Astaga, Konten Berbayar Sedang Digandrungi Pemasar

konten berbayarMenurut laporan dari eMarketer, pola promosi perusahaan dari tahun-tahun kerap berubah. Setelah diamati, kebanyakan pemasar lebih percaya untuk menginvestasikan uangnya untuk promosi di media digital, terutama konten berbayar.

PR News Online menegaskan, bahwa pada tahun 2013, iklan tradisional melambat. Sementara konten yang disponsori mengalami peningkatan sebanyak 22% dari tahun sebelumnya. Bahkan menurut prediksi, pada tahun 2017 mendatang, jumlah itu akan berlipat ganda mencapai US$ 3,1 miliar (hampir Rp 35 triliun).

Ada dua hal yang membuat konten berbayar kian digemari.

Pertama, mudah dimengerti. Banyak perusahaan yang tertarik untuk membungkus pesan iklannya ke dalam format editorial agar mudah dipahami publik. Tidak hanya itu, hal ini juga dinilai lebih kredibel ketimbang beriklan.

Sedangkan yang kedua, konsumen tidak tahu apakah konten tersebut dibayar atau tidak. Tak perduli seberapa pintar mereka, bahkan meski mereka memahami teori konten berbayar sekalipun, mereka tidak akan tahu dengan pasti, mana advertorial (konten berbayar) dan mana yang editorial (murni konten dari redaksi).

Masih ada memang media yang memiliki prinsip kuat untuk tetap memberikan konten secara objektif. Kendati demikian, menurut Anna Keeve, Senior Program Manager Stalwart Communications, tidak ada penghalang yang benar-benar bisa menghalangi perusahaan untuk menembus editorial.

Entah itu lewat media langsung (layaknya beriklan), lewat redaksi, atau lewat jurnalis di lapangan. Asalkan editor suka dan memang layak diberitakan, semua akan terjadi. “Orang-orang telah melakukannya selama bertahun-tahun, dan itu berjalan cukup baik,” tulis Keeve di laman PR News Online.

Perubahan-perubahan inilah yang kemudian menjadi bentuk persaingan baru bagi para profesional PR.

Contoh terbaru datang dari UT San Diego. Selama bertahun-tahun bagian On the Move telah menjadi editorial yang ketat. Mereka menyaring berita, mana yang layak, relevan, dan menonjol, tapi tidak untuk sekarang. Siapa yang berani membayar US$ 250, dialah yang bisa tampil di highlight (dengan foto).

Meski begitu, mereka juga tidak memberi sebutan “sponsored” atau “advertorial” pada artikel yang mengulas tentang si pembayar. Menariknya lagi, UT San Diego di bagian “On the Move” memiliki tim khusus yang mengambil informasi dari perusahaan dan menulis dengan gaya editorial. Hingga akhirnya, orang yang membaca akan merasa sangat tertarik dan tidak tahu bahwa itu adalah advertorial.

Tidak masalah apakah konten tersebut disponsori atau tidak, asalkan ada penjelasan bahwa itu adalah advertorial. Pasalnya, media seharusnya bisa tampil lebih objektif untuk tetap dipercaya publik.

 

Sumber: PR News Online | Foto: Justin Case You Were Wondering

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.