Pertumbuhan Sales Apotek Mengarah ke Digital

salah satu cabang apotek k-24Di tengah derasnya persaingan ritel farmasi, Apotek K-24 tetap berdiri kokoh. Apa sajakah yang telah dilakukannya?

Potensi pasar apotek di Indonesia masih sangat terbuka lebar. Hal ini berkaitan dengan masih kurangnya jumlah apotek dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada.

Idealnya, setiap 10.000 penduduk terlayani oleh minimal satu apotek. Namun kenyataannya, Indonesia masih membutuhkan lebih banyak apotek, karena saat ini baru ada kurang lebih 14 ribuan apotek saja.

Populasi masyarakat Indonesia yang mencapai lebih dari 245 juta jiwa dan tersebar di 34 provinsi menjadikan Indonesia sebagai pasar apotek yang sangat menjanjikan.

Pelaku bisnis apotek memang cukup banyak. Akan tetapi, bisnis apotek dengan jaringan modern yang mempunyai ratusan gerai dan bersaing ketat di Indonesia masih sedikit.

Sebut saja Apotek K-24, Kimia Farma, dan Century. Namun, apotek waralaba yang memiliki gerai waralaba yang jumlahnya ratusan hanyalah Apotek K-24.

Hingga November 2014, Apotek K-24 tercatat telah memiliki 337 gerai. Dari jumlah tersebut, 36 gerai dimiliki oleh franchisor (PT K-24 Indonesia), dan sisanya adalah hak milik franchisee.

Burhan Bariton, Marketing Manager PT K24 Indonesia mengatakan, bisnis farmasi termasuk bisnis yang ‘evergreen’. Karena, selama manusia hidup obat-obatan akan selalu dibutuhkan. Namun begitu, dunia bisnis selalu menghadirkan tantangannya.

Permudah pelanggan dengan dukungan online

Menurut Burhan, di era digital seperti sekarang ini sebagian besar konsumen tak lagi tertarik dengan pelayanan konvensional, seperti harus berkunjung ke apotek atau mengantre. Mereka lebih tertarik membeli produk atau jasa melalui layanan online yang terbilang praktis dan cepat.

Untuk itulah Apotek K-24 menghadirkan layanan konsultasi dan apotek online “Halo Apoteker” dan Obat24.com. “Dengan inovasi layanan apotek online ini, pelanggan yang tidak memiliki waktu luang atau berada di tempat yang jauh dari apotek dapat terbantu. Belanja obat secara online juga dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi (pergi ke apotek),” tutur Burhan.

Upaya Apotek K-24 mempermudah dan mendekatkan diri dengan konsumen juga dilakukan melalui media sosial (Facebook dan Twitter), menyediakan layanan pengisian pulsa elektronik, dan bekerja sama dengan Doku untuk menjalankan program loyalty card.

Dalam rangka mendukung aktivitas bisnis online-nya tersebut, Apotek K-24 membentuk divisi IT. Saat ini, Apotek K-24 memiliki 38 orang associates IT yang tersebar di lima kota besar, yaitu Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Semarang.

Tugas mereka adalah memberikan dukungan IT yang optimal kepada franchisor (kantor PT K-24 Indonesia) maupun franchisee (gerai-gerai apotek K-24) melalui tim khusus yang dinamakan IT Support. Secara berkala, mereka (IT Support) akan melakukan kunjungan ke setiap gerai untuk melakukan maintenance.

Selain IT Support, divisi IT juga memiliki tim IT Development yang terdiri dari product owner, web developer, system administration, serta automation tester yang bertugas dan bertanggungjawab mengembangkan website resmi apotek K-24 (www.apotek-k24.com) dan apotek online Obat24.com serta menjaga keamanan sistem IT PT K-24 Indonesia.

Bagi Burhan, teknologi informasi merupakan perantara untuk memicu inovasi-inovasi baru, seperti menemukan cara baru untuk meraih pelanggan dan berkomunikasi dengan pemasok/distributor.

Burhan memprediksi, bisnis apotek di Indonesia  akan semakin bersinar ke depannya. Secara nasional, IMS Health (lembaga riset farmasi) pada triwulan III/2013 menyebutkan bahwa nilai pasar farmasi Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2012 yaitu Rp47 triliun menjadi Rp53,8 triliun pada tahun 2013.

Angka tersebut terdiri dari kategori drugstore (6,3 T), hospital (7,5 T), pharmaceutical audit (8,7 T), ethical (14,2 T), dan OTC (17,1 T). Untuk kategori drugstore atau apotek sendiri, terjadi peningkatan sebesar 1 triliun dari yang sebelumnya 5,2 T (2012) menjadi 6,3 T. (2013).

Pada tahun 2014, nilai pasar farmasi nasional diperkirakan mengalami peningkatan Rp60,8 trilliun dengan tingkat pertumbuhan 12 % dari tahun 2013. Angka tersebut diperkirakan masih akan meningkat lagi di tahun 2015, apalagi dengan implementasi BPJS Kesehatan.

Penjualan obat-obatan melalui BPJS Kesehatan hingga semester 1 tahun 2014 mencapai Rp10 triliun atau 33% terhadap penjualan farmasi nasional.

Hal ini diperkuat dengan Global Data Healthcare Industry Dinamika yang memperkirakan nilai pasar farmasi Indonesia akan meningkat dari sekitar USD 5 miliar pada 2013 menjadi USD 9,9 miliar atau Rp114,5 triliun di tahun 2020, dengan angka pertumbuhan rata-rata pertahun mencapai 10,2%.

Hal itu kata Burhan akan membuat persaingan bisnis apotek semakin sengit karena munculnya pesaing-pesaing baru. Kebutuhan akan obat juga meningkat karena adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS. Dengan adanya BPJS, terdapat potensi besar untuk bersaing di bisnis farmasi, khususnya penyediaan obat-obatan generik.

Oleh karena itu, Apotek K-24 berencana mengembangkan sendiri pabrik obat “Odixa Pharma Laboratories”. Sehingga, Apotek K-24 dapat menyediakan obat-obatan dengan harga yang lebih terjangkau oleh pelanggan, dan dapat membantu upaya pemerintah menyukseskan program JKN.

Bukan itu saja, Apotek K-24 juga akan mengembangkan bisnis franchise Klinik K-24, sebuah klinik JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) “Plus” yang melayani JKN, pusat vaksinasi dewasa, dan pusat hemorrhoid/ambeien.

“Klinik ini nantinya akan bermitra dengan jaringan Apotek K-24 yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Dengan adanya kerja sama antara Klinik K-24 dan Apotek K-24 tersebut, penjualan obat-obatan bisa meningkat,” tutup Burhan. (Cecep Supriadi)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.