Crowdsourcing

MARKETING.co.id – Akhir-akhir ini outsourcing menjadi isu yang paling sensitif dihembuskan oleh para buruh di Indonesia. Demonstrasi buruh besar-besaran di berbagai kota di Indonesia pada bulan Oktober membuat pemerintah mengkaji peraturan soal outsourcing.

Ketika para pekerja outsourcing meneriakkan perubahan nasib mereka, dunia justru sedang bergerak menuju crowdsourcing. Mereka bukanlah buruh perusahaan outsource di dunia maya. Crowdsourcing adalah proses mendistribusikan atau meng-outsource-kan pekerjaan ke sekumpulan orang.

Perbedaan antara crowdsourcing dan outsourcing tradisional adalah, pekerjaan ini diberikan kepada publik bukan kepada para pekerja bayaran yang terikat dengan status karyawan. Mereka adalah volunteer yang siap menerima pekerjaan dari belahan dunia mana pun. Mereka menyumbangkan ide, menyelesaikan problem, dan bahkan mengambil peran dari sebuah pekerjaan besar. Perusahaan pemberi kerja terkadang bahkan tidak tahu siapa yang bekerja untuk mereka.

Salah satu contoh crowdsourcing yang fenomenal di dunia adalah peluncuran SpaceShipOne ke orbit bumi, yang akhirnya memenangkan hadiah US$10 juta dari Ansari X Prize. Ini adalah hadiah yang diberikan kepada tim dan ilmuwan yang berhasil membangun dan meluncurkan pesawat luar angkasa dengan tiga orang ke luar angkasa sebanyak dua kali dalam dua minggu.

Ansari X Prize sendiri adalah kompetisi di dunia untuk menghasilkan berbagai temuan revolusioner. Melalui kompetisi ini mereka mencari ide-ide dan pengembangan berbagai temuan yang hasil dari temuan ini dikembangkan bagi kemajuan peradaban manusia. Salah satunya adalah ketika mereka melakukan kompetisi menerbangkan manusia ke luar angkasa. Kompetisi ini menjadi kompetisi termahal karena memberikan hadiah 10 juta dolar!

Perusahaan atau institusi seperti X Prize Foundation akan bertumbuh. Mereka percaya di dunia maya ini ada jutaan kepala manusia yang penuh dengan ide dan kreativitas. Mereka melakukan crowdsourcing karena cara ini adalah cara yang cepat dan efisien untuk memecahkan problem mereka.

Saya pernah bertemu seseorang yang merupakan anggota komunitas penerjemah. Dia bercerita bagaimana dia sering mendapatkan proyek menerjemahkan dokumen dari bahasa asing ke bahasa Indonesia lewat komunitas ini. Kalau ada dokumen yang membutuhkan terjemahan, dokumen dilempar ke anggota. Kalau kita kurang yakin dengan kualitas para penerjemah ini, kita tinggal minta dari 2–3 penerjemah dan kita tinggal memilih mana yang paling baik terjemahannya. Uniknya komunitas ini tidak hanya bisa menerjemahkan dari bahasa Inggris, tetapi juga bahasa lain seperti bahasa Perancis, bahasa Jerman, bahkan bahasa Rusia.

Teman saya kini juga sedang mengembangkan situs yang menjembatani desainer dan klien. Juga ada situs yang menjembatani developer games dengan klien. Semua dilakukan melalui kerja bersama tanpa melibatkan kontrak tenaga kerja, jaminan kesehatan, ataupun Jamsostek.

Di luar negeri, sebuah perusahaan call center tidak lagi membutuhkan agen yang bekerja delapan jam di sebuah kantor. Mereka mempekerjakan ibu-ibu di rumah untuk menjadi agen call center. Tentu saja mereka punya standar kualitas untuk memilih orang-orang ini. Setiap ada panggilan masuk, sistem mereka melacak orang yang sedang available di depan komputer, dengan akses internet dan headset.

Marketer akan semakin butuh crowdsourcing manakala inovasi menjadi hal yang harus dihadapi oleh mereka sehari-hari. Mereka mengumpulkan ide dan kreativitas dari berbagai sumber. Salah satunya dengan merekrut para crowdsource ini dari berbagai penjuru dunia maya untuk menghasilkan ide-ide genius.

Tentu saja Anda tidak bisa memanfaatkan para “pekerja” crowdsourcing ini untuk kepentingan Anda semata tanpa memerhatikan benefit yang diberikan kepada mereka. Jangan sampai Anda memanfaatkan mereka terus untuk mencuri ide dan bahkan mendorong mereka menyelesaikan problem Anda tanpa memberikan reward sama sekali.

Saya membayangkan jika sebuah perusahaan yang memiliki crowdsourcing yang banyak tiba-tiba berunjuk rasa, meng-hack server Anda, atau bahkan menyebarkan isu negatif di media sosial. Semua terjadi karena perusahaan Anda dianggap memanfaatkan crowdsourcing untuk mencuri ide atau membayar dengan reward yang kurang pantas. Yang terjadi: kemacetan di dunia maya! (Rahmat Susanta)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.