Anda Perlu Strategi Sosial, Bukan Sekadar Strategi Media Sosial

strategi sosialPopularitas media sosial yang terus meningkat begitu menggoda banyak merek atau bisnis. Namun bagi merek atau bisnis yang sedang atau baru berencana masuk ke dalam media sosial dihadapkan pada satu masalah yang besar.

Masalah tersebut adalah mereka – para pelanggan, kritikus, dan lainnya – yang berbicara soal merek, produk, layanan dan pengalaman pribadi mereka.

Ketika bisnis atau merek berencana masuk ke dalam lingkungan ini, yang pertama kali terpikirkan adalah konten, frekuensi, konteks, niat dan tentu saja hasilnya. Pertanyaannya adalah, apakah itu sejalan dengan mereka yang sudah lebih dulu ada di media sosial? Jawabannya tidak!

Jack Welch, mantan Chairman dan CEO di General Electric pernah berkata, “Ketika laju perubahan di luar perusahaan Anda melampaui laju perubahan di dalam perusahaan Anda, berarti sebentar lagi bisnis Anda tamat deh!”

Ya, perusahaan tidak bisa asal nyemplung ke dalam media sosial. Dampak yang sering terjadi dari tindakan nekad ini adalah mereka semakin “tenggelam” ke dalam lautan media sosial tanpa memperoleh manfaat yang berarti. Dengan kata lain, ketika perusahaan keluar dari jalurnya, maka kehancuran sudah dekat.

Ketika orang saling berinteraksi di media sosial, secara tiba-tiba merek Anda bisa muncul dalam percakapan mereka.

Masalahnya, dengan ekosistem media sosial sekarang ini di mana orang-orang saling berbagi dalam komunitasnya – co-create, saling bertukar ide dan memodifikasi konten yang dibuat pengguna – merek cenderung memasukkan konten mereka sendiri yang terlihat tidak pada tempatnya.

Jika kita kembali ke masa ketika web lahir, perusahaan harus menempatkan produk mereka di laman web. Konten pada masa itu masih dalam kendali penuh mereka. Dengan sedikit perjuangan mereka berhasil memanfaatkan pelajaran yang dipelajari dari media lain ke dalam strategi web mereka.

Tidak demikian halnya dengan media sosial. Merek tidak akan memiliki kontrol penuh pada konten. Aturan kontrol tersebut begitu usang dan pelajaran yang diperoleh dari media lain – web, TV, radio – tidak akan lagi relevan.

Guna mengatasi masalah tersebut, berikut tiga langkah yang bisa dipertimbangkan oleh merek, bisnis besar, dan kecil seperti kami kutip dari MarketingMagazine:

Buat ekosistem brand ambassador lokal

Sejak kemunculan brand manager tahun 1950-an dan munculnya brand ambassador pada 1990-an, telah terjadi perubahan terhadap pasar. Dengan membangun brand ambassador di era media sosial, Anda akan meningkatkan keterlibatan yang positif serta memperkuat merek.

Mendorong karyawan menjadi mata, telinga, dan suara

Membangun budaya “self-awareness” perusahaan sangatlah penting. Terlibat dengan pelanggan bukanlah sekadar masalah lini depan saja, melainkan harus menjadi filosofi perusahaan yang luas. 

Akun lead user dapat dibenamkan pada laman media sosial beserta identitas pribadi mereka guna membangun sebuah perpaduan agar mudah diterima. Sementara karyawan lainnya bisa menggunakan ID pribadi media sosial mereka untuk berinteraksi.

Insight dari lead user dan karyawan lainnya kemudian dapat dibagi dalam organisasi dengan menggunakan alat kolaborasi seperti Yammer atau Chatter. Tentunya, Insight-insight yang diperoleh akan membuat manajemen perubahan lebih mudah ketika perusahaan mengadopsi strategi baru.

Menciptakan platform bagi crowd-sourcing

Pada tahun 2007, Doritos menayangkan iklan NFL buatan fans di Super Bowl. Pemunculan mereka telah menciptakan sebuah model yang solid.

Banyak perusahaan yang mengikuti cara mereka seperti American express salah satunya. Mereka memiliki “Open Forum” untuk membangun konten user-generated yang lebih cantik, otentik, relevan, dan paling penting ‘sosial’.  

Sosial bukanlah media baru seperti web, radio dan lainnya. Itu adalah cara baru untuk hidup yang mirip dengan kehidupan sehari-hari.

Jika Anda turun ke media sosial dengan tujuan untuk meningkatkan bisnis, hal itu tidak akan bekerja dengan baik. Bisnis tidak akan meraih keuntungan dari strategi media sosial tersebut. Ini bukan jalan yang terisolasi. Perusahaan perlu strategi yang lebih bersifat sosial – didorong oleh anggota sosial dan diaktifkan oleh bisnis atau merek.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.