Di tengah kemerosotan yang dialami, BlackBerry masih menyatakan eksitensinya. Perusahaan asal Kanada ini mengklaim masih memiliki aset yang cukup dan akan memfokuskan diri pada segmen bisnis.
Ke depan, Blackberry menyatakan akan lebih fokus meramaikan teknologi mobile yang dapat menunjang segala aktivitas manajemen bisnis. Ini memungkinkan semua divisi IT perusahaan bisa mengelola berbagai gadget bisa saling terkoneksi satu sama lain pada jaringan perusahaan.
Selain mengandalkan fitur populer– BBM – mereka juga menekankan penerapan OS BB10 dan teknologi QNX yang sudah lebih dulu digunakan pada kelas premium.
Sekarang, perusahaan menyatakan kesiapannya untuk menjawab persaingan ketat yang ada di pasar.
Meski begitu, di tengah banyaknya berita-berita miring yang terus menghantam, BlackBerry harus bekerja ekstra untuk meyakinan kembali konsumen.
Yolanda Nainggolan, Public Relation Manager BlackBerry Indonesia ketika ditemui beberapa waktu lalu mengatakan bahwa sampai detik ini perusahaan secara kontinu terus berkomunikasi dengan partner bisnis. “Mereka harus tahu langsung dari kami bukan dari berita.”
Selain berkomunikasi langsung dengan partner bisnis, BlackBerry juga sangat aktif dengan komunitas.
“Indonesia ini unik, orang-orangnya sangat sosial, kami tidak bisa meninggalkan dunia digital dan komunitas begitu saja. Terlebih komunitas kami di sini sangat loyal,” terang Yolanda.
Menurutnya, setiap ada produk atau program baru dari perusahaan, mereka (komunitas) selalu kami undang dan libatkan. Biasanya, mereka adalah orang pertama yang tahu sebelum produk baru diluncurkan. Dengan begitu, mereka bisa membantu kami meng-create word-of mouth. Itu semua tidak bisa kami lakukan jika tidak masuk ke media sosial seperti Facebook, Twitter ataupun forum.
Yolanda mengakui apa yang dihadapi BlackBerry di pasar Indonesia tidaklah mudah. Di sini orang-orangnya sangat kreatif, mereka haus akan inovasi-inovasi baru. Inilah yang kami sadari bahwa perusahaan kejar-kejaran dengan kebutuhan pasar. Jika tidak, mereka akan pindah ke yang lain. Ini yang terus kami monitor dan coba penuhi melalui produk dan layanan kami.
Apa yang dikatakan Yolanda memang benar adanya. Hal ini terlihat dari indikasi riset yang dilakukan Growth for Knowledge (GfK) yang menyatakan bahwa penjualan device baru BlackBerry merosot tajam di segmen smartphone.
Melambatnya petumbuhan BlackBerry dipastikan dari ketatnya persaingan dengan kompetitor berbasis Android dan iOS.
Meski begitu, BlackBerry Indonesia optimis pasarnya di Indonesia akan tumbuh tahun ini. Faktor yang mendorong pertumbuhan tersebut salah satunya adalah penetrasi smartphone yang masih rendah di Indonesia, yakni baru sekitar 20%.
Ini menjadi peluang bagi BlackBerry untuk bangkit. Namun apakah BlackBerry akan benar-benar bangkit? Hanya pasar yang akan membuktikan!