rata pertumbuhan bisnis Amanda tiap tahunnya?

Alhamdulillah, kami berusaha menjaga tren pasar dengan berbagai strategi guna mempertahankan dan meningkatkan sales achivement tiap bulan dan tahun. Dengan persentase lebih dari 30% rata-rata setiap tahunnya.

Bagaimana strategi untuk menjaga pertumbuhan, atau bahkan meningkatkan lagi?

Setiap akhir tahun kami selalu menyusun strategi yang akan kami terapkan di tahun yang akan berjalan, namun kami selalu ingin fresh dan tampil beda. Maksudnya melakukan yang biasanya tidak dilakukan oleh perusahaan dengan produk serupa. Pada dasarnya ada empat fokus kami di tahun 2013 baik itu bersifat internal maupun eksternal, karena bagaimanapun kedua hal tersebut haruslah berjalan seimbang.

Keempat hal tersebut; pertama, tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).  Kedua, pola komunikasi dan advertising. Ketiga, peningkatan coverage. Coverage menjadi agenda penting kami tahun 2013–2014 mengingat visi kami untuk menasional dan internasional dengan cita-cita membuka 100 store di tahun 2015, dengan kualitas yang lebih baik.

Keempat,  program “SMART SERVICE”. Service bukan merupakan isu baru, begitu pun yang kami lakukan secara kontinu meningkatkan pelayanan setiap waktu, dari sekadar “service” berubah menjadi “care”. Karena bagaimanapun service di store sebagai ujung tombak penjualan haruslah sangat diperhatikan guna menciptakan customer satisfaction.

Amanda perusahaan keluarga, bagaimana Anda membangun profesionalisme, karena perusahaan keluarga biasanya mengesampingkan soal ini?

Memang pada dasarnya profesionalisme dan kekeluargaan adalah dua hal yang berbeda, namun dapat kami tegaskan bahwa Amanda merupakan perusahaan yang profesional. Baik itu dari sisi bisnis, pengelolaan, atau  sistem kerja, product innovation, service, dan lain sebagainya.

Pola kekeluargaan kami terapkan pada berbagai aspek yang menyangkut hubungan sosial, komunikasi, dan kesejahteraan mitra kerja dan karyawan. Jadi, pada akhirnya tercipta keharmonisan dan kemajuan di berbagai aspek menyangkut perusahaan.

Setelah mendatangkan Air Supply kabarnya Amanda berencana mendatangkan Jason Mraz, mengapa Anda tertarik mensponsori konser musik?

Amanda ingin mengesankan sesuatu yang berbeda, inovatif, dan unik. Musik sendiri merupakan bahasa yang universal dan di Indonesia khususnya untuk event-event konser selalu mindset-nya dilakukan oleh perusahaan rokok atau bank. Nah, kita berupaya mengubah mindset tersebut, bahwa perusahaan cake/brownies pun bisa buat hal serupa. Supaya Indonesia jadi beragam dan menarik. Mengingat Amanda sendiri kan berniat go international.

 Foto: Lia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.