AIMI: Pengusaha Mainan Optimis dan Percaya Diri Hadapi Tahun 2023

Marketing.co.id – Berita Marketing |Di masa pandemi Industri mainan di Indonesia berkembang cukup pesat karena tingginya permintaan masyarakat. Bart Nureka, Pjs Ketua Asosiasi Importir dan distributor Mainan (AIMI), menyampaikan bahwa di masa pandemi keluarga terutama anak-anak membutuhkan hiburan karena adanya pembatasan kegiatan. Hal tersebut membuat angka penjualan mainan cukup baik.

Hanya saja, terjadi perubahan perilaku konsumen dalam membeli, dimana penjualan online mengalami peningkatan sementara penjualan offline menurun akibat keterbatasan jumlah pengunjung yang datang ke toko.

“Di masa pandemi, masyarakat yang terbiasa melakukan pembelian secara langsung akhirnya beralih ke online. Namun, dengan adanya kondisi sekarang yang sudah lebih baik, angka penjualan offline mulai merangkak naik kembali,” ujar Bart ketika ditemui Marketingcoid beberapa waktu lalu.

Bart mengatakan, saat ini AIMI memiliki 20 anggota dari perusahaan importir. Peran AIMI untuk industri mainan yang khusus di bidang importir-distributor, yaitu mendukung segala program dan kebijakan pemerintah. AIMI terlibat untuk memberikan masukan terkait produk-produk yang dikeluarkan dan turut membantu mensosialisasikannya kepada para anggota.

Menurut Bart, ada beberapa tantangan khususnya di bidang impor, yaitu pemerintah selalu menghimbau atau menguatkan dalam tanda kutip menahan laju barang-barang impor. Di saat yang sama, AIMI juga mengetahui bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan produksi dalam negeri.

Tantangannya adalah ada beberapa produk yang belum berhasil dibuat jadi di Indonesia. Sehingga, sangat disayangkan sekali jika sampai terhalang ke konsumen yang membutuhkan barang tersebut dan dikhawatirkan pembeli akan membeli langsung ke luar negeri.

Meski begitu, Bart mengatakan bahwa secara kualitas saat ini produk dalam negeri sudah sama dengan produk luar negeri karena sudah memiliki SNI (Standar Nasional Indonesia), terutama untuk kebutuhan dasar. Namun untuk teknologi, masih ada produk-produk yang harus impor dari luar negeri.

“Barang impor belum bisa ditahan lajunya 100%. Para pengusaha ingin melihat teknologi produk luar yang sudah maju sehingga diharapkan kemudian hari mereka bisa menyamakan atau bahkan melebihi produk luar,” lanjutnya.

Bart pun mengimbau agar para pengusaha mainan mendaftar SNI. Banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan ketika mengikuti aturan pemerintah dengan menerapkan SNI pada setiap produknya. Terlebih untuk menghadapi pasar yang semakin luas dan banyak pemainnya seperti sekarang ini. Selain itu, untuk bisa masuk ke modern market standarnya adalah SNI. Jika sudah memiliki SNI, otomatis produknya berkualitas. Sehingga, konsumen yakin bahwa produk yang dibelinya aman untuk anak-anaknya.

“Memang, awalnya tidak mudah. Namun, saat ini ada banyak sarana, khususnya bagi UMKM, yang siap membantu mendaftar SNI seperti melalui asosiasi mainan AMI, APMI dan AIMI,” kata Bart.

Menjelang akhir tahun, isu resesi semakin santer terdengar. Menurut Bart, para pengusaha mainan tetap optimis dan percaya diri dalam menghadapi tahun 2023. Sebab, pemerintah sendiri memprediksi angka pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5%. Selain itu, lanjut Bart, Indonesia masuk dalam negara emerging market karena konsumsi masyarakatnya sangat tinggi untuk mengonsumsi produk-produk dalam negeri. “Seharusnya resesi tidak terlalu berpengaruh ke Indonesia namun lebih berpengaruh ke wilayah negara Amerika dan Eropa,” kata Bart.

Bart pun memberikan tips bagi para pengusaha di masa resesi, yaitu, inovasi, adaptasi, dan sustainability. Selain itu, rajin-rajinlah mengikuti tren. Pengusaha sebaiknya rajin melihat apa yang sedang tren kemudian berinovasi secara kreatif. Setelah kualitasnya sudah bisa bersaing selanjutnya masuklah ke pasar yang lebih luas, yakni modern market.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.