Teknologi Menjadi Darah bagi Marketing

Produk-produk teknologi, bernilai tambah tinggi, dan strategi marketing yang sangat memberdayakan teknologi terlihat mendominasi peserta Marketing Award 2017.

marketing award 2017

Mengikuti proses penjurian Marketing Award 2017 yang diselenggarakan majalah MARKETING adalah hal yang sangat menarik. Melalui presentasi perusahaan-perusahaan yang menjadi peserta, kita bisa mengetahui wajah-wajah konsumen Indonesia yang diwakili para pelanggan perusahaan. Meski belum holistik dari sudut pandang makro, kita bisa melihat gambaran profil masyarakat Indonesia, mulai perilaku pembelian, tingkat pendidikan, hingga psikologi yang terlibat.

Bagi para pebisnis dan marketer, mengetahui hal-hal ini di depan mata ibarat melihat tambang emas pengetahuan mengenai pelanggan. Itu dikarenakan marketing adalah cabang ilmu ekonomi yang berorientasi konsumen. Setiap penyusunan strategi, pemilihan taktik, hingga implementasinya di lapangan wajib berbasis pada pelanggan. Maka tentu saja secara otomatis kita bisa mengetahui bagaimana profil pasar di suatu wilayah.

Lalu dari sisi konsumen tentunya ada hubungan dengan keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut. Sekali lagi ingat bahwa marketing berorientasi konsumen. Perusahaan-perusahaan itu ada, berani muncul di depan publik, dan menunjukkan strategi marketing yang dilakukan tentu karena ada pasar, dan pasar tersebut sudah mulai memberikan pendapatan untuk perusahaan.

Mayoritas pasar, atau para pelanggan perusahaan yang mengikuti penjurian Marketing Award 2017, menunjukkan profil melek teknologi dan rutin menggunakan peranti teknologi digital dalam keseharian mereka. Hal ini berarti mengindikasikan adanya subsegmen baru dalam profil konsumen Indonesia dan terdapat kemungkinan, ada subsegmen lama yang menghilang karena pergeseran zaman.

Marketing Award 2017 menunjukkan bahwa perusahaan yang bertaji di era modern secara rerata adalah perusahaan-perusahaan yang tetap memahami para pelanggannya, mulai dari karakter hingga perilaku konsumsi yang selalu dinamis. Dengan kategori yang terdiri dari The Best Market Driving Company, The Best in Social Marketing, The Best in Green Marketing, The Best in Experiential Marketing, The Best Innovation in Company, dan The Best in Marketing Campaign, perusahaan peserta Marketing Award 2017 menunjukkan pemahaman tersebut dalam kerja nyata.

Melek Teknologi, Mulai dari Produk Hingga Media

Robotic Explorer adalah contoh perusahaan dengan produk-produk yang ditujukan bagi konsumen yang melek teknologi sedari dini. Hal tersebut ditunjukkan Robotic Explorer dengan fokus pada pendidikan robotika tertuju pada konsumen TK, SD, SMP, SMA, dan umum. Usia perusahaan yang sudah mencapai lebih dari 10 tahun membuktikan bahwa pasar Robotic Explorer benar-benar ada, memiliki basis kuat, dan menjanjikan dalam jangka panjang. Produk ini bisa jadi tidak terbayangkan menjadi alat pembelajaran masa kecil para generasi milenial kelahiran dekade 1980-an, apalagi generasi yang lebih tua.

marketing award 2017

Konsumen Indonesia selain melek produk-produk teknologi terkini, juga terbiasa mengonsumsi media digital. Pertamina dengan tagar #RaiseTheBar memperlihatkan pemahaman mereka terhadap konsumen Indonesia yang sudah terikat dengan media digital. Contohnya adalah kampanye #thinkpink yang dikhususkan untuk Bright Gas 5,5 kg. Ide gagasan kampanye #thinkpink adalah agar pelanggan produk gas mengasosiasikan warna produk (merah muda—pink) dengan cinta, keluarga, kasih sayang, dan masakan rumah.

Melalui kompetisi digital, Pertamina mengusahakan agar konsumen produk gas beralih dari LPJ 3 kg (subsidi) menjadi melekat dengan produk Bright Gas 5.5 kg (nonsubsidi). Dengan digital competition melalui media digital seperti Instagram, Pertamina ingin menciptakan pemikiran dan membangun kepercayaan bahwa menggunakan Bright Gas lebih aman untuk memasak, terlibat dalam proses mulai dari memasang selang tabung hingga memasak, lalu mengabadikan gambar hidangan favorit buatan sendiri, dan akhirnya mengunggah memori tentang masakan beserta resep ke media sosial.

PT Wilmar Indonesia sebagai peserta Marketing Award 2017 pun memahami bahwa konsumen Indonesia erat dengan media digital. Wilmar mengetahui bahwa segmen pelanggan utama mereka, para ibu milenial, melek dengan media digital. Dengan profil usia 25─40 tahun, SES ABC, dan tinggal di wilayah perkotaan, Wilmar menjadikan produk minyak goreng tidak lagi sekadar minyak goreng. Wilmar mengomunikasikan Sania secara intensif melalui media digital seperti Facebook, Instagram, Path, dan Twitter. Dengan strategi yang sangat memberdayakan media digital, Wilmar mengklaim bahwa Sania di media sosial Facebook masuk tiga besar dalam hal jumlah fans, engagement rate, dan total reaction.

Baitul Maal Hidayatullah turut memberikan contoh menarik dan solutif terhadap masalah penyampaian komunikasi mengenai keberadaan produk yang dituju dengan keberadaan konsumen. Baitul Maal Hidayatullah adalah lembaga yang peduli dalam persoalan daerah 3T (terpencil, terluar, dan pulau terdepan) dengan menggiatkan program dakwah dan pendidikan di pedalaman. Namun, lokasi para penyedia dana kegiatan lembaga ini secara umum ada di kota-kota besar di Indonesia.

Tentunya menjadi kesulitan tersendiri agar komunikasi mengenai keberadaan masalah yang jauh dari keberadaan para pelanggan Baitul Maal Hidayatullah, tetap terasa secara riil. Maka dalam berkomunikasi, lembaga ini fokus pada corporate branding dan product branding yang disampaikan dalam bentuk marketing terintegrasi antara canvassing, kirim surat langsung, dan memberdayakan media digital dalam bentuk surat elektronik.

Marketing di Masa Depan

Bagaimana kira-kira bentuk strategi marketing di masa depan? Hal-hal apa yang akan ditunjukkan para peserta Marketing Award pada tahun 2018? Kalau menilik tren, ada kemungkinan bahwa media digital sebagai sarana berkomunikasi bakal semakin dominan. Hal ini sejalan dengan ambisi pemerintah untuk meningkatkan transaksi perdagangan dengan mediasi elektronik yang mencapai Rp130 miliar per tahun 2020.

marketing award 2017

Selain ambisi tersebut, pemerintah terlihat saat berkeinginan meningkatkan produksi dan perdagangan produk-produk industri bernilai tambah tinggi, sehingga neraca perdagangan tidak melulu didominasi produk komoditas seperti batu bara, karet, dan minyak bumi.

Menciptakan produk-produk bernilai tambah tinggi tentunya perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Saat produk sudah tercipta, menjadi tugas para marketer mengomunikasikan produk-produk yang memang sedari awal sudah dibutuhkan pasar, dalam bahasa yang selaras dengan para pelanggan yang dituju.

Di sinilah hal menarik dari ilmu marketing, karena dalam berbagai kesempatan untuk produk yang sama, bentuk komunikasi yang disampaikan ke pelanggan harus mengalami pergeseran meski prinsipnya tetap sama. Yaitu berbasis konsep segmenting (geography, demography, psychography), targeting, positioning, serta product, price, place, dan promotion. Ada juga tambahan konsep terhadap bauran pemasaran seperti people, process, dan physical evidence. Namun, inti dari semua konsep tersebut; tetap berusaha memahami pelanggan sebaik mungkin.

Andika Priyandana

MM.09.2017/W

“Konsumen Indonesia selain melek produk-produk teknologi terkini, juga terbiasa mengonsumsi media digital.”

1 COMMENT

  1. Berarti perkembangan teknologi akan terus berkembang dengan cepat dan mau tidak mau harus melek teknoogi juga… Lalu apakah akan mengurangi konsumen terhadap pasar tradisonal jika pasar online yang menggukan perkembangan teknologi itu semakin berkembang???

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.