Produk Ramah Lingkungan Banyak Diminati, Bagaimana Brand Menghindari Jebakan Greenwashing dan Green Hushing?

menghindari jebakan greenwashing dan green hushingMarketing.co.id – Berita Marketing | Greenwashing adalah praktik pemasaran dan komunikasi yang menyesatkan atau menipu yang digunakan oleh perusahaan untuk menggambarkan diri mereka sebagai perusahaan ramah lingkungan atau berkelanjutan dimana sebenarnya tidak demikian.

Sementara itu, green hushing melibatkan langkah-langkah lebih jauh dengan secara aktif menekan atau menyembunyikan informasi tentang dampak lingkungan. Hal ini dapat melibatkan taktik seperti memanipulasi data, menekan penelitian ilmiah, atau meminimalkan signifikansi masalah lingkungan. Kedua masalah ini menjadi perhatian global yang signifikan dan membutuhkan solusi segera.

Pesatnya pertumbuhan ekonomi pada setiap negara, ditambah dengan kesadaran yang semakin meningkat terkait isu lingkungan di kalangan konsumen, menyebabkan meningkatnya jumlah perusahaan yang berupaya memposisikan diri mereka sebagai perusahaan ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini dilakukan guna memanfaatkan permintaan akan produk dan praktik yang ramah lingkungan. Terlepas dari klaim tersebut, banyak perusahaan tidak memberikan bukti yang cukup untuk mendukung citra tersebut.

Sisi baiknya adalah saat ini konsumen menjadi semakin selektif. Menurut Survei Konsumen terkait Keberlanjutan oleh Katadata Insight Center (KIC), yang melibatkan 3.631 konsumen, terungkap adanya peningkatan kesadaran tentang topik keberlanjutan di kalangan konsumen Indonesia.

Survei ini menyoroti bahwa 60,5% konsumen memberikan prioritas pada pembelian produk yang berkelanjutan atau ramah lingkungan untuk berkontribusi dalam pelestarian bumi. Selain itu, 51,1% memilih produk-produk ini berdasarkan kepuasan pribadi, sementara 41,3% melakukannya untuk meningkatkan citra positif mereka. Kesadaran yang semakin meningkat ini dapat dikaitkan dengan kekhawatiran masyarakat di wilayah ini terhadap isu-isu lingkungan yang mendesak seperti polusi, deforestasi, dan perubahan iklim.

Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini, #StopPlasticPollution, sangat relevan mengingat kawasan Asia Tenggara disebut sebagai penyumbang sampah plastik terbesar di lautan dunia. Wilayah ini juga termasuk yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Tema ini memiliki relevansi khusus bagi Indonesia, yang tercatat sebagai kontributor sampah plastik terbesar kelima terlepas dari fakta bahwa pemerintah Indonesia telah membuat perencanaan yang komprehensif pada tahun 2017, dengan tujuan mengurangi limbah plastik di laut sebesar 70% sebelum tahun 2025.

Meskipun permintaan akan keberlanjutan terus meningkat, produk yang mendukung keberlanjutan masih mewakili sebagian kecil pasar Asia. Salah satu alasannya adalah banyak komunikator yang masih mengalami kesulitan dalam menyampaikan pesan brand secara efektif dan memandu brand serta konsumen melalui topik keberlanjutan. Menyadari rintangan ini, perusahaan konsultasi brand Vero meluncurkan sustainability playbook yang dirancang khusus untuk membekali para komunikator dengan panduan yang diperlukan dalam menavigasi kompleksitas komunikasi keberlanjutan serta menghindari jebakan greenwashing dan green hushing.

Vero telah mengembangkan playbook “Greenwatching” yang menyediakan kerangka kerja, best practices, dan referensi dalam membantu komunikator dalam merancang rencana komunikasi dan transformasi keberlanjutan mereka.

Upaya ini sejalan dengan komitmen Vero dalam membantu merek untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menyediakan panduan terkait komunikasi keberlanjutan. Ini merupakan harapan dari agensi agar bisnis di Indonesia dapat memahami keberlanjutan dan mengimplementasikan upaya nyata yang mendukung rencana pemerintah Indonesia dalam menangani perubahan iklim dan mencapai Net Zero Emission sebelum tahun 2060.

Vu Quan Nguyen, VP of Brand and Culture Vero dan salah satu penulis buku pedoman Greenwatching, menekankan pentingnya otentisitas dalam komunikasi keberlanjutan.

“Perusahaan yang ingin berfokus pada berkelanjutan ditantang untuk memastikan pesan mereka sejalan dengan praktik mereka. Pesan yang otentik mampu menumbuhkan kepercayaan di antara para pemangku kepentingan. Sebaliknya, penggunaan pesan yang tidak autentik dapat merusak reputasi perusahaan sehingga pada akhirnya dapat berdampak pada performa bisnis perusahaan. Adapun dengan meningkatnya investasi ESG, diferensiasi dari pesaing dan mendapatkan kepercayaan pemangku kepentingan menjadi semakin sulit. Otentisitas kini menjadi hal terpenting dalam komunikasi keberlanjutan. Disamping itu, perusahaan juga mencari pandangan baru terkait komunikasi keberlanjutan guna menghindari jebakan greenwashing dan godaan,” ujarnya.

Playbook Greenwatching Vero saat ini tersedia gratis di situs web perusahaan, vero-asean.com. Playbook ini berfungsi sebagai acuan bagi para profesional PR dan komunikasi, menawarkan wawasan, strategi, dan langkah-langkah praktis untuk meningkatkan komunikasi berkelanjutan dan secara efektif menavigasi lanskap yang terus berkembang ini.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.