Cahaya Buana Group : Fokus Transformasi Digital (2)

Marketing.co.id – Dampak digitalisasi terhadap pertumbuhan penjualan di industri furnitur nasional belum terlalu maksimal. Cahaya Buana Group sendiri masih didominasi dan mengandalkan kanal konvensional karena kontribusi penjualan online atau e-commerce baru sekitar 5%.

Big Panel Furniture, Cahaya Buana Group (CBG), Cahaya Buana Intitama, Polyman Tjia
Polyman Tjia – CEO Cahaya Buana Group (CBG). Foto: Majalah MARKETING/Lialiliyanti.

Belum maksimalnya kontribusi kanal digital untuk penjualan menyebabkan masih perlunya mengedukasi konsumen melakukan pola belanja untuk produk furnitur dengan mengubah kebiasaan konsumen yang hanya percaya dan merasa puas setelah melihat, menyentuh, merasakan kenyamanan produk yang akan dibelinya.

Polyman menambahkan, penyebab lain masih rendahnya kontribusi penjualan online dikarenakan sifat barang furnitur yang bulky. Namun, pihaknya percaya di masa mendatang pola belanja konsumen atas produk furnitur akan mengalami perubahan dari belanja konvensional ke belanja melalui digital.

Hal inilah yang membuat CBG tertantang untuk melakukan pengembangan produk yang bulky menjadi produk mudah untuk dibawa sendiri atau dikirim melalui jasa pengiriman.  Mudah dalam pengiriman dan murah dalam biaya.

Kendati belum memberikan kontribusi penjualan secara signifikan, Polyman mengakui digital marketing cukup efektif dalam meningkatkan brand awareness yang bernaung di bawah Cahaya Buana Group, di antaranya Bigland Springbed untuk kelompok bedding, Big Foam Busa untuk kelompok kasur busa, Napolly untuk kelompok furnitur plastik, dan Big Panel untuk kelompok furnitur panel knockdown.

“Peran digital sudah dirasakan memberi kontribusi dalam membesarkan merek dan produk dari CBG, khususnya untuk Big Foam Busa yang berhasil meraih penghargaan di bidang digital untuk kategori kasur busa,” ungkap dia.

Tak dimungkiri Polyman keberhasilan transformasi digital di perusahaan dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia (SDM). Hal itu untuk membangun budaya digital di perusahaan dan mempersiapkan SDM berkualitas yang mampu memanfaatkan teknologi dengan baik.

“Dunia digital adalah dunia anak muda. Dalam membangun budaya digital di lingkungan perusahaan, kami merekrut anak-anak milenial yang akrab dengan penggunaan teknologi, serta mengikutsertakan karyawan dalam event-event pameran digital, dan memberikan kesempatan mengikuti seminar-seminar dan in-house training,” bebernya.

Di samping pentingnya melatih SDM, ditambahkan Polyman, tak kalah penting adalah peran dan kepekaan dari pimpinan perusahaan, termasuk para c-level executive untuk mendukung keberhasilan transformasi digital di era berbasis teknologi ini.

“Sebagai CEO, saya aktif di media digital untuk meng-update informasi melalui portal berita. Selain itu, mencari inspirasi atau ide baru untuk pengembangan pengetahuan pribadi maupun untuk kepentingan perusahaan melalui media sosial,” ucap dia.

Marketing.co.id | Info & Portal Berita Marketing dan Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.