Bagaimana ‘Menaklukkan’ Generasi Langgas?

Generasi langgas (milenial) merupakan kelompok dominan di negeri Indonesia. Mereka dimanjakan oleh teknologi digital. Mereka kritis, maunya serba instan, dan menghindari comfort zone.  

Berdasarkan data Bappenas, jumlah milenial di Indonesia mencapai 84 jiwa di tahun 2015, sementara jumlah penduduk di Indonesia mencapai 255 juta. Komposisi generasi milenial mencapai sekitar 33% dari total penduduk Indonesia.

Milenial Indonesia ini terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, The Students Millenials,  lahir pada 1993 hingga 2000. Tahun 2015 kelompok ini rata-rata berusia 15-22 tahun. Smartphone sudah masuk di era ini, dan media sosial juga sudah mulai digunakan.

Kelompok keduaThe Working Millenials, lahir pada 1987 sampai 1993. Pada tahun 2015, kelompok ini berusia 22 sampai 28 tahun. Kelompok ini mengalami boom social media saat masuk SMA.

Kelompok ketigaThe Family Millenials, yakni mereka yang sudah mulai berkeluarga atau mulai memikirkan ke arah tersebut. Kelompok ini rata-rata berusia 28-35 tahun pada 2015. Mereka adalah produk era reformasi, karena pada tahun 1998 mereka baru saja lulus SMA dan juga mengalami masa transisi dari analog menjadi digital pada masa SMA.

Generasi milenial berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka tumbuh dan berkembang seiring kemajuan teknologi informasi. Mereka juga cenderung menuntut kebebasan dalam segala hal. Termasuk dalam mengonsumsi produk/jasa atau memilih pekerjaan. Tetapi, kebebasan di sini maksudnya masih dalam koridor positif. Kenapa bisa dikatakan generasi bebas? Karena besarnya peluang yang ada dan perubahan sifat orang tua yang lebih suportif dibanding orang tua sebelumnya.

Munculnya generasi milenial membuat pelaku usaha harus memutar otak karena karakteristik generasi ini sangat dinamis. Bagaimana agar bisnis Anda sukses di era milenial? Jawabannya bisa Anda temukan di Artpreneur Talk 2018 yang akan digelar pada 14 Februari. Bertempat di Ciputra Artpreneur Theater,  Artpreneur Talk 2018 memilih generasi milenial sebagai pokok pembahasan dengan tema “Converting Millennials Into New Brand Lovers”.

Yoris Sebastian (Pendiri OMG Consulting), Rina Ciputra Sastrawinata (President Director of Ciputra Artpreneur), Ciputra (Pendiri Ciputra Group), Piotr Jakubowski (Chief Marketing Officer of GO-JEK), saat jumpa pers Artpreneur Talk 2018

Rina Ciputra Sastrawinata, Presiden Direktur Ciputra Artpreneur, mengatakan tema milenial dipilih karena topik ini menarik bagi Ciputra Group. “Kami juga ingin buat suatu platform, sehingga pebisnis yang sudah masuk bisnis IT bisa beri masukan ke kami,” tutur Rina.

Rina menambahkan, para pembicara yang akan tampil di antaranya William Tanuwidjaja, Co-Founder dan CEO Tokopedia; Piotr Jakubowski, Chief Marketing Officer GO-JEK; Farhana Devi Attamimi, Executive Director of Strategy, Hakuhodo Network Indonesia; Anton Wirjono, Founder The Goods Dept; dan Eka Sugiarto, Head of Media Unilever Indonesia & SEAA.

Artpreneur Talk juga mengundang beberapa influencer milenial terkenal seperti Agung Hapsah, content creator dengan 770 ribu subscriber dan 41 juta views, Ayudia Bing Slamet dengan 1,1 juta follower Instagram , dan Benakribo dengan 220 ribu subscriber Youtube .

Artpreneur Talk 2018 rencananya akan dibuka oleh Ciputra, pendiri dari Ciputra Group. Dalam jumpa pers di Ciputra Artpreneur, Selasa (30/1), Ciputra menjelaskan tentang kondisi perekonomian Indonesia yang sedang mengalami transisi dari pola bisnis konvensional ke bisnis digital.

“Indonesia merupakan salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, sehingga punya peranan penting di tingkat global. Yang perlu diperhatikan adalah situasi bisnis di Indonesia saat ini tengah berada pada era transisi dari bisnis berbasis konvensional atau tradisional menuju ke era digital. Transisi ini membutuhkan kiat khusus agar pelaku bisnis bisa tetap bersaing dan menjadi pemenang,” kata Ciputra.

Ciputra mengatakan, posisi Indonesia dalam peta ekonomi dunia luar biasa, karena memiliki generasi yang hebat, kekayaan alam melimpah, dan iklim demokratis. “Ekonomi tumbuh 5,3% di tengah ketidakpastian global sangat baik. Saya bangga dengan entrepreneurship di Indonesia, terutama di bidang IT,” tuturnya.

Sementara itu, Piotr Jakubowski, Chief Marketing Officer Go-Jek yang juga akan menjadi salah satu pembicara di Artpreneur talk 2018 menjelaskan pentingnya peranan dunia ICT di era milenial. Piotr menganggap Indonesia memiliki dua potensi utama yang bisa menjadi kekuatan, yaitu generasi milenial dan pemanfaatan teknologi digital sebagai model bisnis masa depan dan pendorong tumbuhnya ekonomi.

“Dalam mengembangkan usaha di era digital baik itu startup atau bisnis lainnya, penting untuk memiliki diferensiasi. Di sinilah generasi milenial berperan penting karena mereka biasanya memiliki ide-ide brilian yang kreatif dan sering kali tidak terpikirkan sebelumnya,” ujar Piotr Jakubowski, Chief Marketing Officer Go-Jek.

Di tengah optimisme terhadap generasi milenial, Yoris Sebastian Pendiri OMG Consulting dan salah satu penulis buku “Generasi Langgas Millenials Indonesia” menyatakan keprihatinan pada generasi langgas, karena jumlah entrepreneur yang berasal dari generasi ini masih sangat sedikit. Padahal, salah satu karakter untuk menjadi entrepreneur ada pada generasi langgas, yakni menyukai kebebasan dan tantangan. “Saya prediksi tahun 2020 karyawan milienial terbagi dua, mereka yang bekerja full time dan part timer,” tuturnya.

Nah, bagaimana menyikapi persoalan tersebut? Jawabannya Akan Anda temukan pada 14 Februari dalam acara Artpreneur Talk 2018.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.