Brand dan Reputation Management

Marketing.co.id –  Ada sebuah pertanyaan provokatif: “Apa pengalaman atau pemahaman yang telah membentuk pandangan Anda terkait dengan brand dan management reputation dalam lingkungan bisnis saat ini?”

Ini merupakan pertanyaan penting dan kita harus berpikir tentang hal itu. Seperti yang kami kutip dari socialmediatoday.com setidaknya ada 4 wawasan mengenai brand dan reputation management:

Perubahan Peran Pemberi Pengaruh

Wawasan pertama merefleksikan peran influence. Gary Hamel mengatakan, “Influence is like water. Always flowing somewhere.” Ini sangat sangat cocok dengan lingkungan bisnis saat ini. Sumber pengaruh baru terbentuk di sekitar perusahaan dan industri dengan kecepatan yang memukau.

Banyak pemimpin marketing dan komunikasi yang memikirkan kembali desain program dan struktur organisasi mereka untuk memahami perubahan yang dibutuhkan. Hal ini perlu dilakukan agar  semakin efektif dalam lingkungan bisnis yang terus berkembang. Kebutuhan untuk menjadi lebih relevan dan relatable bagi pelanggan adalah faktor yang mengendalikan perubahan ini.

Pada kenyataannya, marketing tradisional maupun platform komunikasi serta model hubungan one-to-one yang selama ini banyak digunakan mulai terganggu. Kepercayaan terhadap media mainstream, LSM (untuk reputation management), iklan tradisional, digital marketing, dan taktik komunikasi massa mendapat tantangan baru.

Tantangan tersebut adalah soal bagaimana orang-orang ingin terlibat dengan perusahaan. Kebanyakan perusahaan saat ini tidak mudah didekati dan tidak memiliki personalitas atau citra yang dapat “nyambung” dengan orang-orang.

Untuk itu sangatlah penting memahami bagaimana harapan pelanggan (customer experience) dan influence (pengaruh) telah berubah dalam struktur industri. Kita juga perlu menyesuaikan struktur, program, dan pola pikir yang memungkinkan kita menjaga keseimbangan, baik dalam bagaimana kita mempengaruhi maupun dipengaruhi.

Dampak Kultural Media Sosial

Wawasan kedua adalah tentang makin meluasnya dampak budaya media sosial. Bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan budaya baru ini?  Media sosial ini sebenarnya adalah tentang budaya dan pola pikir. Agar berhasil dibutuhkan kerendahan hati, otentisitas, dan keberanian untuk terbuka terhadap pandangan dan wacana berlawanan dalam upaya mencapai kemajuan.

Pemberdayaan Merek

Wawasan ketiga terkait dengan pemberdayaan merek (brand empowerment). Ada sebuah argumen menarik, “Every Company Is a Media Company.” Tom Foremski, seorang mantan wartawan dan mengelola blog Silicon Valley Watcher telah menjadi pembela gagasan ini selama beberapa tahun.

Maksud dari gagasan ini adalah bahwa perusahaan kini memiliki kemampuan dalam banyak hal, namun seiring itu juga mendapat tekanan besar untuk berkomunikasi secara langsung dengan audiens utamanya. Memberikan jangkauan yang lebih besar dan pengaruh yang lebih daripada yang pernah ditawarkan media tradisional sebagai saluran utama di masa lalu.

Perusahaan kini tidak lagi harus mengandalkan media tradisional atau organisasi lain karena teknologi telah membuka saluran langsung untuk menjangkau dan melibatkan audiens.

Kekuatan Pengalaman

Wawasan keempat adalah kekuatan dari pengalaman. Joseph Pine III dan James Gilmore terkenal dengan pendapat mereka bahwa sekarang kita hidup dalam experience economy.

Pengalaman mungkin merupakan faktor yang sangat penting dan dipercaya dapat mempengaruhi setiap individu dan komunitas dalam bertindak. Pengalaman seseorang (baik atau buruk) yang otentik dan dapat dipercaya sangat sulit untuk dibeli.

Dalam hal ini, media sosial memberikan pemahaman mendalam mengenai bagaimana orang berpikir, merasa, dan bertindak sebagai akibat dari pengalaman mereka dengan sebuah produk, perusahaan, atau jasa.

Dalam lingkungan saat ini, ketika terjadi krisis, sering kali itu adalah gap antara merek dan bisnis. Jika belum sepenuhnya selaras, merek akan duduk di satu ujung dan bisnis di ujung lainnya. Di tengahnya adalah kredibilitas atau experience gap.

Kredibilitas dan experience gap ini salah satu kewajiban terbesar bagi perusahaan dalam media dan lingkungan bisnis baru. Itulah sebabnya mengapa semua program harus berkaitan erat dengan mengelola pengalaman.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.