Babyloania, Incar Celah “Sewa” di Pasar Kebutuhan Bayi

Perlu keberanian untuk merambah niche market. Pasar dengan segmen konsumen ini memang terbukti memiliki karakteristik spesial dan perlu treatment khusus. Babyloania paham hal tersebut dan mencoba hadir dengan solusi jitu bagi para orang tua perihal kebutuhan bayi.  

babyloania 

Apa pun, asal yang terbaik untuk sang buah hati! Frasa demikian memang ideal bila dikaitkan dengan konsumen di pasar kebutuhan bayi dan anak. Ya, semua orang tua memang lazimnya akan memberikan atau minimal mengusahakan yang nomor satu untuk kebutuhan anaknya. Mulai dari pakaian, peralatan makan, mainan, stroller, dan sebagainya.

Dari sisi produsen, kecenderungan perilaku konsumen ini tentunya sangat potensial. Pasar kebutuhan bayi dan anak memang kadang tak masuk akal. Data Sigma Research Indonesia per Desember 2017 menyebutkan, kategori produk untuk anak baduta (bawah dua tahun) di Indonesia nilainya Rp88,1 triliun. Potensi tersebut ditambah lagi jumlah kelahiran rata-rata di Tanah Air yang mencapai angka 4,5 juta bayi per tahun. Jadi tak heran, setinggi apa pun banderol harga kebutuhan peralatan bayi dan anak, tetap ada konsumen yang membelinya.

Namun, ada fakta menarik yang ditemukan dari pasar kebutuhan anak, terutama baduta. Life cycle atau waktu penggunaan dari produk-produk di segmen ini sangat singkat. Anak, terutama 1.000 hari pertama, memang melalui serangkaian tahap perkembangan hidup yang penting, dan setiap tahapannya memiliki kebutuhan tersendiri. Baby bouncer misalnya, digunakan sejak bulan pertama kelahiran hingga maksimal 6 bulan atau ketika berat bayi mencapai 12 kilogram. Contoh lain adalah bantal khusus ibu hamil yang usia pemakaiannya maksimal hanya 9 bulan. Alhasil, beberapa peralatan yang dibeli dengan harga mahal pun digunakan hanya sebentar dan berakhir di gudang.

Pengalaman serupa dialami Zhafira Lubis dan suami, Arlo Erdaka Temenggung. Sama halnya dengan para orang tua pada umumnya, mustahil bagi pasangan ini untuk memenuhi seluruh kebutuhan dua anak mereka dengan cara membeli. Cara “sewa” pun tercetus dalam benak Zhafira yang lantas direalisasikan dalam bentuk www.babyloania.com.

babyloania“Babyloania ingin membantu sebanyak mungkin orang tua. Bagi kami, sewa dapat menjadi solusi bagi para orang tua. Dengan menyewa, orang tua dapat memberikan fasilitas dan lingkungan yang terbaik bagi anaknya untuk tumbuh, dengan menghemat uang dan juga menghemat tempat penyimpanan di rumah,” ungkap perempuan berhijab ini.

Dengan dirinya sebagai founder sekaligus chief marketing officer dan sang suami sebagai co-founder, roda bisnis Babyloania pun mulai digerakkan per Juni 2014. Awalnya Zharifa hanya bermodalkan delapan perkengkapan bayi miliknya pribadi. Meski pendanaan website murni dari bootstrapping, lambat laun jumlah produk serta permintaan dari customer Babyloania pun terus bertambah.

Sejak awal Babyloania memfokuskan semua kegiatan transaksinya melalui online di website www.babyloania.com. Produk yang ditawarkan meliputi perlengkapan untuk ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita hingga anak usia 5 tahun, mainan edukasi, serta buku anak untuk disewakan. Untuk menyewa produk kebutuhan bayi dan anak di Babyloania, customer hanya perlu memesan barangnya di website babyloania.com, menentukan tanggal mulai sewa dan durasi penyewaan, lantas melakukan pembayaran.

“Kami tidak mensyaratkan adanya jaminan, karena ingin proses menyewa semudah dan sesimpel mungkin untuk para orang tua. Barang juga akan kami antar dan jemput kembali ke alamat customer,” ungkap Zhafira perihal service di Babyloania.

Dirinya mengaku menyasar target konsumen berusia 25–35 tahun. Mayoritas adalah perempuan (ibu) yang menjadi pengguna aktif media sosial serta ingin memberikan fasilitas terbaik bagi anaknya dengan harga yang terjangkau. Selain itu, Babyloania juga membidik para orang tua yang memiliki produk anak untuk disewakan atau dijual sebagai partner.

Khusus untuk partner, dua fitur yang ditawarkan adalah titip sewa dan titip jual. Titip sewa adalah fasilitas bagi para orang tua untuk menyewakan peralatan kebutuhan anak milik mereka melalui Babyloania, dengan kesepakatan 45% untuk owner, 55% untuk Babyloania. Sementara titip jual adalah fasilitas bagi para orang tua untuk menjual peralatan kebutuhan anak milik mereka dengan kesepakatan 75% untuk owner dan 25% untuk Babyloania. Dalam strategi penetapan harga sewa, Zhafira memastikan penghematan orang tua sebagai konsumen menjadi faktor terpentingnya. Minimal angka penghematan harus ada di kisaran 50% dari harga beli baru.

Kendati ceruk pasar yang digelutinya ini belum marak pemain, Zhafira tak alpa mengomunikasikan brand ecommerce-nya. Secara organik, melalui media sosial serta komunitas orang tua, dirinya rutin menjalin engagement dengan para konsumen Babyloania.

“Kami aktif menggunakan medsos untuk memasarkan barang yang kami sewakan, juga program titip sewa dan titip jual. Selain itu, kami memuat konten dan informasi terkait parenting, membahas topik parenting dan memberikan ide bermain dengan anak, serta cara membuat mainan sensori anak,” ungkapnya mengenai strategi konten di media sosial.

Sampai awal 2018, Babyloania tercatat sudah melayani 5.000 keluarga di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Bersama 24 karyawannya, Zhafira pun bertekad membantu lebih banyak lagi orang tua yang memiliki permasalahan soal peralatan bayi dan anak, serta melakukan ekspansi untuk wilayah distribusi di luar Jadetabek.

Angelina Merliana Ladjar

“Babyloania ingin membantu sebanyak mungkin orang tua. Bagi kami, sewa dapat menjadi solusi bagi para orang tua. Dengan menyewa, orang tua dapat memberikan fasilitas dan lingkungan yang terbaik bagi anaknya untuk tumbuh, dengan menghemat uang dan juga menghemat tempat penyimpanan di rumah.”
MM.02.2018/W

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.