Studi: Sikap Gen Z, Y dan X Terhadap Iklan di Indonesia

Sebelumnya kami telah membahas tentang cara terbaik menaklukkan Gen Z. Dalam artikel ini kami akan membahas sikap Gen Z, Y dan X terhadap iklan.

Belum lama ini Kantar Millward Brown menerbitkan sebuah studi dengan judul  AdReaction: Engaging Gen X, Y and Z.

kegagalan ideStudi ini menganalisis pola konsumsi media, sikap terhadap iklan, dan tanggapan terhadap hasil kreatif yang didasarkan pada survei atas lebih dari 23.000 konsumen di 39 negara, termasuk Indonesia.

 Studi AdReaction ini menemukan temuan-temuan penting bagi marketer Indonesia meliputi:

  • Gen Z adalah generasi mobile-first, dimana 80% dari mereka menghabiskan lebih dari 1 jam sehari pada perangkat ponsel mereka. Meski demikian, Gen Y masih menjadi pengguna ponsel yang paling avid dengan 91% menghabiskan lebih dari 1 jam sehari pada ponsel mereka, dan hanya 70% untuk Gen X.
  • Gen Z memiliki tingkat konsumsi tradisional seperti media TV, radio, dan cetak jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan generasi lainnya. Gen Z hanya menonton TV selama 1 jam setiap hari (57%), sedangkan Gen Y (75%) dan Gen X (83%).
  • Gen Z memiliki sifat lebih tidak sabar, mereka memilih video dengan durasi pendek di bawah 10 detik dibandingkan generasi lainnya. Menariknya, dibanding dengan kebiasaan global, di Indonesia baik Gen X dan Gen Y bersedia menonton sedikit lebih lama–sampai 20 detik. Sementara Gen X senang menonton lebih lama lagi.
  • Di Indonesia format seperti tutorial, ulasan pakar dan branded event memiliki angka kesukaan tertinggi di antara tiga generasi. Gen Y lebih terbuka untuk selebriti konten, Gen X lebih positif terhadap informasi mengenai merek yang lugas dan native content. Gen Z memiliki tanggapan yang rendah untuk kedua format ini.

Global Brand Director, Media & Digital Kantar Millward Brown Duncan Southgate mengatakan, tidak ada generasi monolit dan Gen Z tidak terkecuali.

Asuhan mereka, harapan dan akses ke teknologi bagaimanapun telah menciptakan berbagai sikap dan perilaku yang akan menantang marketer.

“Hanya merek yang mengambil semua ini menjadi pertimbangan mereka yang akan berhasil dalam berinteraksi dengan kelompok yang semakin kritis ini,” pungkas Duncan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.