Bank Mayora membukukan laba bersih sebesar Rp 25,75 miliar di semester 1 tahun 2016, atau naik 37,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp18,77 miliar. Peningkatan laba bersih ini ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh merata di semua segmen.
Kredit komersial mengalami peningkatan sebesar 45,50% menjadi Rp2,11 triliun, sementara kredit UMKM naik tipis sebesar 0,65% menjadi Rp1,41 triliun, dan kredit konsumer meningkat menjadi Rp120,43 miliar. Tahun ini Bank Mayora menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 23%.

Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan, kinerja sepanjang paruh pertama tahun ini didukung pendapatan bunga bunga bersih yang meningkat sebesar Rp126,77 miliar dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang turun dari 89,34% menjadi 87,05%, seiring efisensi yang dilakukan Bank Mayora.
Sementara itu, perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga semester 1 tahun ini mencapai 4,30 triliun atau tumbuh 22,18% dengan level loan to deposit ratio (LDR) berada di posisi 83,82%. Komposisi pendanaan masih didominasi Deposito (69%), giro (17%), dan tabungan (14%). Irfanto mengatakan, tahun ini Bank Mayora menargetkan peningkatan peroleh dana 20” – 21%. “Target DPK tahun ini sekitar Rp4,1 – Rp 4,2 triliun,” tandas Irfanto.
Ditengah tren penurunan bunga kredit, Bank Mayora juga berhasil mendorong kenaik NIM (Nett Interest Margin) dari 3,45% pada paruh pertama tahun sebelumnya menjadi 4,26% pada semester pertama 2016.
Irfanto mengatakan, sepanjang tahun 2016 perekonomian nasional tidak lebih baik dari tahun 2015. Beberapa industri masih terkena imbas pelemahan ekonomi tahun lalu, seperti pertambangan, properti, perhotelan, dan industri pendukung lainnya. “Contohnya industri plastik permintannya menurun terkena dampak kebijakan plastik berbayar. Sementara untuk memproduksi plastik ramah lingkungan bahan bakunya lebih mahal,” jelas Irfanto