Brand Menekan Politisi

Langkah Starbucks di AS ini mungkin patut ditiru. Di Indonesia, perusahaan takut pada anggota DPR. Namun tidak demikian dengan di AS.

Ketika terjadi kebuntuan politik di AS, Starbucks menggalang aksi boikot atas pendanaan politik. Howard Schultz, sang pemilik Starbucks, menyerukan kepada perusahaan dan merek-merek besar untuk menghentikan aliran dana mereka ke politik sampai terjadinya kesepakatan antara kongres dan gedung putih soal hutang jangka panjang (long term debt) dan rencana defisit anggaran (defisit plan).

Seperti diketahui, Amerika Serikat baru-baru ini mengalami perdebatan yang dahsyat antara parlemen dan presiden soal batas hutang (debt ceiling) untuk mengatasi krisis ekonomi. Perdebatan yang berkepanjangan itu membuat pasar tentu saja bergejolak karena menghadapi ketidakpastian.

Pengusaha gaek seperti Howard Schultz akhirnya turun tangan dan menyerukan untuk memboikot pendanaan bagi para politisi, baik untuk operasional maupun kegiatan kampanye mereka. “Langkah ini diambil ketika agenda dari partisan politik lebih mengemuka dibandingkan agenda rakyat,” seru Schultz.

Himbuan ini pun langsung disambut oleh 100 lebih perusahaan yang kemudian mengambil sikap yang sama. Schultz setiap tahun memang mengeluarkan dana politik bagi demokrat. Bahkan Schultz diketahui pernah memberikan donasi kepada senator John Mc Cain di Republik tahun 1999.

Sebagai perusahaan yang ikut mendanai politik, sudah sewajarnya mereka berteriak saat dana yang digelontorkan ternyata tidak dipakai secara efektif demi kepentingan rakyat. Bagaimana dengan di Indonesia? (RS/Yahoo News)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.