Ancaman Utama Tenaga Kerja Indonesia Bukan TKA Tapi Teknologi

Bukan serbuan Tenaga Kerja Asing (TKA), namun perkembangan teknologi yang menjadi isu utama dalam dunia kerja di Indonesia. Pasalnya perkembangan teknologi akan membuat beberapa pekerjaan akan hilang digantikan oleh mesin atau teknologi. Beberapa bidang pekerjaan yang tadinya dipegang manusia akan digantikan teknologi seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan robotik.

Tenaga kerja Indonesia
Foto: LSI

“Ancaman teknologi menjadi isu paling fundamental, bukan isu tenaga kerja asing. Isu Tenaga Kerja Asing hanya temporal. Begitu proyek selesai mereka akan pulang ke negera mereka. Sementara isu teknologi sifatnya permanen,” tutur Henry Hanafiah, Direktur Talent & Reward Willis Towers Watson Indonesia.

Henry yang temui disela-sela pemaparan hasil riset Willis Towers Watson bertajuk “The Global Future of Work Survey 2018” mengatakan, ada dua jenis pekerjaan yang akan diterpa gelombang automasi, yakni pekerjaan yang sifatnya rutin dan kognitif. Contoh pekerjaan dengan dua sifat tersebut antara lain pekerjaan back office seperti membuat dan mengarsip laporan dan pengemudi. “Sekarang sudah ada kendaraan yang bisa menyetir sendiri, sehingga nanti kita tidak lagi membutuhkan supir,” tuturnya.

Mencermati hal tersebut Henry menyarankan perusahaan sudah harus membuat roadmap untuk strategi shifting Sumber Daya Manusia. Henry memprediksi kebutuhan tenaga teller di bank tidak akan bertumbuh, tapi teller dengan keahlian plus tetap dibutuhkan. “Di perusahaan logistik, para supir bisa dialihkan untuk pekerjaan lain yang sifatnya controlling,” tuturnya.

Perkembangan teknologi membawa kabar tidak sedap tergerusnya beberapa jenis pekerjaan. Namun kabar baiknya teknologi memunculkan jenis pekerjaan baru seperti Robot Trainer, Data Scientist, Machine Learning Engineer dan Data, Talent % AI Integrators. “Bahkan riset kami di global menyatakan anak – anak yang saat ini masih sekolah, sebanyak 65% diprediksi akan bekerja di pekerjaan yang sebelumnya kita tidak pernah dengar sama sekali,” ungkapnya.

Sektor Finansial Paling Siap

Menghadapi disrupsi teknologi, sektor finansial paling siap dibandingkan sektor lain seperi ritel dan logistik. Menurut Henry sektor finansial paling siap, karena sektor ini paling terkena dampak disrupsi teknologi. “Sektor finansial services paling siap menghadapi automasi karena sudah terbiasa menghadapi perubahan dan basisnya memang talent bukan mesin,” imbuh Henry.

Hasil The Global Future of Work Survey 2018 yang diterbitkan Willis Tower Watson, menemukan automasi di Indonesia akan meningkat sekitar 21% dari seluruh jenis pekerjaan dalam tiga tahun mendatang. Peningkatan ini cukup besar dibandingkan dengan kondisi saat ini yaitu 11%, dari hanya 7% pada tiga tahun lalu.

“Kita semua mengetahui bahwa penerapan teknologi baru di tempat kerja akan terus berlanjut di masa depan. Namun, berdasarkan survei kami, kenyataannya tidak semua organisasi siap menghadapi tantangan yang semakin meningkat, seperti mengidentifikasi jenjang karir baru,” ungkap Henry.

Henry menambahkan, meningkatnya mesin dan robot di tempat kerja tidak akan menggantikan fungsi manusia. Automasi akan memberikan manfaat seperti mengurangi risiko, meningkatkan fleksibilitas tenaga kerja dan tempat kerja, mengubah cara melakukan pekerjaan, dan mengurangi biaya.

Survei Willis Towers Watson juga mengungkapkan seluruh industri, sebanyak 54% atau lebih dari setengah perusahaan sudah merencanakan langkah-langkah untuk mengatasi keterbatasan keahlian, termasuk melalui perencanaan lingkungan kerja baru dan pengaturan jalur karir yang lebih fleksibel dengan struktur yang lebih ramping, dan melakukan assesment untuk mengidentifikasi gap antara keterampilan dan keinginan karyawan.

Survei ini juga mengungkapkan,hanya kurang dari 1% perusahaan di Indonesia yang telah mengambil langkah nyata atau benar-benar siap dalam mengidentifikasi proses reskilling atau membangun keahlian baru, khususnya untuk karyawan yang tugasnya tergantikan dengan automasi.

Survei Willis Towers Watson Global Future of Work dilakukan pada November 2017. Sebanyak 909 perusahaan di seluruh dunia, termasuk 507 dari Asia Pasifik, berpartisipasi dalam survei ini. Dari Indonesia ada 39 perusahaan yang berpartisipasi, sebagian besar (49%) berasal dari industri keuangan, sisanya dari beragaman industri seperti manufaktur, otomotif, consumer good, dan kimia.

 

Tony Burhanudin

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.