Beli Satu Mobil, Tanam 30 Pohon

 

Green Marketing – Case Study

 

Toyota gelar banyak program peduli lingkungan. Salah satunya menjadikan anak muda sebagai subjek sasaran.  Apa saja programnya?

Pencemaran lingkungan, yang paling kentara dapat kita lihat adalah masalah pencemaran udara di jalan raya. Ini disebabkan oleh pembuangan gas emisi karbon dari knalpot kendaraan bermotor. Persoalan ini semakin kompleks, karena jumlah kendaraan di kota—seperti Jakarta dari tahun ke tahun bertambah. Meredam laju pertumbuhan kendaraan bermotor menjadi salah satu cara mengatasi masalah pencemaran udara.  Namun hal itu harus didukung dengan program-program peduli lingkungan lainnya, baik dari perusahaan otomotif maupun masyarakat pengguna kendaraan itu sendiri.

Salah satu perusahaan otomotif yang cukup peduli dengan masalah lingkungan adalah Toyota. “Strategi dasar dari Toyota berbasis dari kenyataan adanya dua sisi berlawanan dari pelaku industri otomotif. Di satu sisi memberi benefit kemudahan bagi para pengguna. Sisi lain, adanya pencemaran lingkungan. Toyota ke depannya harus menciptakan kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang bersahabat dengan lingkungannya. Kita ingin hidup nyaman di dalam mobil maupun di luar mobil,” ujar Djoko Trisanyoto, Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor (TAM).

Kepedulian ini, menurut Djoko,  bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, produknya harus mengarah pada produk yang sifatnya ramah lingkungan, alias mempu mengeliminir emisi gas buang. Kedua, mobilnya applicable dengan bahan bakar alternatif, seperti bahan bakar nabati.

“Di Toyota, ada mesin-mesin yang bisa diadopsi dengan bahan bakar tersebut. Termasuk mesin dengan bensin biasa. Bahan bakar alternatif dengan komposisi sampai 10 persen. Ini biasanya disebut E10. Di Thailand, karena ada dukungan pemerintah, mereka bisa menggunakan E25. Ini bisa bio fuel-nya 25 persen alkohol, dan 75 persen bensin. Di Brazil, penghasil alkohol besar, mesin mobilnya bisa mengabdopsi 100 persen alkohol,” imbuhnya.

Dari sisi produk, Toyota membuktikan kepeduliannya dengan meluncurkan dua model mobil terbarunya. Dua model ini diklaim sebagai mobil paling hijau di Jerman. Selain itu, model ini membuktikan bahwa teknologi hybrid menjadi pilihan logis untuk berkendara yang ramah lingkungan. Dua model itu adalah Toyota Prius dan si mungil Toyota iQ. Mobil-mobil ini menggunakan mesin bensin, sekaligus motor listrik. Kedua mobil ini tidak bising, alias senyap. Ini merupakan faktor penting untuk mengamankan posisi teratasnya sebagai mobil paling ramah lingkungan. Kini, Toyota sedang gencar mengkampanyekan Prius ke berbagai daerah.

“Menciptakan mobil hybrid merupakan langkah paling drastis. Mobil tipe ini sudah mencapai hampir nol emisi. Boleh dibilang, penggunaan bahan bakarnya hanya separuh dari penggunaan mobil normal. Ini sangat efisien, dan ramah lingkungan,” cetusnya.

Selain itu, kepedulian Toyota atas lingkungan menjadi bagian tidak terpisah dari program CSR (corporate social responsibility)-nya. Menurut Djoko, pabrik beserta bengkel-bengkel resmi Toyota harus ramah lingkungan. Limbah pabrik harus diolah sedemikian rupa, supaya tidak mencemari lingkungan. Standar ISO 1401 sedang digalakkan di seluruh pabrik, dan bengkel Toyota. Di pabrik, ada kebijakan untuk menggunakan sebagian lahannya sebagai hutan.  “Hutan di lingkungan pabrik itu penting. Misalnya, dari 100 hektare luas pabrik, sebagian lahan digunakan untuk penghutanan. Hutan ini berfungsi untuk menyerap CO2, sekaligus menghasilkan udara segar O2,” katanya.

Selain itu, pabrik Toyota juga sedang mengoptimalkan aplikasi energi alternatif. Termasuk memakai energi matahari (solar energy). Toyota juga bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk membuat hutan kota. Seperti di Jakarta Kota, dan di sekitar Pabrik Toyota di Karawang.

Program tanam pohon menjadi concern Toyota. Pada tahun lalu, Toyota menggelar Program “Toyota Duty Free-New Trees Go Green”. Dalam program ini, setiap pembelian satu unit Toyota Duty Free akan memperoleh 30 pohon untuk penghijauan. Program ini digelar atas data bahwa setiap 100 liter bahan bakar setara dengan 340 kilogram emisi CO2. Hal ini bisa dinetralkan dengan sebatang pohon yang berumur minimal 20 tahun.

“Program ini didesain untuk mendukung penghijauan. Program ini juga telah dilakukan tahun lalu selama tiga bulan, bekerjasama dengan WWF (world wildlife fund) – sebuah organisasi perlindungan.

Kita melakukan penanaman pohon di Taman Nasional Gunung Rinjani. Hal seperti ini akan terus kita lakukan. Program ini selaras dengan Toyota Global Vision 2020,” katanya.

Sementara itu, sepanjang tahun ini, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengadakan kampanye lingkungan dengan berbagai kegiatan. Tema utama yang diangkat adalah mencegah pemanasan global dengan hemat energi dan penanaman pohon. Kegiatannya terdiri dari Green Employee, Green Family, dan Green Factory. Ini merupakan kelanjutan kampanye tahun lalu, di mana ada pembagian sebanyak 6.500 pohon kepada seluruh karyawan untuk penghijauan di rumah mereka masing-masing. Pada tahun ini, penghijauan dilakukan di lingkungan kerja dengan 1.000 pohon untuk seluruh area kerja. “Kampanye ini juga kami lakukan ke dalam perusahaan sendiri. Ini menjadi sesuatu yang penting,” tegasnya.

Kampanye cinta lingkungan juga dilakukan dengan sasaran anak muda. Toyota menggelar Program Toyota Eco Youth. Ini merupakan kontes peningkatan kualitas lingkungan hidup bagi siswa SMA dan SMK. Program ini sudah berjalan sejak tahun 2005. Program ini diselenggarkan Toyota bermitra dengan Departemen Pendidikan Nasional.

“Tujuannya, untuk membantu siswa-siswa menengah atas sadar pada isu lingkungan. Di sana, ada pelatihan tentang pengolahan limbah, dan sebagainya untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Usai workshop, mereka diberi dana untuk membuat sebuah proyek dalam  mengatasi pencemaran di lingkungan sekolahnya. Kita juga memberi edukasi pada mereka tentang safety driving,” katanya lagi.

Program tadi merupakan perlombaan, dan disambut antusias oleh beberapa sekolah. Bahkan, ada beberapa sekolah yang berhasil menjual hasil olahan limbah kepada umum. “Kita sengaja menggandeng anak muda, karena merekalah yang akan hidup di masa depan. Program ini hampir merata di seluruh propinsi,” katanya.

Dari program peduli lingkungan ini, Djoko menyadari bahwa marketing tidak semata-mata menjual mobil. “Kami mau menunjukkan bahwa kami jualan mobil, sekaligus peduli dengan lingkungan dan masyarakat kami. Intinya, kami tidak menjual mobil dengan sembarangan,” papar  Djoko.

Kendala paling besar yang dihadapi tak lain adalah masih minimnya kesadaran masyarakat pada lingkungan. “Untuk membangkitkan awareness ini dibutuhkan usaha kerjasama, dan dan tidak gampang. Apalagi ini merupakan proyek untuk mengubah paradigma, yang nantinya bisa diikuti dengan perubahan kultur. Tahun ini, kita akan terus menggalakkan program ini,” ujar Djoko mantap.  Sigit Kurniawan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.