Analisis Sidik Jari (Dermatogyliphics) – Bag. 2

Dalam bagian pertama, analisis 10 sidik jari diusulkan sebagai salah satu cara untuk perekrutan dan seleksi karyawan yang tepat bagi pekerjaan yang cocok. Di sini dibahas lebih lanjut mengenai analisis tersebut.

Jika psikotes dalam proses perekrutan karyawan lebih menekankan aspek peminatan dan keterampilan yang sebelumnya sudah dipelajari atau dilatih (pengaruh lingkungan yang disengaja)—jadi, sama sekali tidak memetakan bakat turunan atau talenta alami, analisis 10 sidik jari dilakukan melalui pemeriksaan fisik 10 jari tanpa ada tes yang harus dikerjakan. Cukup menempelkan setiap jari ke toggle yang disediakan, lalu dikoneksikan ke laptop untuk merekam dan membuat gambar aktual dengan menekan agak keras sambil menggulirkan 2–3 cm ke arah kiri-kanan atas-bawah semua “10 telapak jari” melalui proses pencitraan. Sehingga, permukaan sidik jari terekam luas secara visual (hingga ke sisi paling pinggir permukaan jari) dan alur garis jari akan terekam jelas.

Manusia tercatat memiliki 16 model guratan alur garis jari. Model guratan alur garis 5 jari kanan tidak sama dengan guratan alur garis 5 jari kiri. Biasanya dalam 10 jari setiap manusia terdapat 3–7 guratan garis yang berbeda dari 16 jenis  guratan yang ada. Setiap model guratan sidik jari memperlihatkan sejumlah bakat turunan/talenta alami dengan tingkat akurasi 90%–95% (sesuai jenjang umur), berdasarkan analisis dan penelitian rekaman sidik jari dari lebih 12 juta database responden yang telah diperiksa dan dianalisis selama delapan tahun terakhir oleh puluhan pakar dan veteran psikolog, sosiolog, IT,  dermatolog, pendidik anak usia dini antara lain di USA, Kanada, Australia, UK, India, Jepang, Korea, Cina, Singapura, Taiwan.

Guratan garis 2 jari jempol dan 2 jari telunjuk merupakan yang terpenting karena berkaitan langsung dengan bakat alami seseorang. Sidik jari juga berkaitan langsung (berkorelasi positif ) dengan 10 struktur otak yang ada di setiap manusia, seperti frontal lobe, parietal lobe, temporal lobe, occipital lobe (5 ruang besar yang dijabarkan lagi menjadi “10 kamar otak”). Setiap kamar otak memiliki ciri khas atau karakter alami yang berbeda secara signifikan “satu dengan kamar otak lainnya”.

Perbedaan bakat turunan dan karakter alami ini kemudian dijelaskan dalamsejumlah konsep ilmu psikologi terapan terkenal, antara lain 8 kecerdasan majemuk – Dr. Howard Gardner; DISC (dominance influence steadiness compliance) – Dr. William Marston; gaya belajar mendengar vs melihat vs mengerjakan langsung – Dr. DePorter dan Hernacki (2002); 4  kuadran kecerdasan – IQ, EQ, AQ, CQ; dan sejumlah tabel struktur otak yang intensitas bakatnya diukur secara numerik/kuantitatif.

Analisis sidik jari di atas bisa diterapkan untuk meningkatkan kinerja seorang sales profesional dalam konteks mengaitkan langsung bakat dan karakter turunan seseorang dengan nama jabatan > uraian tugas di jabatan tersebut > kinerja pokok yang diharapkan dari pemegang jabatan > kompetensi pemegang jabatan (diuraikan dalam keterampilan teknis/soft skills dan keterampilan kontekstual/hard skills).

Dalam profesi marketing & sales kita menjumpai 86 nama jabatan yang terbagi dalam 8 management functions yang lebih spesifik:

  • sales management (16 jabatan);
  • product management (5 jabatan);
  • promotions management (22 jabatan);
  • price management (4 jabatan);
  • place management (7 jabatan);
  • customers yield & mix management (5 jabatan);
  • marketing supports/services (17 jabatan);
  • marketing management (10 jabatan).

Dari 86 jabatan dibutuhkan sejumlah kompetensi yang diuraikan secara spesifik dalam 36 hard skills dan 16 soft skills. Skills ini tidak berbeda jauh secara jenjang (direktur vs manajer vs asisten manajer/offi cer vs executive). Perbedaannya hanya pada kadar wewenang dan tanggung jawab. Skills di atas bisa berbeda signifikan apabila mempertimbangkan jabatan di management functions yang berbeda. Di sinilah justru pemeriksaan analisis sidik jari menjadi krusial karena dikaitkan secara langsung antara karakter turunan dan bakat genetika dengan job title dan job competencies yang dituntut perusahaan.

Sudah terbukti secara empiris bahwa seseorang akan bekerja optimal dan tetap bahagia juga puas terhadap perusahaan dan dirinya sendiri apabila yang dilakoninya merupakan sebuah panggilan dan hobi, sesuai jabatan yang diemban. Karyawan tersebut akan loyal di perusahaan, memiliki passion dan komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan.

Apabila sudah bekerja sesuai bakat turunan maupun karakter alaminya, seorang profesional akan memiliki “turbo boost” atau “double power” untuk mengambil keputusan yang sulit menjadi serasa mudah, mengatasi tingkat persaingan dengan pikiran yang positif dan konstruktif. Ia juga punya kemampuan problem solving yang baik serta keinginan selalu belajar untuk menyempurnakan diri dan senantiasa meningkatkan prestasi. (YADI BUDHISETIAWAN)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.