5 Strategi Agar Bisa Bertahan dari Resesi Ekonomi Akibat Corona

Menguak 5 Strategi Pemasaran Di tengah Ekonomi Sulit

Marketing.co.id – Berita UMKM | Tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi melambat di angka 4,8%. Banyak industri yang sudah kena dampak resesi ekonomi lebih awal. Industri pariwisata, penerbangan, otomotif, kontruksi kena hantaman yang paling parah.

Baca Juga: 4 tempat Promosi Paling Efektif

Sales dari industri tersebut turun hingga 80-90% dan banyak juga yang tidak dapat bertahan dan sudah tutup. Ini menyebabkan banyak orang yang jobless, tidak ada income, ekonomi pun tersendat.

Baca Juga: Begini Cara “Kekinian” Anak Muda Ekspresikan Nasionalisme

Secara rasional, bisnis dipaksa mengubah orientasi dari growth atau mencari pertumbuhan bisnis ke survival atau bertahan hidup di tengah krisis.

Menurut Ryan Gondokusumo CEO dan Founder Sribu.com, setidaknya ada 5 strategi yang bisa dilakukan agar bisnis bisa bertahan di tengan resesi ekonomi akibar pandemi covid-19 ini.

Memberi nilai Tambah

Menurut Ryan, di masa yang penuh dengan ketidakpastian seperti sekarang ini kita harus rutin berbicara dengan klien dan bertanya bagaimana kita bisa membantu bisnis mereka yang terkena ancaman resesi ekonomi akibat pandemi covid-19. Memberikan nilai tambah kepada klien melalui berbagai keahlian yang kita miliki dapat membantu menjaga hubungan yang baik dengan klien.

Baca Juga: Beginilah Cara Hidup Sehat di Era New Normal

“Kami rutin berbicara dengan klien dan bertanya bagaimana kami bisa membantu bisnis mereka. Tips dan konsultasi bantuan yang kami berikan kepada klien existing tidak dikenakan bayaran tambahan. Kami yakin di saat susah seperti ini, the least thing yang kami dapat lakukan adalah membantu agar bisnis mereka dapat survive,” ujarnya.

Fokus pada cash flow perusahaan: Cash is King

Bagi Ryan, ketika menghadapi resesi ekonomi, cash is king. Atau, dalam pepatah Tiongkok, Cash is Emperor. Oleh karena itu, perlu adanya strategi yang tepat dalam mengatur cash flow perusahaan di tengah masa krisis.

Memiliki uang tunai dengan jumlah yang banyak di masa resesi ekonomi dapat membantu perusahaan mengamankan internal cash untuk membayar pengeluaran. Pastikan jangan sampai cash Anda stuck di aset yang tidak liquid seperti bond jangka panjang.

Keep strategic expenses, cut non-strategic expenses

Di masa krisis ini, Sribu membedakan pengeluaran atau expenses ke dalam dua jenis, yaitu pengeluaran strategis (strategic expenses) dan pengeluaran non-strategis (non-strategic expenses).

Di Sribu, pengeluaran strategis yang masih berjalan hingga saat ini adalah segala bentuk pengeluaran untuk berbagai aktivitas marketing yang tujuan akhirnya adalah menghasilkan penjualan atau sales bagi perusahaan. Sementara pengeluaran non-strategis adalah segala bentuk pengeluaran yang hasil akhirnya bukan untuk penjualan, misalnya rencana pindah lokasi kantor.

Baca Juga: Sribu: Kesetaraan Peluang Kerja Bagi Freelancer

“Di awal Maret ketika aturan work from home mulai marak kami langsung mengadakan meeting mendadak. Akhirnya dengan cepat kami memutuskan untuk menunda rencana pindah kantor karena kelihatannya ada kemungkinan WFH akan berjalan sampai 6 bulan ke depan. Dengan ini sebuah non-strategic cost (sewa kantor) yang besar dapat kami hemat,” ujarnya.

Manajemen pasang badan

Lebih lanjut Ryan mengatakan, di masa seperti ini peranan management sangat penting. Karena, ancaman resesi ekonomi ini Sribu sudah forecast bahwa keadaan akan sangat berat dalam 6-9 bulan ke depan.

Baca Juga: Telemedisin Harus Jangkau Masyarakat di Luar Jawa dan Sumatera

“Di situasi ini manajemen harus pasang badan terlebih dahulu. Namun di sisi lain, kami telah mengomunikasikan ke seluruh tim secara transparan bahwa apabila keadaan memburuk kami semua sepakat untuk menyesuaikan jumlah hari kerja dan gaji ketika diperlukan. Transparansi di masa krisis memiliki peranan yang sangat vital agar seluruh pihak dapat memiliki ekspektasi yang terukur dan lebih siap dengan segala kemungkinan di depan,”  lanjut Ryan.

Evaluasi dan pemantauan tentang peruabah eksternal

Faktor eksternal seperti dinamika kebijakan pemerintah terkait PSBB di Jakarta serta dampaknya terhadap bisnis adalah hal yang harus diikuti terus karena situasinya dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan detik.

Maka dari itu, Ryan sangat sadar pentingnya mengikuti perkembangan isu, menganalisa dampaknya terhadap bisnis dan menentukan lankah-langkah strategis yang paling tepat bagi perusahaan dan karyawan. Tujuan akhirnya adalah meminimalisasi dampak finansial maupun nonfinansial sebesar mungkin bagi perusahaan.

“Ancaman resesi ekonomi akibat covid-19 membuat saya semakin memahami dinamika bisnis yang bisa datang begitu saja. Untuk dapat memenangi perang yang berat ini kita harus mengetahui teman, diri sendiri dan peperangan kita,” pungkasnya.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing dan Berita Bisnis

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.