Visi Menjadi Lifestyle Company

Di era sekarang, bisnis media semakin berat tantangannya. Namun jika pandai menentukan kebijakan konten dan mengelola komunitas, selalu ada jalan untuk monetisasi.

hipwee

“Anak muda Indonesia tak pernah bersikap masa bodoh terhadap hidup. Justru kita sangat peduli pada apa yang terjadi di dunia ini, dan selalu bersemangat untuk lebih memperbaiki diri. Sayangnya, media-media yang hadir di Indonesia selama ini belum mampu mendukung kaum muda kita untuk menjadi diri mereka yang sepenuhnya,” demikian ajakan Redaksi Hipwee kepada kawula Indonesia, seperti yang tertera di situs Hipwee.com.

Mudah ditebak, situs Hipwee ditujukan untuk segmen anak-anak muda atau generasi milenial jika merujuk istilah zaman sekarang. Saat ini, dapat dikatakan Hipwee merupakan salah satu media internet yang cukup populer di kalangan anak muda. Menurut Nendra Primonik SR, Co-Founder Hipwee, jumlah page view Hipwee sekitar 1 juta per harinya. Hipwee didirikan oleh Nendra Primonik dan Lauri Lahi, pria berkebangsaan Estonia yang menjadi Founder Hipwee.hipwee3

Ketika mulai beroperasi pada April 2014, Hipwee sama sekali belum mengetahui atau belum memetakan segmen mana yang akan dituju. Tiga bulan pertama, Hipwee memuat berbagai konten untuk segala segmen. “Setelah 3 bulan, berdasarkan data, ternyata konten yang menciptakan viral adalah konten-konten untuk usia 18–24 tahun. Saat ini, pengguna Hipwee 65% wanita dan 35% pria,” jelas wanita yang akrab dipanggil Monik ini.

Hipwee merupakan media yang bersifat terbuka. Dalam pengertian pengelola memberi ruang kepada pengunjung untuk menulis artikel. Sekitar 75% konten diisi oleh pengunjung/pengguna, sisanya yang 25% berasal dari internal Hipwee. Meski bersifat terbuka, Hipwee tidak seperti media sosial yang lepas kontrol atau memberi kebebasan sepenuhnya kepada pengunjung untuk menulis apa saja.

Di Hipwee, pengelola tetap melakukan kurasi atau seleksi konten. Konten-konten yang menyerang dan menjelek-jelekkan SARA (suku, agama, ras, antargolongan) dipastikan tidak akan mendapatkan tempat. Selain setril dari SARA, konten dari pengguna yang bermuatan marketing (jualan) juga akan ditolak.

Terkait konten yang berasal dari internal (inhouse), kebijakan Hipwee lazimnya perusahaan media lain. Sebelum menurunkan konten, Hipwee menggelar rapat redaksi. Selain itu, tulisan yang akan naik atau tayang di Hipwee harus melalui proses penyuntingan dari editor. Kantor Redaksi Hipwee beralamat di kawasan Jalan S. Parman, Slipi, Jakarta Barat.

Apa untungnya mengisi konten di Hipwee? Secara idealisme, bagi anak muda, Hipwee bisa menjadi ruang untuk belajar mengekspresikan diri atau menuangkan ide. Namun sebagai pengelola, Hipwee tetap memberi “imbalan” kepada para pengisi konten, meski dalam bentuk lain bukan uang.

Hal tersebut, kata Monik, menjadi pembeda Hipwee dari media lain yang juga menyasar komunitas. “Nah, Hipwee dari awal percaya kalau segala sesuatu yang dimulai dengan uang tidak akan berkembang jauh. Karena kita juga memulai Hipwee bukan untuk uang, tapi untuk tujuan yang lebih besar. Karena itu sampai sekarang kita tidak mau me-reward kontributor dengan uang,” tegas dia.

Monik menambahkan, apresiasi kepada kontributor diberikan dalam bentuk merchandise dan hal-hal yang sifatnya menambah soft skill mereka, seperti pelatihan menulis atau kelas menulis yang diberikan langsung oleh editor Hipwee.

Strategi Monetisasi

Pendiri Hipwee Lauri Lahi merancang Hipwee sebagai platform konten marketing. Strateginya dengan menyisipkan pesan-pesan komersial dari brand ke dalam konten tertentu. Pertimbangan memilih media konten marketing, karena waktu itu belum banyak perusahaan yang menggarapnya secara serius. “Kami menyampaikan pesan dari brand secara halus (soft selling) biar lebih masuk ke users,” tandas Monik.

Supaya tidak menjadi media yang terkesan sebagai corong merek, Hipwee membatasi konten marketing yang sifatnya berbayar. Dalam sehari konten marketing maksimal hanya 4 konten, atau 20% dari total konten yang berasal dari internal Hipwee. Adapun tarif penghitungan konten marketing berdasarkan konsep.hipwee

Selain melalui konten marketing, monetisasi digarap melalui event. Sampai saat ini, Hipwee setidaknya sudah menggelar 18 kali event yang menyasar anak-anak muda. Yang paling sukses adalah event “Hipwee Inspirational Summit” di Jakarta. Monetisasi dari event antara lain melalui penjualan merchandise event atau penyelenggaraan kelas, misalnya diet class untuk mereka yang ingin tampil langsing.

Komunitas memang sangat penting bagi Hipwee. Konten bukanlah tujuan utama meraih uang, tapi menjadi sarana untuk menciptakan berbagai komunitas. Setelah itu, barulah dirancang strategi untuk monetisasinya.

Media yang berada di bawah naungan PT Hipwee Media Solutions ini memang tidak ingin hanya menjadi media, namun berambisi menjadi lifestyle company”. “Untuk meraihnya kita harus paham siapa konsumen kita, memahami cara berpikir konsumen, lalu berikan program/solusi yang tepat buat mereka,” paparnya.

Tony Burhanudin

MM.04.2017/W

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.