Anak & Teknologi, Apakah Sudah Terlalu Berlebihan?

Anak-anak yang asyik bermain dengan gadget, smartphone, dan tablet merupakan pemandangan umum saat ini. Namun, benarkah hal ini?

Don Reisinger, pada tulisannya di laman SlashGear.com menjelaskan, bahwa yang dibutuhkan anak-anak adalah komunikasi di dunia nyata, bukan maya.

Beberapa fakta di lapangan menjelaskan, anak-anak SD atau bahkan yang belum sekolah pun telah terlena dengan kecanggihan gadget. Mereka seolah memiliki dunianya sendiri yang tidak bisa dilepaskan.

travel-tech-gadgets-for-kids

Parahnya lagi, ketika datang ke sebuah acara pesta, Don melihat beberapa anak yang tampak bahagia tertawa sendiri. Ketika ditanya, ternyata sedang saling berkirim pesan singkat, padahal jarak mereka hanya sekitar lima meter.

Pertanyaannya, apakah ini baik untuk pertumbuhan mereka di masa depan? Bahkan di dalam ruang lingkup sejauh lima meter pun mereka lebih suka berkomunikasi di dunia maya ketimbang harus saling menyapa.

Jika di-flasback sedikit ke masa lalu, tepatnya mungkin di era 90an, anak-anak kala itu juga sangat mengidamkan teknologi, terutama konsol game. Tapi apakah itu membuat mereka terus berkutat dengan game-nya? Tidak, mereka juga sering bermain dan bercengkrama dengan teman sebayanya.

Bahkan permainan tradisional dinilai lebih mengasikkan dibanding game yang dimainkan hanya satu atau dua orang. Ponsel juga demikian, jarang ada yang memilikinya, berkomunikasi dan kontak fisik menjadi rutinitas anak-anak kala itu.

Edudemic.com juga menjelaskan empat dampak buruk teknologi bagi perkembangan anak:

1.     Emosi yang tidak stabil

Game, internet, dan chatting dinilai dapat membuat emosi sang anak tidak stabil. Mereka justru tampak lebih frustasi dan pemarah. Coba saja suruh adik Anda yang gadget addict membantu ibu, pasti ia akan merasa kesal.

2.     Tidak sabar

Hal ini akan terlihat ketika si anak berselancar di dunia maya, dan menemukan bahwa browser-nya lambat, ia pasti akan langsung marah-marah. Padahal kesabaran merupakan faktor penting yang membantu tiap individu untuk dapat menghadapi berbagai masalah.

3.     Kemampuan menulis yang buruk

Anda pasti tahu bahwa banyak bahasa asing yang terbilang aneh digunakan saat SMS atau chatting. Hal ini akan membuat kemampuan menulis mereka buruk, atau bisa jadi seni kaligfrafi juga akan semakin punah.

4.     Sulitnya beradaptasi

Seringnya memegang gadget membuat interaksi fisik antar anak semakin berkurang, akibatnya mereka akan sulit beradaptasi dan kerap canggung ketika dihadapkan dengan lingkungan baru.

Jadi ada baiknya Anda memadupadankan antara teknologi dan kontak fisik anak. Tentu saja Anda juga tidak mau anak Anda gaptek, bukan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.