Bisnis dan Misi Sosial Berjalan Seiring

Marketing.co.id – Selain memperluas skala bisnisnya, PT Mahkotadewa Indonesia pun makin fokus membantu masyarakat. Perusahaan kian tumbuh, begitu juga kegiatan sosialnya.

 

Fenomena pergeseran pola pengobatan masyarakat dari obat kimia ke obat herbal kian marak. Tentunya, kondisi ini bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk membudidayakan berbagai tanaman herbal serta pengolahannya.

Apalagi, di Indonesia tumbuh subur ribuan jenis tanaman herbal. Sayangnya, hingga kini potensi obat-obatan herbal di Indonesia belum digarap secara maksimal.

“Saya merasa terpanggil untuk mengembangkan potensi tanaman herbal dan menjadikannya obat-obatan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Meskipun saya tidak memiliki latar belakang dunia bisnis, dengan bersosialisasi saya optimistis bahwa yang saya lakukan bisa membantu orang lain,” kata Ning Harmanto, Presiden Direktur PT Mahkotadewa Indonesia.

Dia menjelaskan, kali pertama terjun ke bisnis herbal karena kegemarannya bercocok tanam dan kemudian membentuk kelompok wanita tani bernama “Bunga Lili”. Lambat laun, dia pun memberanikan diri untuk membuka Klinik Herbal Ny. Ning Harmanto tahun 2002. Tepat pada Januari 2003, perusahaan yang beralamat di wilayah Rawa Badak, Jakarta Utara ini pun resmi berdiri.

“Ide mendirikan perusahaan ini didukung oleh suami. Dengan skala perusahaan, keinginan saya untuk menolong orang lebih banyak lagi bisa tercapai. Artinya, saya dapat membuka lapangan pekerjaan, membantu mengobati orang lain, dan ikut aktif memberdayakan para petani tanaman herbal. Selain itu, saya pun menyediakan etalase produk yang dikhususkan bagi mereka yang tidak mampu dengan harga terjangkau, bahkan jika perlu gratis,” ungkap Ning.

Dia menjelaskan, sebagai perusahaan herbal tentunya pasokan bahan dasar untuk pembuatan produk berasal dari hasil pertanian—misal mahkotadewa, daun sirsak, sukun, mengkudu, dan sebagainya.

Untuk itu, dia bermitra dengan beberapa petani dari berbagai wilayah, antara lain Yogyakarta, Magelang, Purworejo, Cirendeu, Serang, maupun Bogor. Tiap-tiap petani memiliki spesialisasi tanaman herbal yang dihasilkan.

“Saya terjun langsung untuk membina para petani tersebut sehingga tanaman yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik, termasuk juga cara pengolahan seperti mengeringkan tanaman. Ini penting karena saya ingin memastikan bahwa khasiat yang ada di dalamnya tetap terjaga. Apalagi, produk dari PT Mahkotadewa Indonesia berfungsi untuk mengobati,” papar Ning.

Dia mengatakan, untuk menghasilkan tanaman yang berkualitas, pastinya tak terlepas dari biaya yang harus dikeluarkan. Bagi perempuan yang menyukai warna ungu ini, hal tersebut bukanlah suatu kendala.

Dia menerapkan model bisnis yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Artinya, petani tidak rugi dan dia tetap bisa mendapatkan keuntungan dari produk olahan yang dihasilkan.

“Saya tidak berfokus kepada bisnis saja, tapi juga pada kegiatan sosial. Jadi, meskipun persaingan bisnis di industri herbal kian sengit, saya tetap yakin bahwa bisnis ini tetap berjalan. Buktinya, permintaan produk semakin meningkat, bahkan sampai ke Cina dan beberapa negara Asean,” ungkap dia.

Ya, sampai saat ini ada sekitar 70 produk yang berhasil dikeluarkan oleh PT Mahkotadewa Indonesia. Produk tersebut terbagi menjadi beberapa kategori, sebut saja teh herbal, beras organik, bumbu herbal, kapsul, aroma terapi, dan lainnya.

Sedangkan merek produk yang ada yakni Teh Ostea+, Teh Sirsakti, Teh Wedang Weding, Teh Mashiwa, Teh Kateena, Madeca, Madedem, dan sebagainya. Pada setiap kemasan produk tertera tulisan “Ny. Ning Harmanto” sebagai ciri khas dan memudahkan konsumen ketika membeli.

Untuk itu, dia pun membuat strategi marketing untuk memasarkan semua produk yang ada. Selain melalui jaringan Klinik Herbal Ny. Ning Harmanto, dia juga membuka peluang bisnis dengan konsep outsource produk herbal, mitra usaha, dan afiliasi.

Pola kemitraan pun tak sekadar bagi pengelola toko riil, tapi juga mengembangkan kerja sama dengan mitra yang mengelola toko dan jasa konsultasi klinik online.

“Dengan pola ini, jaringan Mahkotadewa semakin luas. Kemudian, saya pun masuk ke ranah digital sebagai salah satu channel marketing selain melalui website dan blog. Saya juga aktif di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Untuk Facebook, saya menggunakan akun Ning Harmanto Full dan Twitter @ningharmanto. Tak hanya itu, saya juga gencar berkomunikasi melalui smartphone dan lainnya,” kata dia.

Ning mengakui, hasil pemasaran melalui media online pun tak kalah jika dibanding dengan toko riil. Bisa dikatakan, salah satu faktor pendorong pertumbuhan bisnis PT Mahkotadewa Indonesia adalah berkat kekuatan strategi marketing online. Jadi, dia berpendapat bahwa strategi offline maupun online haruslah dikembangkan beriringan—tak bisa jika mengandalkan salah satu saja.

“Ingin berjualan apa pun, media online menjadi salah satu jalan yang harus ditempuh guna memperluas market. Hasilnya, setiap konsumen yang datang langsung ke Klinik Herbal Ny. Ning Harmanto kebanyakan sudah mengetahuinya dari internet dan kemudian mereka datang untuk berobat. Sedangkan, untuk pembelian produk selanjutnya bisa dilakukan melalui online,” papar dia.

Strategi marketing online tak hanya membuka peluang bisnis, tapi juga memperluas target market. Jika semula hanya menyasar target end user, kini PT Mahkotadewa Indonesia pun menjaring para distributor—baik di Indonesia maupun luar negeri. Produknya bisa murni merek yang sudah ada, maklon, maupun hasil olahan saja.

Sebenarnya, PT Mahkotadewa Indonesia tidak beriklan secara besar-besaran melalui media massa untuk mendongkrak awareness maupun penjualan. Mahkotadewa hanya melakukan talk show di Radio Camajaya 102,65 FM setiap Jumat pukul 09.00–10.00 WIB.

Meski durasinya hanya satu jam, dampak dari program tersebut cukup memengaruhi nilai penjualan. Selebihnya adalah menjadi pembicara dalam beberapa seminar dan diliput oleh beberapa media berkat inovasi mengolah buah mahkotadewa.

“Dulu saya menerapkan sistem, siapa pun bisa mengambil produk dan bayar setelah produk terjual. Nyatanya, hal tersebut tidak berjalan mulus, bahkan mengalami kerugian. Sekarang, saya mencoba menerapkan semua model bisnis mulai dari klinik, ritel, jaringan distributor, dan sebagainya. Syaratnya, pembayaran harus dilakukan ketika produk akan dikirim,” kata dia. Hasilnya, selain bisnis kian menggurita, kegiatan sosial pun terus berjalan.

Foto: Asep Toni K.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.