OutSystems Rilis Survei Tentang Masa Depan Inovasi Digital

Sebanyak 58 persen developer menyatakan bahwa tantangan terbesar dalam mengadopsi platform pengembangan low-code adalah integrasi keamanan dan pengembangan

Marketing.co.id – Berita Digital | OutSystems mengumumkan hasil studi InfoBrief berjudul “Survei Perangkat Lunak Asia/Pacific 2020: DevOps, DevSecOps dan Masa Depan Inovasi Digital” yang dilakukan IDC. Survei tersebut menggali wawasan mengenai bagaimana organisasi di Asia-Pasifik dapat memanfaatkan pabrik inovasi digital untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan bisnis masa kini.

Baca Juga: 86% Organisasi di Indonesia Telang Adopsi Platform Low-Code

Menurut hasil yang didapatkan, 39 persen pemimpin IT di Asia-Pasifik bergantung pada peralatan pengembangan aplikasi yang dipandu secara visual. Tiga alasan utama penggunaan ini adalah: karena mereka percaya bahwa peralatan pengembangan yang dipandu secara visual adalah masa depan, karena mempermudah pengalaman bagi pengembang aplikasi, dan karena lebih intuitif.

Lebih dari setengah pengambil keputusan di Asia-Pasifik merasa yakin bahwa organisasi mereka akan bergantung pada platform low-code untuk mengerjakan lebih dari seperempat proyek yang mereka miliki, dan peralatan pengembangan low-code akan mencapai puncak penggunaannya di tahun 2021.

Baca Juga: OutSystems Kembangkan Kecerdasan Buatan dan Machine Learning

“Dengan pertumbuhan Asia-Pasifik yang demikian cepat, wilayah ini akan menjadi pusat data yang sangat penting di tahun 2024,” kata Mark Weaser, Vice President, Asia Pacific, OutSystems. “Langkah berikutnya bagi perusahaan di wilayah ini adalah memanfaatkan keuntungan yang diberikan peralatan pengembangan visual untuk membangun aplikasi cloud-native.”

Seiring dengan bertumbuhnya Asia Tenggara menjadi pusat data yang penting di masa depan, sebagian organisasi masih mengalami kesulitan untuk mengadopsi proses dan praktik agile serta DevOps dalam siklus hidup pengembangan perangkat lunak mereka. Untuk negara yang sudah selangkah lebih maju seperti Singapura dan Indonesia, penekanannya adalah pada cara-cara memaksimalkan tim DevOps dan mengamankan prosesnya. Maka dari itu, integrasi dan pengelolaan open source menjadi prioritas tertinggi bagi organisasi di wilayah ini.

Baca Juga: Seberapa Cepat Anda Beradaptasi dengan Perubahan?

Saat ini, 29 persen organisasi di Asia Tenggara berencana menggunakan peralatan pengembangan aplikasi visual dalam kurun waktu 18 bulan mendatang. Hal yang menarik adalah, tantangan yang dihadapi Asia Tenggara sama sekali berbeda dibandingkan tantangan negara lainnya di Asia Pasifik. Keamanan dan integrasi pengembangan adalah yang teratas, dianggap sebagai tantangan yang paling tangguh untuk dihadapi oleh 58 persen organisasi, diikuti dengan pembentukan tim dengan berbagai disiplin ilmu, dan meyakinkan jajaran pimpinan perusahaan akan pentingnya DevOps, masing-masing mendapat suara 48 dan 47 persen.

“Setelah berbicara dengan berbagai pengembang di Asia Tenggara, OutSystems sadar akan munculnya kebutuhan akan integrasi keamanan, terutama dengan semakin meningkatnya skala dan jenis pencurian data akhir-akhir ini,” ungkap Weaser.

Baca Juga: Dengan Platform Ini Membuat Aplikasi Sangat Mudah dan Cepat

Kelincahan Selepas Covid-19

Seputar keamanan setelah badai krisis Covid-19 berlalu, IDC memprakirakan bahwa siklus hidup pengembangan perangkat lunak akan jadi semakin singkat, dan perusahaan harus semakin berhati-hati dan mengintegrasikan keamanan ke dalam fase perencanaan agar tetap kompetitif. Ekspektasi pelanggan semakin tinggi, dan harus dipenuhi dengan memberikan pengalaman pelanggan yang inovatif agar dapat menjangkau pangsa pasar dan audiens baru; berani mengambil risiko, analisis data dan senantiasa mendengarkan masukan dari pelanggan akan berdampak baik pada munculnya ide-ide cemerlang di platform yang baru.

Kekhawatiran dari 27 persen organisasi lainnya di Asia Tenggara yang menyatakan bahwa prioritas teratas mereka adalah rekrutmen juga benar adanya; saat ini banyak perusahaan menghentikan pencarian tenaga kerja, waktu kerja yang semakin padat dan regulasi yang semakin ketat, semua ini mendorong perusahaan untuk merencanakan rekrutmen jauh hari sebelum kebutuhan akan tenaga ahli itu muncul. Membangun aplikasi membantu peningkatan keahlian dan edukasi yang berkelanjutan, sedangkan penempatan pengembang aplikasi bisnis untuk bekerja bahu-membahu dengan IT akan menjadi solusi bagi kurangnya tenaga pengembangan.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.