Berkat Cinta pada Boot

Sepatu Tegep Boots bukan sekadar alas kaki. Ia telah menjelma ke dalam tren gaya hidup. Dan, itulah buah dari hobi sang pendiri.

Siapa yang tidak tahu dengan boot? Sepatu dengan strap tinggi berbahan baku kukit ini sudah familiar di mata konsumen. Biasanya, sepatu semacam ini sering dipakai di berbagai aktivitas yang diselenggarakan oleh komunitas-komunitas. Bahkan, saat ini boot telah masuk ke relung mode dan gaya hidup.

Mulanya, boot memang identik dengan budaya Barat. Sepatu ini selalu menempel di anggota dan penggemar cowboy, musik country, dan bikers yang notabene berasal dari Amerika. Namun, seperti kita lihat, dewasa ini boot tak lagi menjadi milik orang bule semata. Di Indonesia, para penggemar musik pekerja dan lain sebagainya sudah biasa menggunakannya, meski bukan asli dari Negeri Paman Sam.

Nah, di antara sekian banyak konsumen, ada seorang pria yang cinta banget pada boot. Berkat kecintaannya, maka Tegep Oktaviansyah mulai tahun 1997 memutuskan untuk menjadi produsen sepatu boot. Padahal, pada waktu itu, Tegep masih tercatat sebagai siswa SMU di kotanya, Bandung, Jawa Barat. Jadi, ini merupakan buah pemikiran yang pintar dari seorang pelajar.

Kok, bisa? Tentunya pertanyaan itu yang muncul kemudian. Tegep mengawali usahanya dengan menggandeng produsen sepatu boot terkenal bernama Kanselir. Baru pada tahun 1999, dengan alasan ingin mempertahankan kualitas produk, Tegep memisahkan diri dari Kanselir dan membuka pabrik sendiri. Tegep kemudian memakai nama Tegep Boots menjadi merek sepatu boot buatannya.

Kala itu Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi. Tapi, Tegep pantang mundur. Tegep mulai mendesain dan membuat sepatu dari sebuah garasi miliknya. Varian yang dihasilkan pun baru sebatas model bikers dan cowboy. Kedua varian itu dipasarkan dengan kisaran harga Rp 150.000 per pasang.

Justru, kondisi makro yang sulit itu menumpahkan kebahagiaan bagi Tegep. Sebab, konsumen boot yang loyal terhadap produk impor banyak yang beralih ke produk lokal. Tak ayal, produk Tegep Boots menjadi incaran mereka.

Berkembang Pesat

Tanpa membutuhkan waktu lama, usaha Tegep pun tumbuh dengan pesat. Bisa dikatakan Tegep Boots sudah berada di zona mapan. Bahkan, Tegep sudah mengembangkan model-modelnya, termasuk sepatu kasual dan sepatu yang berbahan baku kulit. Jumlah order yang diterimanya terus bertambah, mulai dari 50 sampai 100 pasang per bulan.

Jumlah itu memang kelihatan sedikit. Namun, apabila dikalikan dengan harganya yang lumayan mahal, yakni dibanderol dengan harga Rp 1 juta-Rp12 juta per pasang, maka pendapatannya cukup besar. Harga sepatu ditentukan oleh model, kerumitan pembuatan, dan bahan bakunya, misalnya kulit kelinci, sapi, ular, biawak, ikan pari, ikan kakap, dan buaya. Omsetnya, Tegep mengaku, mencapai Rp 100-200 juta per bulan.

Melihat harga yang ditawarkan, siapa pun sudah mengerti bahwa sepatu boot itu disasarkan untuk kalangan menengah ke atas. Kalau sudah begitu, konsumennya jelas dari kota-kota besar, seperti Jakarta dan 25%-nya dari daerah lain. Dengan menargetkan pasar urban yang peduli dengan mode dan gaya hidup, maka Tegep berhasil menarik kalangan pejabat, artis, eksekutif, dan para ekspatriat.

Langkah Tegep dalam memasarkan sepatu boot buatannya tidak berhenti sampai di situ. Pada tahun 2004, ia memutuskan untuk memasuki tantangan baru, yaitu menggarap pasar luar negeri melalui internet. Pesanan pertama diterima dari Kanada.

Lagi-lagi keberuntungan memihak Tegep. Sebab, ternyata pemesan sepatu yang diterima Tegep itu penyandang cacat kaki. Lalu, sepatu yang dibuat Tegep dirasakan nyaman dan tampak sempurna jika dipakai. Dari pesanan itulah Tegep langsung dikenal di pasar luar negeri.

Meski begitu, Tegep tidak serta-merta tertarik untuk menggarap pasar ekspor secara massal. Tegep tetap memasarkan produknya kepada perseorangan. Beberapa pemesan lain datang dari Amerika Serikat, Jerman, Belgia, dan Australia. Jadi, dalam pembuatannya, Tegep menggunakan sistem made by order.

Word of Mouth

Kata Tegep, konsumen bisa memesan boot dengan model dan desain sesuai keinginannya. Konsumen pun bisa mendesain sendiri. “Produknya sangat customized. Satu pasang sepatu tidak akan ada yang sama dengan yang lain,” tandasnya.

Untuk mendongkrak penjualan, Tegep gencar mempromosikan produknya melalui komunitas bikers, penggemar cowboy dan musik country, juga komunitas-komunitas gaya hidup lainnya. Tegep memilih masuk ke komunitas karena ia percaya bahwa mereknya yang menengah ke atas itu akan berkembang efektif secara word of mouth.

Oleh karena itu, Tegep lebih cenderung mempromosikan melalui aktivitas below the line. Tegep Boots sering mengikuti kegiatan-kegiatan pameran, seperti Inacraft, dan bahkan pernah turut serta di dalam Mercedes-Benz Asian Fashion Award pada tahun 2005 dan Hong Kong Fashion Week for Spreeng/Summer 2007. Dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, kami tidak mempunyai target untuk menjual produk. Yang kami lakukan lebih untuk mengenalkan dan membangun citra merek kami,” ungkap Tegep.

Saat ini Tegep Boots telah memiliki workshop dan showroom di Bandung, tepatnya di bilangan Jalan Pelajar Pejuang 45. Selain sepatu boot, Tegep juga memproduksi jaket, tas, ikat pinggang, dan dompet, yang semuanya berbahan baku dari kulit. Rencananya, dalam waktu dekat Tegep akan membuka showroom baru.

Tegep sendiri merasa optimistis usahanya mampu berkembang lagi sejauh kualitas dan inovasi produk yang dipasarkannya terus ditonjolkan. Di situlah kunci suksesnya. “Konsisten pada kualitas, ketahanan, dan desain produk adalah kunci sukses kami,” tegas Tegep menjelaskan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.