Bicara Soal Uang kepada Anak-Anak

shutterstock_110591672Sekarang ini sudah banyak orangtua yang menganggap tidak tabu membicarakan soal uang kepada anak-anaknya. Justru hal itu sangat penting untuk bekal masa depan anak-anak. Sebagaimana terungkap dalam survei yang dilakukan oleh T. Rowe Price tentang perilaku orangtua dan anak terhadap keuangan.

Apakah membicarakan uang adalah sesuatu yang tabu untuk Anda? Walaupun bagi kebanyakan orang uang merupakan hal yang dianggap penting dalam hidup, sering kali orang merasa tabu membicarakan uang baik di dalam keluarga, relasi, kantor, atau bahkan dengan anak-anak. Satu perusahaan investasi merasa perlu untuk melakukan survei terkait hal ini. Terlebih lagi untuk mempelajari segmen keluarga yang sudah mempunyai anak. Seberapa sering mereka berbicara tentang uang? Dan apakah mereka sharing tentang diskusi uang ini dengan anak-anak mereka?

Di dalam buku Rich Dad Poor Dad karya Robert Kiyosaki, diceritakan bahwa banyak dari kita tidak memahami cara kerja uang karena kebiasaan kita yang salah dari kecil hingga besar. Dari kecil kita tidak pernah diajarkan untuk berbicara tentang uang. Berbicara tentang uang saja tidak, apalagi mengetahui bagaimana cara kerja uang.

Akibatnya, sampai tua kita bekerja demi uang, bukannya uang yang bekerja untuk kita. Setelah membaca bukunya pun, banyak orang yang masih salah kaprah tentang maksud “uang yang bekerja untuk kita” dengan tujuan akhir yang disebut sebagai kebebasan finansial (financial freedom), pensiun dini, dan lain-lain.

Apa pun pemahaman kita tentang uang, bagaimana cara kerja uang, dan seberapa sering kita membicarakan tentang uang, sebenarnya hal ini menarik untuk disurvei bagi para marketer yang bekerja di industri perbankan, investasi, asuransi, atau pendidikan. Marketer bisa mendapatkan insight yang berguna tentang segmen pasar mereka dan menyusun strategi yang tepat untuk menyasarnya.

Ada kelompok pelanggan yang masih awam tentang topik investasi, perbankan, asuransi, dan lain-lain karena banyak faktor, misalnya pendidikan dan tidak ada pembicaraan tentang uang di dalam keluarga. Sebaliknya, ada juga kelompok masyarakat yang cukup melek terhadap segala industri tersebut di atas.

Survei yang dilakukan oleh perusahaan investasi T. Rowe Price berikut menarik untuk disimak, terutama karena respondennya mencakup tak hanya orangtua, tapi juga anak-anak mereka. Adapun tujuan dari survei ini adalah memahami perilaku, pengetahuan, dan gaya berbelanja baik orangtua maupun anak-anak mereka. Adapun rentang usia anak dan remaja yang disurvei adalah 8 tahun hingga 14 tahun.

Survei dilakukan oleh T. Rowe Price melalui media online pada pertengahan tahun 2013, meliputi responden sebanyak sekitar 1.000 orangtua, yang dibagi rata antara gender pria dan wanita (500 pria dan 500 wanita). Sekitar 1.000 lebih orangtua dan 840 anak-anak turut berpartisipasi dalam survei ini di daerah Amerika Serikat. Survei tersebut mempunyai margin of error kurang lebih 5,0%. T. Rowe Price sendiri adalah perusahaan Amerika, bermarkas di Baltimore, Maryland, dan bergerak di bidang investasi.

Dari hasil survei bisa digali bahwa sekitar 73% responden orangtua cukup sering berbincang dengan anak-anaknya tentang uang. Menariknya, anak-anak menganggap sesama orangtua lebih sering lagi berbicara tentang uang. Para orangtua pun menganggap bahwa orangtua mereka (kakek nenek dari anak-anak mereka) dulu lebih jarang membicarakan tentang uang waktu mereka masih anak-anak. Walau demikian, 59% dari para orangtua masih menganggap orangtua mereka dulu cukup bisa membekali anak-anak mereka menyangkut segala sesuatu tentang uang.

Pembicaraan tentang uang dengan anak-anak masih lebih banyak mencakup topik berbelanja untuk keperluan sekolah, belanja untuk keperluan liburan, dan lebih sedikit untuk berbicara tentang merencanakan tabungan keluarga beserta tujuannya. Di luar itu, masih banyak juga orangtua yang memilih untuk tidak melibatkan anak-anak mereka ketika membicarakan situasi finansial dalam keluarga. Menariknya, anak-anak mereka sebenarnya mengetahui bahwa orangtua mereka sedang menutupi sesuatu dari mereka.

Dari mulai anak-anak, perusahaan menemukan data bahwa anak-anak ternyata lebih tertarik untuk mengetahui bagaimana cara kerja bank dan kartu kredit, bagaimana mengelola uang, plus bagaimana inflasi bisa memengaruhi harga-harga produk. Tentu ada banyak hal lain yang ingin diketahui oleh anak-anak, tapi ketiga hal di atas menempati urutan tertinggi.

Bagaimana dengan keluarga dan anak-anak Anda? Apakah mereka sudah cukup dibekali pengetahuan tentang uang?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.