Cara Praktis Beli Buku

Tidak ingin mengulangi kesalahan industri musik yang sempat “memusuhi” dunia digital, industri penerbitan sejak dini berupaya mengantisipasi maraknya dunia digital di masa depan. Meskipun potensi pasarnya masih sulit diraba, penerbit Kompas Gramedia meluncurkan aplikasi Gramedia.com for iPad. Bagaimana peluangnya?

Ya, zaman sekarang memang segala hal serba instan dan praktis, masyarakat tidak mau repot-repot mendapatkan sesuatu. Untuk membeli buku misalnya, mereka enggan jauh-jauh datang ke toko buku karena jalan macet di mana-mana.

Sampai di toko pun orang terkadang masih bingung hendak membeli buku apa, karena begitu banyak buku yang dipajang di rak-rak. Ada stan buku baru, best seller, cetak ulang, dan lain-lain. Jika ingin tahu lebih jauh tentang isi buku juga sulit, karena buku biasanya disegel. Paling-paling kita membaca resensi singkat di sampul belakang buku.

Berbagai ketidaknyamanan seperti, membeli buku apa dan isi buku karena masih disegel, tidak berlaku bagi mereka pengguna iPad yang membeli buku-buku lewat aplikasi Gramedia.com for iPad. Untuk menikmati aplikasi ini pengguna bisa mengunduhnya di AppleStore secara gratis. Menariknya lagi, mereka bisa membaca bab pertama tanpa biaya  (free first chapter). Selebihnya, jika tertarik, mereka bisa membeli secara online.

Kehadiran aplikasi ini diharapkan bisa memenuhi rasa dahaga penikmat buku-buku berbahasa Indonesia. Selama ini aplikasi iPad untuk membeli buku secara online baru dibuat oleh pengembang luar, sebut saja Kobo, Free Books, dan iBook (aplikasi yang sudah built-in di iPad). Namun, kita tidak bisa menemukan buku-buku berbahasaIndonesia.

Sebagai market leader penerbit dan toko buku, Kompas Gramedia tidak ingin ketinggalan kereta akan semakin maraknya bisnis digital. Edi Taslim, Business General Manager Kompas.com, mengatakan kecenderungan masyarakat mengonsumsi media melalui peranti digital atau platform digital semakin besar.

Kompas Gramedia sebagai raksasa media ingin memanfaatkan platform-platform yang ada sebagai saluran distribusi untuk seluruh produknya. “Dari sisi PC tablet, iPad menjadi salah satu yang paling populer, sehingga kami merasa harus menawarkan toko buku digital di iPad,” katanya ketika dihubungi melalui telepon awal Juli lalu.

Edi mengakui tidak tahu persis seberapa besar potensi pasar aplikasi ini, karena tidak ada data resmi mengenai jumlah pengguna iPad di Indonesia. Yang ada hanya asumsi dan belum ada angka yang akurat. Menurut Edi diperkirakan mencapai sekitar 100 ribu lebih.

“Namun, saya yakin besar, karena pengguna iPad mesti punya akun di iTunes, dan kebanyakan mereka yang punya akun di iTunes memasukkan nomor kartu kreditnya. Kalau dia mau membeli sesuatu, dia bisa langsung membeli di situ. Nah, segmen inilah yang ingin kita grab,” jelasnya.

Meskipun berpotensi besar, Kompas Gramedia menganggap terobosan ini masih bersifat tes pasar. Namun, jika bercermin pada aplikasi serupa untuk majalah dan suratkabar terbitan Kompas Gramedia, hasilnya menurut Edi cukup memuaskan. Aplikasi koran Kompas di iPad misalnya, sudah diunduh sebanyak 87 ribu kali. Aplikasi ini juga berhasil menciptakan ceruk pembaca baru bagi Kompas, yakni mereka yang sebelumnya bukan pembaca Kompas, menjadi pembaca setelahsurat kabar ini tampil di iPad.

Untuk tahap awal, Kompas Gramedia tidak mematok target jumlah buku yang akan terjual dan berapa omzet penjualannya. Karena itu, pihaknya belum melakukan edukasi dan promosi secara besar-besaran.

Yang santer terdengar, aplikasi ini menawarkan gratis untuk bab pertama, dan harga lebih murah 75% ketimbang buku versi cetaknya. “Nanti akan ada promo-promo, misalnya khusus untuk buku-buku Ranah Tiga Warna diberi diskon sekian, khusus untuk buku-buku manajemen diskonnya mencapai 50%,” jelas mantan Pemimpin Redaksi Majalah Chip ini.

Aplikasi Gramedia.com for iPad menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi e-bisnis Kompas Gramedia. Selama ini Kompas Gramedia mengelola dua toko online, yakni Gramediaonline.com dan Gramediashop.com. Dalam waktu dekat, mereka akan mengintegrasikan kedua website tersebut dalam satu wadah, yakni Gramedia.com.

“Seluruh barang yang ada di toko akan kami sediakan di online juga. Lebih dari itu, versi produk digital juga akan kami tawarkan, dan kami akan terbuka untuk semua penerbit, bukan hanya Kompas Gramedia,” janjinya. Saat ini, jumlah buku yang ditawarkan di aplikasi ini masih terbatas, 120 judul buku, dan itu pun masih terbatas buku-buku terbitan kelompok Kompas Gramedia.

Lebih jauh Edi mengatakan, masuk gelanggang dunia digital merupakan suatu keharusan bagi industri buku seperti Kompas Gramedia. Dalam hal ini Kompas Gramedia bisa belajar dari industri musik yang sudah terlebih dahulu diterpa gelombang digitalisasi. Awalnya industri musik bersikap alergi terhadap proses digitalisasi, namun sikap itu justru membuat industri musik konvensional makin terpuruk.

“Dunia digital jangan dilawan, tapi dirangkul. Kalau dilawan kita akan habis. Karena digitalisasi itu tidak bisa dilawan, dan pasti akan terjadi. Hanya masalahnya, apakah kita bisa mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau malah merugi. Makanya kita ingin menjadi pelopor di dunia digital. Hasilnya so far so good, kita bisa memberi value lebih kepada customer dan pemasang iklan,” katanya panjang lebar.

Kembali ke soal peluang aplikasi yang ditawarkan Kompas Gramedia. Mereka hendaknya bercermin dari kasus serupa di Amerika Serikat, saat platform yang ditawarkan iPad harus berhadapan secara head to head dengan Amazon.com. Raksasa toko buku online ini dikabarkan masih menguasai 60% pangsa pasar, sementara pangsa pasar iPad diperkirakan sekitar 10%.

Masih sedikitnya pangsa pasar iPad juga cerminan dari pangsa pasar e-book yang hanya berkisar 15–20%. Kabar baiknya, pangsa pasar e-book tumbuh dua kali lipat dibanding tahun lalu.

Apple melalui iBookstore diperkirakan sudah berhasil menjual 150 judul buku. Angka ini jauh di bawah Amazon yang sudah berhasil menjual 950 judul buku. Tantangan bagi iPad tidak mudah, karena karakteristik dari platform ini mengutamakan unsur visual ketimbang teks, sementara produk buku sendiri lebih dominan bersifat tulisan (untuk dibaca). Kecuali nanti jika iPad menawarkan terobosan baru e-book multimedia yang menggabungkan unsur visual dan audiovisual. (Tony Burhanudin)

This article powered by eXo Digital Agency. eXo is a digital media agency serving local and international brands ranging from SME (small and medium enterprises) to multinational companies from various industries. We are an all-round agency with tremendous experience in digital activation, social media, search engine marketing, interactive game, web and software development.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.