Bambang Brodjonegoro: Ekonomi Syariah Sejalan dengan Bisnis yang Beretika

Marketing– Ekonomi syariah yang sedang digencarkan di Indonesia selaras dengan tuntutan dunia internasional yang mengarah ke pembangunan berkelanjutan (sustainability development goals/SDGs) dan bisnis yang berlandaskan nilai-nilai etis. Demikian disampaikan Bambang Brodjonegoro, Kepala Bapenas dan Sekretaris Dewan Pengarah KNKS, saat membuka Indonesia Islamic Economy Festival (IIEFest) di kota Bandung, Sabtu, 6 April 2019.

Bambang Brodjonegoro, Kepala Bapenas dan Sekretaris Dewan Pengarah KNKS saat memberi sambutan di pembukaan IIEFest 2019 di Bandung, Jumat (26/4/2019)

“Kita perlu lebih mengenal ekonomi  syariah, karena dunia saat ini sudah punya tujuan pembangunan bersama. Sekarang  seluruh dunia bersatu utntuk memenuhi SDGs. Ini intinya tujuan pembangunan yang menekankan keberlanjutan,” tutur Bambang.

Bambang memberi contoh sederhana perihal konsumsi. Dalam mengonsumi makanan kita tidak boleh boros seperti diajarkan agama Islam. Hal ini perlu disadari betul oleh masyarakat Indonesia.

“Saya pernah dengar khotbah saat sholat Jumat di Amerika Serikat,  khotibnya mengatakan Indonesia paling banyak menghasilkan sampah makanan. Indonesia hanya kalah dari Arab Saudi yang ada diperingakt pertama,” tutur Bambang.

Begitupun dalam berdagang mesti menjalankan prinsip-prinsip trade fair atau perdagangan yang adil. Dalam perdagangan yang adil, pedagang bukan tidak boleh mengambil keuntungan, tapi keuntungan harus sewajarnya. Bukan aji mumpung mengambil keuntungan sebesar-besarnya saat permintaan tinggi seperti saat Ramadhan. “Apalagi kalau sampai menipu dalam berdagang,”imbuhnya.

Di bidang investasi, secara etis harus mengedepankan tanggung jawab  sosial. Pengusaha harus berinvestasi di sektor yang menyerap banyak tenaga kerja . “Investasi yang berdampak sosial bukan CSR. Itu komitmen perusahaan bantu masyarakat sekitar. Tapi social entrepreneurship. Bidang usahanya membantu kehidupan masyarakat di suatu tempat atau sektor,”lanjutnya.

Sekarang, kata Bambang yang sedang marak social preneur yang mengelola sampah plastik. Aspek sosialnya yakni memberdayakan pemulung. “Bisa membantu kehidupan pemulung, karena sampah plastik yang mereka kumpulkan ada yang membeli dan dibeli dengan harga yang wajar,” tutur Bambang.

Bambang juga menyinggung, bahwa berdasarkan survey tahun 2015 – 2016 lalu, sebesar 66 persen konsumen milenial atau kelas menengah global rela membayar lebih mahal untuk produk yang sudah mengadopsi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. “Konsumen milenial adalah segmen penting dan besar dalam perekonomian global,” tandasnya.

Industri halal di Indonesia

Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, pasar industri halal terus meningkat di Indonesia. Bambang mengatakan, masyarakat Indonesia menghabiskan USD 10 miliar di 2017 untuk perjalanan dan wisata halal, USD 20 miliar untuk busana muslim, dan USD 10 miliar di sektor media dan rekreasi.

Wisata halal Indonesia berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, bahkan tahun ini Global Muslim Travel Index (GMTI) menempatkan Indonesia diposisi pertama sebagai destinasi terbaik di dunia.

“Untuk mempertahankan posisi Indonesia yang saat ini dinobatkan sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia versi Global Muslim Travel Index (GMTI), pemerintah Indonesia akan mendorong sertifikasi halal, meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, memastikan infrastruktur, dukungan teknologi informasi dan regulasi yang bertaraf internasional, membangun jaringan platform, memperkuat integrasi paket wisata, meningkatkan kesadaran dan kecintaan terhadap produk halal, melindungi hak cipta, dan menginisiasi inovasi produk berorientasi ekspor agar mendapat pengakuan internasional terhadap konten lokal keislaman Indonesia,”beber  s Bambang.

IIEFest 2019 bertujuan untuk memperkenalkan industri halal kepada masyarakat sekaligus meningkatkan kesadaran untuk menjalankan gaya hidup halal dan potensi manfaatnya terhadap perekonomian Indonesia. Kegiatan ini terdiri dari bincang-bincang industri digital halal, pariwisata halal, Islamic edutainment, moslem modest fashion, dan pameran industri halal yang diramaikan pelaku industri, regulator, start-up milenial, UMKM, dan masyarakat umum.

Dalam tiga dasawarsa terakhir, ekonomi dan keuangan syariah berkembang pesat secara global maupun nasional. Data The State of the Global Islamic Economy Report 2018-2019 menunjukkan besaran pengeluaran makanan dan gaya hidup halal dunia di 2017 mencapai USD 2,1 triliun dan diperkirakan akan terus tumbuh mencapai USD 3 triliun di 2023.

Faktor utama pertumbuhan tersebut adalah peningkatan jumlah penduduk Muslim dunia yang mencapai 1,84 miliar jiwa di 2017 dan akan terus meningkat hingga 27,5 persen dari total populasi dunia di 2023. Peningkatan ini berdampak pada permintaan produk dan jasa halal yang terdiri dari makanan halal, pariwisata halal, fesyen muslim, rekreasi dan halal travel, serta farmasi dan kosmetik halal.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.