7 Aplikasi Layanan Kesehatan Paling Banyak Digunakan Orang Indonesia

aplikasi telemedicine aplikasi layanan kesehatan paling banyak digunakan orang indonesiaBerikut 7 aplikasi layanan kesehatan paling banyak digunakan di Indonesia

Marketing.co.id – Berita Digital | Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan bahwa lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Menurut survei Popullix terbaru yang terangkum dalam laporan “Indonesia’s Mental Health State and Access to Medical Assistance”, perubahan suasana hati yang cepat/mood swing adalah gejala gangguan kesehatan mental paling sering dialami (57%) dalam 6 bulan terakhir, diikuti perubahan kualitas tidur atau nafsu makan (56%), rasa lelah yang signifikan, energi menurun (42%), ketakutan atau kegelisahan yang berlebihan (40%), merasa bingung, pelupa, sering marah, mudah tersinggung, cemas, kesal, khawatir, dan ketakutan yang tidak normal (37%), kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi (35%), penarikan diri dari lingkungan sosial (30%), serta ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari (26%).

Bahkan, beberapa responden juga merasakan gejala dalam tingkat yang lebih parah seperti mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan (13%), marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan (10%), berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman (9%), dan ingin melukai diri sendiri (9%), dan mencoba bunuh diri (6%). Apabila terus dibiarkan, gejala-gejala tersebut dapat berpotensi mengganggu aktivitas dan produktivitas sehari-hari, bahkan dalam kasus yang lebih parah, mengancam keselamatan jiwa seseorang.

Dari berbagai gejala gangguan kesehatan mental tersebut, survei memperlihatkan sebagian responden mengalami gejala-gejala tersebut setidaknya 2 hingga 3 kali dalam seminggu (42%). Bahkan, 16% responden menyatakan mengalami gejala tersebut setiap hari.

Masalah finansial (59%) dan merasa kesepian (46%) merupakan faktor utama yang memicu munculnya gejala-gejala gangguan kesehatan mental tersebut. Faktor lainnya adalah tekanan pekerjaan (37%), trauma masa lalu (28%), tekanan dari pasangan (17%), tinggal di lingkungan yang buruk (13%), serta mengalami diskriminasi dan stigma (10%).

Untuk mengurangi gejala gangguan kesehatan mental yang dirasakan, 73% responden mengatakan akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, menjaga kecukupan tidur dan istirahat (55%), rekreasi (46%), melakukan aktivitas fisik agar tetap aktif (36%), bercerita kepada sahabat (34%), menjaga hubungan baik dengan orang lain (32%), membantu orang lain dengan tulus (27%), dan melakukan meditasi (19%).

Di tengah meningkatnya berbagai akses dan layanan kesehatan mental akhir-akhir ini, survei tersebut menunjukkan bahwa 69% masyarakat yang mengalami gejala gangguan kesehatan mental tidak pernah menggunakan layanan kesehatan mental karena berbagai alasan, di antaranya mereka merasa tidak perlu untuk melakukan konsultasi (45%), meyakini bisa mencari jalan keluar sendiri (42%), biaya mahal (41%), dan malu untuk bercerita kepada orang tidak dikenal (33%). Namun demikian, sebagian masyarakat juga mengaku bahwa mereka tidak tahu adanya layanan kesehatan mental (27%).

Selanjutnya, dari 31% masyarakat yang pernah mencoba layanan kesehatan mental mengatakan bahwa mereka mencoba layanan tersebut karena mudah diakses (63%), tenaga kesehatannya mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik (59%), biaya terjangkau (57%), mempunyai reputasi pelayanan yang baik (47%), serta mengikuti rekomendasi dari teman, keluarga, influencer (37%).

Tipe layanan kesehatan yang dipilih adalah konsultasi dengan psikolog/psikiater di klinik kesehatan terdekat (61%), mengakses telemedicine melalui aplikasi online (54%), bergabung dengan komunitas sosial yang peduli dengan kesehatan mental (38%), dan konsultasi dengan pemuka agama (36%).

Adapun untuk aplikasi layanan kesehatan yang paling banyak digunakan adalah Halodoc (79%), Alodokter (55%), KlikDokter (28%), Riliv (19%), Bicarakan.id, GoodDoctor, dan Psikologimu (14%). Mayoritas responden mengatakan memilih aplikasi tersebut karena mudah diakses (87%), bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja (76%), memiliki biaya yang terjangkau (63%), privasi terjamin (61%), dan merasa mendapatkan solusi yang tepat (40%). Masyarakat bersedia mengeluarkan anggaran sebesar Rp 100.000 hingga Rp 250.000 untuk biaya konsultasi. So, layanan Kesehatan mana yang Anda gunakan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.