Berani Melakukan Evolusi

Bakmi Raos tumbuh dari garasi rumah dengan modal yang terbatas. Sekarang ini, mereka sudah memiliki ratusan outlet dan mulai menelurkan brand-brand restoran baru.

Dalam memilih usaha, banyak pilihan yang ditawarkan tergantung minat dan keteguhan sikap si pelaku usaha dalam menjalani usahanya itu. Dalam masyarakat Indonesia, usaha kuliner menjadi salah satu pilihan menarik untuk dijalani, walaupun memilih bisnis makanan yang tepat bukanlah perkara mudah.

Salah satu bisnis makanan yang banyak dipilih orang adalah usaha bakmi. Sebagai negara nomor dua pengonsumsi mi terbesar di dunia—setelah Cina, tentunya potensi berbisnis berbasis bakmi di Indonesia sangat besar. Tetapi, perlu disadari juga bahwa bisnis ini sudah jenuh dengan banyak pemain. Untuk itu, perlu adanya diferensiasi kuat pada produk mi yang diperdagangkan.

Fenomena yang cukup menarik adalah Bakmi Raos. Merek usaha bakmi yang dikelola oleh PT Raos Aneka Pangan ini memiliki keunggulan dibanding restoran-restoran bakmi lain, terutama soal rasa serta konsep yang ditawarkan. Kesuksesan Bakmi Raos sekarang ini ditandai dengan jumlah cabang yang cukup banyak, setelah melewati beberapa proses dalam berusaha. “Cerita di balik suksesnya Bakmi Raos tidak seindah yang dibayangkan atau diceritakan orang pada umumnya,” kata H. Bimada, Direktur PT Raos Aneka Pangan.

Saat ditemui di kantornya di bilangan Bintaro, Bimada bertutur tentang jatuh bangun usahanya ketika mendirikan bisnis Bakmi Raos atau Cippes Resto hingga mencapai kondisi saat ini. Berawal dari tiga gerobak hingga kemudian berkembang menjadi ratusan buah. Pengembangan Bakmi Raos lewat waralaba dilakukan sejak tahun 2006 dengan konsep menjual gerobak dan memberikan angsuran kredit ringan kepada franchisee. Tantangan yang dihadapinya saat itu adalah mendapatkan calon franchisee yang bermental pekerja keras dan berkomitmen pada usaha kuliner bakmi.

Bimada bercerita pula bahwa semua berawal dari hobi memasak yang tak pernah dilewatkannya. Hobinya itu sekarang bisa menjadi mesin uang yang menggiurkan. Bimada memulai usaha bakmi ayamnya di garasi rumahnya di kawasan Bintaro pada Juni 2003. Modal awal hanya Rp 10 juta, tapi kini PT Raos Aneka Pangan memiliki aset sekitar Rp 250–500 juta. Omzet usaha per tahun mencapai Rp 1–3 miliar. Warung di garasi pun kini menjelma menjadi sebuah kantor perusahaan yang menaungi brand utamanya,  Bakmi Raos. Selain itu, ada brand lain yang ditawarkan, yaitu Cippes Resto. Kemampuan Bimada mengelola dan membesarkan bisnis mengantarnya menjadi salah satu penerima “Dji Sam Soe Award 2006”.

Kemudian, sejak pertengahan tahun 2009, Bakmi Raos mulai meninggalkan konsep gerobak yang pernah booming. Merek ini berani melakukan evolusi dengan membangun konsep usaha kuliner berbentuk restoran yang memiliki siklus hidup lebih lama dibanding ala gerobak. Tentunya, juga sangat sesuai dengan tren gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini yang suka dengan kuliner. Tak disangka, konsep restoran Bakmi Raos mendapat sambutan di daerah luar Jakarta, terutama di luar Jawa. Break even point-nya juga lumayan cepat dan keuntungan yang diraih per bulannya pun cukup menggiurkan.

“Berdasarkan pengalaman, konsep gerobak itu booming saat awalnya saja. Tetapi, setelah dua atau tiga bulan sudah tidak ada peminatnya lagi, sedangkan konsep restoran memiliki siklus hidup yang lama dan sangat sesuai dengan tren gaya hidup masyarakat kita,” kata Bimada yang pernah menjadi direktur di salah satu perusahaan freight forwarding & shipping.

Lebih lanjut diungkapkan, ada perbedaan segmen yang dibidik serta “penampilan” dalam hal penyajian menu serta atmosfer restoran antara Bakmi Raos dan Cippes Resto.

Bakmi Raos cenderung membidik pasar menengah bawah, sementara Cippes Resto membidik kalangan menengah atas. Konsep penyajian menu makanannya pun berbeda. Dan tentu saja, omzet yang didapat pun berbeda-beda, sesuai lokasi. Bimada mengatakan bahwa ke depannya ia membuat satu brand lagi yang akan diwaralabakan,  yaitu Damas Boutique Resto, yang membidik segmen atas.

Usaha waralaba Bakmi Raos dan Cippes Resto juga memiliki keunggulan berupa tawaran kemitraan serta tawaran investasi yang bervariasi, antara Rp 15–150 juta.  Sehingga, memberikan alternatif bisnis bagi para investor sesuai dengan kapasitas modal yang mereka miliki. Selain itu, waralaba Bakmi Raos dan Cippes Resto tidak membebankan biaya tetap royalti dan lama kontrak kerja. Bahkan, mereka memberikan keleluasaan konsep bisnis, hubungan yang saling menguntungkan kepada para mitra, serta didukung oleh manajemen dengan orang-orang yang berpengalaman.  Franchisee juga mendapatkan pelatihan marketing, SOP, serta promosi/design gratis berupa banner/flyer. “Sekitar 60% pembeli waralaba Bakmi Raos dan Cippes resto didapat dari kemitraan yang sudah terjalin,” ujarnya.

Mengenai promosi, ia mengatakan bahwa peliputan di media massa sangat membantunya. Ditambah dengan keikutsertaan dalam pameran yang kerap dilakukan. Kemudian, mereka juga bekerja sama dengan provider telekomunikasi, seperti Flexi dan Telkomsel, untuk informasi diskon.

Saat ini, Bakmi Raos telah berkembang dengan lebih dari 360-an outlet di seluruh wilayah nusantara, kecuali Papua. Merek yang bermoto “Berani Diadu Rasanya” ini telah mengembangkan berbagai macam varian makanan, lebih dari 400-an menu makanan dan 150-an menu minuman. Bimada juga menjual bahan baku mi serta bumbunya sekitar 3.000–3.500 porsi per hari. Untuk Cippes Resto, pertumbuhan per tahun berkisar antara 1–2 outlet. Berbeda dari waralaba lain, Bakmi Raos dan Cippes Resto menjual konsep usaha kuliner dengan harga yang sangat kompetitif.

Ditambahkan Bimada, selain cita rasa yang khas, hal yang terpenting agar bisa menuai sukses di bisnis kuliner adalah adanya jiwa entrepreneurship yang kuat. “Ke depan, diharapkan brand image Bakmi Raos/Cippes Resto semakin melekat di benak masyarakat,” katanya dengan yakin.

(Harry Tanoso)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.