Praktik Bisnis Hijau Akan Tingkatkan Daya Saing

Green Business (Bisnis Hijau) yang bisa diaplikasikan antara lain dengan mengurangi penggunaan energi dan air dalam proses produksi bisa meningkatkan daya saing industri. Terlebih jika Bisnis Hijau dipraktikkan oleh industri yang menyedot banyak energi seperti TPT (Tekstil dan Produk Tekstil). Demikian disampaikan Arief Hendra Ariyana, Deputy General Manager, PT TÜV SÜD Indonesia.

Arief menjelaskan, adopsi Bisnis Hijau di industri TPT bisa meningkatkan daya saing Indonesia. Hal ini katanya bisa menjadi solusi di tengah tren relokasi industri  TPT ke  Vietnam dan Kamboja. “Karena TPT di Indonesia tidak mungkin mengurangi ongkos tenaga kerja,” tutur Arief dalam jumpa pers penutupan Pelatihan Bisnis Hijau TÜV SÜD-DEG TripleC (C-Dialogue Competence Competitive), di Jakarta (4/05/17).

Untuk mendorong praktik Bisnis Hijau di kalangan industri di Indonesia, TÜV SÜD dan DEG dalam dua tahun terakhir aktif melakukan pelatihan Bisnis Hijau di Indonesia, Tahun lalu, kedua lembaga berhasil memberikan pelatihan kepada 110 perusahaan dari berbagai industri. Tahun ini jumlah peserta menurun menjadi 80 perusahaan. “Tahun ini jumlahnya lebih sedikit karena hanya dikhususkan kepada industri TPT,” tutur Arief.

Lebih jauh dia mengatakan, alasan fokus pada industri TPT karena konsumsi  energi di TPT sangat besar dan dibutuhkan investasi besar untuk membeli mesin baru. Bukan rahasia lagi mesin-mesin di TPT sudah tua, sehingga menyebabkan boros energi.

Pelatihan berlangsung Januari 2016 – Maret 2017 (15 bulan) . Perusahaan tidak  dipungut biaya untuk ikut pelatihan. Peserta pelatihan berasal dari industri TPT di kawasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Materi pelatihan mencakup penghematan energi, jejak karbon, analisa siklus produk tekstil/ alas kaki, serta pemilihan energi alternatif seperti energi matahari

Pelatihan ini diharapkan bisa menurunkan konsumsi energi sebesar 15% – 35%. Pengukuran dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan-perusahaan yang terkait dengan peningkatan laba dan daya saing perusahaan. Sebagai tambahan, perusahaan juga dapat meningkatkan nilai merek, keberlangsungan usaha serta menjadi referensi untuk meraih ISO 14025 dan ISO/TS 14067.

“TÜV SÜD menyadari bahwa kenaikan tarif listrik untuk industri tekstil dan alas kaki menjadi perhatian yang serius bagi daya saing perusahaan. Kegiatan pelatihan ini dirancang untuk membantu perusahaan mengatasi kekhawatiran akan hal tersebut dalam proses manufakturing serta menemukan solusi yang efektif,” jelas Eric Paulsen,  Presiden Direktur PT TÜV SÜD Indonesia.

Eric Paulsen, Presiden Direktur PT TÜV SÜD Indonesia saat berbicara pada penutupan Pelatihan Bisnis Hijau TÜV SÜD-DEG TripleC (C-Dialogue Competence Competitive), di Jakarta (4/05/17
Eric Paulsen, Presiden Direktur PT TÜV SÜD Indonesia saat berbicara pada penutupan Pelatihan Bisnis Hijau TÜV SÜD-DEG TripleC (C-Dialogue Competence Competitive), di Jakarta (4/05/17

Eric tidak bersedia membeberkan berapa investasi yang dikeluarkan untuk pelatihan tersebut. Dia hanya mengisyaratkan jumlahnya cukup signifiian. PT TÜV SÜD Indonesia adalah perusahaan konsutan yang antara lain bergerak dalam audit energi dan solusi green building. Sementara DEG merupakan lembaga investasi dan pembangunan dari Jerman.

Bukti nyata pelatihan ini sudah dirasakan salah satu peserta pelatihan, PT Panarub. Ramli dari PT Panarub mengatakan, setelah mengikuti pelatihan PT Panarub berhasil menghemat biaya listrik sampai dengan Rp 650.000.000 dalam satu tahun.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.