3 Langkah Meningkatkan Keterlibatan Perempuan di Sektor Fintech

Co-Founder Pluang menyarankan tiga langkah berikut ini untuk meningkatkan keterlibatan perempuan di sektor fintech

Marketing.co.id – Berita Marketing | Di tengah pertumbuhan sektor financial technology (fintech) yang semakin pesat, perempuan masih belum sepenuhnya mendapatkan kesempatan berkarir yang setara.

Realita tersebut diakui juga oleh Co-Founder Pluang Claudia Kolonas pada sambutan penutup acara “Women in Fintech: Empowering the Next Generation Forum” di Mandarin Oriental Jakarta. Claudia percaya bahwa industri dan lingkungan kerja yang lebih inklusif terhadap keterlibatan perempuan dapat mengoptimalkan potensinya di bidang profesional.

Berdasarkan data IMF tahun 2022, hanya sebanyak 10 persen perempuan yang berada di puncak kepemimpinan perusahaan fintech. Oleh karena itu, ekosistem fintech perlu lebih mengakomodasi kiprah dan keterlibatan perempuan, khususnya untuk mendorong inovasi dalam era ekonomi digital yang dihadirkan pemimpin perempuan di sektor fintech.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyinggung tentang pandangan Kerja sama Global untuk Inklusi Keuangan (GPFI) G20 terhadap fintech sebagai bentuk digitalisasi yang mampu meningkatkan produktivitas dan inklusi keuangan, terutama untuk perempuan.

“Ketika pandemi Covid-19 melumpuhkan aktivitas ekonomi masyarakat, teknologi digital tetap memungkinkan masyarakat untuk produktif bekerja. Inovasi ini membantu perempuan, yang selama ini memiliki banyak tanggung jawab di rumah, untuk ikut berpartisipasi dalam roda ekonomi dan memperluas jangkauan hasil karya mereka lewat platform digital,” ujarnya.

Serupa dengan Sri Mulyani, Friderica Widyasari Dewi, Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut menyatakan pentingnya fintech untuk menjembatani perbedaan tingkat literasi dan inklusi keuangan antara laki-laki dan perempuan.

“Perempuan berperan penting sebagai aktor yang menggerakan ekonomi di Indonesia dan OJK memprioritaskan perluasan akses edukasi finansial terhadap perempuan. Sayangnya baru sepertiga populasi perempuan Indonesia yang bekerja di sektor formal dan memiliki pemasukan yang lebih kecil sebesar 25% dibanding laki-laki. Disparitas gender ini dapat diperkecil dengan adanya akses ke layanan fintech yang fleksibel dan terjangkau. Dengan edukasi finansial yang mumpuni dan mudah diakses, akan semakin banyak perempuan yang lebih melek finansial dan terhindar dari skema-skema kredit yang merugikan.” jelas Kiki.

Kesempatan profesional yang setara di industri teknologi bagi perempuan perlu dipastikan berada di setiap jenjang karir. Temuan dari berbagai studi di Asia Tenggara menunjukan bahwa representasi perempuan semakin menurun di jenjang karir senior. Dari sebanyak 32% tenaga kerja perempuan di sektor teknologi, hanya 15% di antaranya yang menempati puncak kepemimpinan.

Bertolak belakang dengan kondisi keterwakilan perempuan di sektor teknologi, studi justru menunjukkan bahwa peran perempuan dapat berkontribusi pada performa bisnis yang lebih baik. Kajian McKinsey tahun 2018 menunjukkan bahwa perusahaan dengan komposisi gender yang lebih seimbang memiliki kemungkinan 21 persen lebih besar untuk mencapai pemasukan lebih banyak

Menurut Claudia, ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan perempuan dalam sektor fintech. Pertama, meningkatkan visibilitas pemimpin perempuan di industri fintech melalui partisipasi dalam acara-acara publik, maupun program pelatihan untuk pengusaha perempuan. Kedua, memperkuat startup yang dirintis oleh perempuan.

“Investor perlu peka terhadap gender bias yang dapat memengaruhi penilaian mereka terhadap ide bisnis dari founder perempuan, terutama di sektor yang didominasi laki-laki seperti fintech,” kata Claudia

Terakhir, keterwakilan para pemimpin perempuan perlu menjadi budaya profesional baru yang sangat mungkin dicapai dan bermanfaat bagi pertumbuhan sektor fintech. “Apabila para pemimpin industri fintech mampu berkomitmen dalam menciptakan lingkungan profesional yang lebih setara dan kondusif bagi perkembangan karir perempuan, budaya ini sangat mungkin menjadi standar baru di sektor ini,” jelas Claudia.

Studi menunjukkan bahwa meningkatkan keterlibatan perempuan dapat membawa lebih banyak perspektif untuk mengidentifikasi peluang bisnis maupun mengembangkan produk. Menurut data Harvard Business Review 2021, keberadaan perempuan di puncak kepemimpinan membuat perusahaan lebih terbuka pada perubahan sekaligus cenderung memitigasi risiko, serta fokus pada research & development. Pluang sendiri telah memiliki dua C-Level perempuan di puncak kepemimpinannya dan hal ini membawa kebaruan perspektif dalam memandang kebutuhan finansial masyarakat.

“Hampir 30% proporsi karyawan di Pluang telah ditempati perempuan. Kami sangat bangga bisa terus menjunjung lingkungan profesional yang inklusif. Keterwakilan perempuan di posisi-posisi strategis juga terus kami dorong, dengan hampir seperlima posisi mid-senior management yang diampu oleh perempuan. Pluang ingin standar inklusivitas bagi perempuan di lingkungan kerja ini bisa dicontoh perusahaan-perusahaan lain di industri teknologi,pungkas Claudia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.